Anak~

1K 41 0
                                    

Saat masih ngobrol dengan ayah dan ibuk, mbak Hasna datang dan memintaku untuk membantu pekerjaannya.

"Gimana honeymon kalian dek?".

Tanya mbak Hasna tiba-tiba saat kami sedang mencuci piring berdua di dapur.

"Ya gak gimana-gimana mbak.. emangnya mau gimana?".

Jawabku dengan menyembunyikan wajah malu. Membahas masalah sensitif seperti itu rasanya terlalu terbuka bila harus diperbincangkan di luar kamar. Sekalipun sama saudara kandung. Tetap saja itu privasiku. Dan aku gak nyaman dengan pembahasan itu.

"Kalian gak ada rencana menunda kan..".

Lagi-lagi mbak Hasna membahasnya. Aku ingin cepet-cepet kabur dari sini. Masuk kamar dan mengunci diri disana.

Kalo aku tidak menjawab pertanyaan mbak Hasna, pasti aku akan diteror pertanyaan itu terus.

"Gak mbak.. do'a kan saja yang terbaik untuk Mia dan mas Tara".

"Syukurlah... kalo tidak menunda. Berarti mbak akan segera dapat ponakan yang lucu-lucu. Ayah sama ibuk pasti juga sudah gak sabar ingin menggendong cucu dari kamu dan Rama".

"Do'akan saja mbak.. oya mbak.. ini sudah selesai. Mia mau ke kamar".

"Baiklah".

Aku berjalan buru meninggalkan dapur sebelum mbak Hasna berubah pikiran. Berjalan setengah berlari seolah melarikan diri.

Aku bisa bernafas lega setelah sampai kamar. Kubuka pintu kayu kamarku dan menguncinya dari dalam. Kuelus dadaku sembari berdiri di depan pintu. Sontak mas Tara mengalihkan perhatiannya padaku.

"Kenapa pintunya di kunci dek?"

Tanya mas Tara saat aku berjalan ke arah tempatnya duduk.

"Biar gak ada yang ganggu mas".

"Memangnya kita mau ngapain gak boleh ada yang ganggu?".

Pertanyaan mas Tara terdengar sumbang di pendengaranku. Entah otakku sudah terkontaminasi dengan ucapan mbak Hasna tadi atau entah karena apa. Aku tak mengerti.

"Ya.. gak ngapa-ngapain. Pengen berduaan aja sama mas."

Jawabku gugup yang berdampak aku asal bicara.

"Ya sudah sini!".

Mas Tara meraih tanganku. Dimana aku berdiri di samping tempat tidur. Tepat di samping mas Tara menyandarkan tubuhnya.

"Sini duduk di samping mas..".

Mas Tara menggeser sedikit tubuhnya agar aku bisa duduk dekat dengannya.

"Mas, kita pulang aja yaw..?".

"Memangnya kenapa adek ngajak pulang? Adek kan sudah lama gak menginap disini... adek gak rindu sama ayah sama ibuk?".

"Rindu".

Kutundukkan wajahku. Aku memang ingin menginap disini. Tapi... bagaimana dengan bunda?? Gimana kalo bunda marah?? Secerca kekhawatiran hingga di hatiku.

"Lalu kenapa adek ngajak pulang sekarang? Katakan!!, mas ingin mendengarnya...".

Mas Tara menyentuh tanganku. Menggenggamnya seolah mas Tara tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Gelisah dalam dada yang tiba-tiba bertamu mengusik ketenanganku.

Genggaman tangan kokohnya yang lembut dan senyum ketulusan di wajahnya yang belum beranjak dari letihnya masih memperlihatkan sejuta cinta darinya.

"Adek takut bunda marah mas...?".

Ajak Aku Ke Surga BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang