Part 4

2.3K 91 1
                                    

Ujian kenaikan kelas sudah didepan mata. Sejumlah tugas akhir semester semakin menumpuk. Kepala rasanya cenat cenut.

Tarik nafas, keluarkan perlahan. Ku_ulangi beberapa kali berharap tulangku meregang. Letihnya sungguh luar biasa. Akhir pekan yang sibuk. Tak ada kata santai.

Aku uring-uringan sendiri. Akhir-akhir ini mood ku gampang berubah. Entahlah.. apa karna Tara menjauh dariku? Bukan? Bukan Tara yang menjauhiku, tapi aku yang memintanya menjauh dariku. Apa keputusanku salah? Aku tak berfikir panjang saat kuambil keputusan itu.

Mia POV

Kehilangan Tara untuk kedua kalinya. Sahabat sejatiku. Ruang hati ini kembali sepi. Ada yang kurang saat Tara tidak disisiku. Semua ini salahku. Harusnya aku tidak... rasanya tak sanggup lagi aku melanjutkan perkataanku. Hati dan pikiranku memberontak. Tetes air bening membasahi pipiku. Aku menyalahkan diriku. Tara pasti terluka karna sikapku.
"Maafin ak Tar...
Apa yang bisa aku lakukan sekarang?? Maafin aku, gak ada maksud seperti itu. Maafin ak Tar" ucapku pada diriku sendiri merutuki kasalahanku.

Ada kebekuan antara aku dan Tara. Aku terdiam dibelakang rasa bersalahku. Ingin meminta maaf tapi takut ditolak. Aku memang egois. Keras kepala. Gengsi untuk mengakui kesalahan. Apa ini akhir hubungan kami ?aku berharap tidak.

"Perempuan kalo dideketin malah menjauh. Kalo sudah ditinggal, malah ngejar-ngejar" tutur adi yang kurasa dia menyindirku.
Mungkin Tara sudah menceritakan keretakan hubungan kami padanya.

Aku tahu Adi menyukaiku. Sikapnya padaku berbeda dengan caranya memperlakukan teman yang lain. Tapi Adi selalu memberi ruang untukku dan Tara. Adi bukan pencemburu,yang suka memaksakan kehendaknya. Dia menghargai persahabatannya dengan Tara.

Selama ini aku abaikan dia karna Tara satu-satunya laki-laki yang masih tersimpan dihati. Aku selalu saja menghindari kenyataan bahwa aku menyukai Tara. Aku takut perasaanku akan terbongkar , lalu Tara mengecewakanku lagi. Tapi sekarang terlambat. Tara sudah pergi meninggalkanku lagi. Ada jurang pembatas diantara kami. Sebuah pernyataan sederhana yang akan membuatku mengingatnya. Mengingat kesalahnku padanya.

        ------------
Ruang kelas baru. Suasana baru. Bererapa teman juga baru. Memasuki babak awal kelas 3 SMA. Kuedarkan pandangan di ruangan bercat kuning gading. Yang kucari tak kudapati. Iya, Tara. Aku mencarinya. Sekarang kami tidak satu kelas lagi. Kecewa?? Pasti kecewa.

Sepanjang hari kulewati tanpa senyuman Tara. Tidak ada sapaan darinya, tak ada perhatiannya lagi. Oh tidak!!!! Apa aku mulai merindukannya???!!
Di kelas 3, kami disibukkan berbagai kegiatan guna menghadapi ujian kelulusan mendatang. Persiapan mental juga materi pelajaran. Waktu banyak terpakai di sekolah, kegiatan remaja masjid sudah jarang aku ikuti. Semakin jelaslah jarak terbentang antara aku dan Tara.

Dunia berputar. Pagi menemui pagi silih berganti. Kujalani hariku seperti biasa  bersama sahabat-sahabatku tercinta. Tertawa, tersenyum dan juga air mata melengkapi kisah kami. Ku tutup buku ceritaku bersama Tara. Aku lelah mengahadapi ini.

Kupasrahkan takdirku padaNya. Aku hanya berharap ada hikmah yang dapat kuambil dari kejadian ini. Aku akan lebih berhati-hati-hati dalam bertindak. Mengambil keputusan harus dengan kepala dingin, bukan dengan emosi. Sekarang aku sendiri lagi.
"Kenapa harus takut sendiri?
Dulu pertama kali hadir di dunia ,sendiri. Dan kelak matipun juga akan sendiri. Lalu apa ada yang salah dengan sendiri. Kamu bisa Mi, kamu kuat , kamu pasti sanggup hadapi ini. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambaNya" kuhibur diriku sendiri berharap sakit ini tak akan pernah ada yang mengetahui termasuk  sahabatnya.

Ditengah keramain kota hatiku terus merasa sepi. Saat berkumpul aku bisa menjalanku peranku dengan sangat baik. Tatkala sendiri hati terasa sesak. Tawaku bukan untuk menyembunyikan sedihku, tawaku untuk menghibur hatiku. Aku butuh waktu untuk menata kekosongan ini kembali.

Ku mencari motifasi untuk mengembalikan semangatku. Hingga aku menemukan kekuatan baru untuk tetap bangkit.

Boleh mencintai seseorang tapi jangan pernah jadikan cinta sebagai majikanmu. Bukan cinta yang mengendalikanmu tapi kamu yang mengendalikan cinta. Tidak ada orang yang bisa melukaimu kecuali kamu yang mengizinkannya. Saat kamu bermain air maka kamu akan basah. Jika bermain api bisa terbakar. Apapun pilihannya, semua itu ada konsekuensinya masing-masing. Begitu pula saat jatuh cinta. Saat kamu memberikan hatimu pada seseorang, maka secara otomatis kamu sudah mengizinkannya membuatmu terluka. Jodoh, kematian,rizqi semua telah digariskan. Jika sudah Allah takdirkan bersama KUN FA Yaakuun. Terjadi , maka terjadilah.
"Jika aku dan Tara masih berjodoh, insyaAllah kita akan dipertemukan kembali atas izinNya".

Belajar ilmu ikhlas itu sulitnya luar biasa. Harus sabar, sabar dan terus bersabar.

Ajak Aku Ke Surga BersamamuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon