BGCK-BAGIAN 33

76.1K 2.7K 159
                                    

"Ah payah lo!"

°°°°°°

Saat ini disinilah, Rachel berada. Diatas rooftop, menatap gedung-gedung yang menjulang, dengan angin yang membuat suasana hatinya menjadi tenang. Sudah cukup lama ia berada disana, hingga ia malas untuk kembali ke kelas.

"Kenapa lo harus balik lagi sih," gumamnya dengan tatapan sayu.

"Gue padahal baru aja bisa move on dari lo. Gue baru aja bisa cari pengganti lo, dan gue baru aja bisa ngusir lo dari hati gue. Dan baru aja gue nemuin kebahagiaan gue lagi," lanjutnya.

"Tapi kenapa justru gue malah merasa kalau lo itu dateng buat ngehancurin itu semua. Lo nggak bakal tau gimana susahnya gue buat lupain lo."

"Coba deh lo bayangin, gimana susahnya perjuangan move on seseorang yang ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya."

Rachel menghembuskan napas gusar. Ia memejamkan matanya, menikmati angin yang sepoi-sepoi menyapa tiap helai rambutnya.

Hingga ia merasakan ada seseorang yang datang dan duduk disampingnya, ia tetap setia memejamkan matanya tanpa berniat ingin membuka matanya guna mengecek siapa orang yang menemaninya.

"Udah lama nggak ketemu," katanya membuka suara. Dari suaranya saja, Rachel sudah tau siapa si pemilik suara.

"Kenapa lo harus balik lagi?" tanya Rachel masih dengan keadaan terpejam.

Orang yang menjadi lawan bicaranya diam.

"Kenapa lo harus balik lagi di kehidupan gue Rif? Kenapa?" tanyanya sekali lagi, namun kini ia menatap lawan bicaranya itu. Seseorang yang menjadi masalalunya dulu. Seseorang yang pernah membuat harinya penuh warna, namun dalam sekejap mata. Orang itu mampu merubah segalanya.

Ya, orang itu adalah Rifki, mantan kekasihnya.

Rifki menatap manik mata Rachel dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Gue minta maaf," katanya.

"Udah gue maafin sebelum lo minta maaf," balas Rachel yang berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak terjatuh. Terlebih saat sebuah lintasan kejadian bersamanya yang tiba-tiba terngiang di pikirannya.

"Gue balik buat nebus kesalahan gue," katanya.

"Nggak perlu, gue nggak butuh tebusan dari lo. Yang gue mau, lo pergi dari kehidupan gue, pergi jauh. Dan jangan ganggu hidup gue lagi," balas Rachel dengan suara serak.

"Tapi lo sendiri dulu ya bilang kalau lo sayang sama gue, lo cinta sama gue. Lo dulu juga yang bilang nggak bakalan bisa lupain gue," kata Rifki sembari menggenggam tangan putih Rachel. Namun dengan segera, Rachel menepis genggaman itu.

"Yang dulu ya biarin aja berlalu lah. Dan pastinya lo tau, luka bisa membuat seseorang berubah," ucapnya.

"Gua tau, gue minta maaf," katanya penuh soal.

"Iya gue maafin, udah kan? Lo bisa pergi sekarang," kata Rachel. Tatapannya kini ia alihkan ke depan, entah mengapa dirinya enggan menatap wajah Rifki.

Hening, tidak ada yang membuka suara.

"Sekarang, lo deket sama siapa?" tanya Rifki tiba-tiba.

"Bukan urusan lo juga kan?" balas Rachel sembari menatap Rifki sekilas.

"Gue harap, siapapun orang yang saat ini bersama lo, nggak bakalan nyia-nyiain lo," kata Rifki.

Bad Girl vs Cold Ketos [Sudah Terbit] Where stories live. Discover now