BGCK-BAGIAN 1

175K 5.1K 143
                                    

Saat ini seorang gadi tengah mengendarai motor matic-nya dengan ugal-ugalan. Persetan dengan umpatan pengendara lain yang ia dengar. Saat ini ia hanya ingin dan butuh ketenangan, hatinya yang patah entah kenapa dia masih belum bisa terima jika hubungannya harus kandas dengan waktu yang sangat singkat.

Kini, ditaman dekat rumahnya. Ia memarkirkan motornya lalu berjalan gontai menuju salah satu bangku taman.

"Lo kenapa mutusin gue sih Rif? Asal lo tau gue nangis juga karena elo juga," isaknya dalam tangisan.

Sebenarnya ia juga salah. Jika tadi ia mau bercerita, tidak mungkin akan seperti ini jadinya. Entah apa yang ia fikirkan saat tadi hingga untuk membuka mulut saja rasanya sangat susah. Ditambah kini matanya yang sudah bengkak akibat ia yang tidak henti-hentinya menangis.

"Gue sayang sama lo," lirihnya. Siapa lagi kalo bukan Rachel. Sendiri kini ia termenung merenungi kejadian yang baru saja ia alami.

Ingin rasanya ia memutar waktu maka ia akan menceritakan semua yang ia rasakan tadi. Namun nasi sudah menjadi bubur, mau bercerita pun jika takdirnya mereka harus berpisah mau bagaimana lagi?

Hujan deras mengguyur tubuh mungil Rachel. Ditengah gelapnya malam, ia duduk ditaman dengan ditemani suara gemuruh hujan.

"Gue suka sama hujan. Dia tau apa yang lagi gue rasain sekarang," kata Rachel sambil menatap langit-langit mendung.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan ia masih setia pada posisinya. Entah mau sampai kapan, berpuluh-puluh notif pesan hingga panggilan dari kembaran hingga orang tuanya tidak ia hiraukan.

Salahkah jika ia berharap jika mantannya datang dan membawakan payung untuknya. Mengajaknya pulang, hingga memeluknya erat agar ia tidak kedinginan?

Rachel memutuskan untuk meninggalkan taman dan segera pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan masih tetap sama saja, air matanya tidak mau berhenti. Meskipun saat ini matanya sudah bengkak dan juga hidungnya yang sudah memerah.

"Dijalan ini, lo ngajak gue muter-muter, sampe akhirnya lo ngajak gue balik. Cuma muter-muter doang haha," katanya saat mengingat kenangan dijalan yang saat ini tengah ia lewati.

"Lo inget nggak? Pas itu lo kekeh banget ngajak gue buat keluar rumah, nemenin lo keluar. Eh nggak taunya cuma muter-muter disini doang terus balik lagi ke rumah lo," katanya lagi dengan nada yang sesenggukan.

"Dan pas itu gobloknya elo, sampa nyaris mau nyium truk cuma gara-gara lo bawa motornya nggak bisa nyantai. Sampe bikin gue kaget dan alhasil gue meluk elo, haha. Gue kangen itu Rif," kata Rachel yang masih saja mengingat kenangan indah bersama mantannya.

Tak terasa saat ini ia sudah sampai di rumahnya. Dengan langkah gontai dia memasuki rumah dengan keadaan super kacau.

"Astaga Rara!! Kamu darimana aja nak? Mama sama Papa khawatir banget sama kamu. Ini kamu kok basah-basahan gini sih? Kamu hujan-hujanan ya? Ini lagi. Kamu habis nangis?" pertanyaan bertubi-tubi Nia lontarkan begitu anak gadisnya memasuki rumah.

"Rara gapapa kok Mah, Pah. Maafin Rara udah bikin semuanya panik," kata Rara tanpa adanya gairah.

"Yaudah sekarang kamu mandi ya. Biar nggak masuk angin, habis itu turun buat makan," kata Nia.

"Iya Mah, yaudah Rara keatas dulu," pamit Rachel lalu melangkahkan kakinya menaiki tangga.

"Rachel kenapa sih?" tanya Nia.

"Paling juga baru putus dari pacarnya Mah," balas Farrel.

Baik Daffa maupun Nia mereka memang sudah mengizinkan anak-anaknya untuk berpacaran. Namun dengan catatan tidak melewati batas.

"Biar nanti Mamah yang ngajak Kakak kamu ngobrol, mending sekarang kalian tidur. Besok sekolah," kata Nia yang langsung dibalas anggukan dari Farrel dan Rafa.

"Menurut kamu, salah nggak sih kalo kita ngizinin anak kita buat pacaran?" tanya Nia pada Daffa.

"Enggak sayang," balas Daffa lembut sembari merangkul bahu Nia.

"Hmm.. Aku cuma kasian aja kalo anak kita kaya gini, galau karena putus cinta," kata Nia.

"Biar bisa dijadiin pelajaran kan?" kata Daffa, Nia hanya bisa mendengus kesal lalu berjalan meninggalkan suaminya yang mengesalkan itu.

Saat ini, Rachel tengah duduk di balkon kamarnya dengan menatap foto yang ada di galeri handphone-nya.

"Kok kita cepet banget ya? Perasaan baru kemaren lo nyatain suka ke gue, eh sekarang lo nyatain putus," kata Rachel bermonolog hingga sebutir air bening kembali menetes.

Angin malam turut menjadi saksi betapa sakitnya hati Rachel saat ini. Ditinggal saat ia lagi sayang-sayangnya.

"Rachel?" panggil Nia dari belakang.

Rachel pun menoleh dan mendapati Nia tengah berjalan kearahnya sembari membawa nampan berisi makanan dan juga segelas susu hangat.

"Makan dulu sayang, habis itu tidur," kata Nia lembut.

"Rara nggak laper Mah," balas Rachel.

"Kamu harus makan. Nanti kalo nggak makan kamu sakit," bujuk Nia.

"Mamah suapin ya?" tawarnya.

"Enggak ah Mah. Rachel lagi nggak nafsu makan," tolak Rachel.

"Kamu ada masalah apa? Coba cerita sama Mamah," kata Nia.

"Rachel baru aja putus Mah," kata Rachel mulai bercerita.

"Bukannya kalian baru aja jadian sebulan yang lalu ya? Kok udah putus?" tanya Nia.

"Dia yang ngajakin putus Mah. Rachel juga nggak bisa apa-apa kalo dia udah kekeh ngajak putus," balas Rachel.

"Udah, kamu jangan sedih ya sayang. Jangan terlalu terpuruk dalam masalalu, kamu harus bisa buktiin kalo kamu bisa tanpa dia. Kamu harus baik-baik saja meskipun tanpa dia," kata Nia menasehati.

"Tapi Rachel nggak bisa Mah. Banyak banget kenangannya," Kat Rachel yang sudah kembali terisak.

"Yang dilupain jangan kenangannya, kalo kenangan emang nggak bakal bisa dilupain. Lupain cintanya," kata Nia.

"Gimana caranya? Kita aja satu sekolah Mah," balas Rachel.

"Anggep aja dia bukan siapa-siapa," kata Nia.

"Susah Mahh," balas Rachel.

"Belum dicoba udah ngomong susah, mending Dicoba dulu, kalo udah ada hasilnya baru bisa nyimpulin antara bisa atau enggaknya," kata Nia.

"Hmm... Iya deh Mah, bakal Rara coba," balas Rachel sambil tersenyum.

"Nah gitu, bentar lagi kan juga ujian. Harus banyak belajar biar nilainya bagus," kata Nia.

"Siap Mah," balas Rachel dengan nada semangat.

"Ini dimakan, habis itu kamu tidur ya. Besok sekolah, nanti piringnya taroh diatas nakas aja, biar nanti Mamah yang beresin," kata Nia.

"Nanti biar aku balikin aja Mah, Mamah yang langsung tidur. Pasti Mamah capek kan ngurusin kita semua," kata Rachel.

"Iya deh," balas Nia.

"Yaudah, Mamah keluar dulu ya. Habisin makanannya, susunya juga dihabisin ya," kata Nia.

"Iya bu bos," balas Rachel sambil terkekeh pelan.

Sejenak ia dapat melupakan masalahnya, meskipun tidak seluruhnya. Paling tidak ia tidak terpuruk dalam masalalunya. Benar kata Nia jika ia tidak seharunya terus menengok kebelakang, jika jodoh tidak akan kemana bukan?











Tbc!!!
Yuhuuuu gimana nihh? Masih awalan jadi ceritanya masih tentang masalalu yaa. Tenang aja nanti kisah yang sesungguhnya bakal dimulai kok santaii :v
Yaudah, jangan lupa vote dan comment yaa :)

Warning!!!
Typo dimana-mana!!!

Bad Girl vs Cold Ketos [Sudah Terbit] Where stories live. Discover now