Sebatas Masa Lalu

733 39 0
                                    

Kesalahpahaman sudah bisa dibereskan. Kejujuran berbuah manis. Kak Joe menghargai perasaanku untuk kak Satya.

Dulu aku memang pernah mendambakannya menjadi pacarku. Catat ya itu dulu. Sekarang perasaaku lebih mengarah pada persahabatan atau semacam kakak adik gitu.

Sejak kak Joe tahu dia juga tidak menegurku saat kak Satya memintaku menemaninya.

Pada dasarnya kak Joe sangat baik. Cuma pas lagi marah aja nyeremin banget.

O iya kak Joe adalah kakak kandung kak Satya. Dia juga pemegang mini market tempatku bekerja. Karna sudah seperti keluarga makanya aku memanggil kak Joe dengan sebutan kak. Beda dengan teman kerjaku yang lain. Yang memanggilnya bapak.

Suatu siang di kediaman kak Joe.

Aku menunggu kak Satya di teras rumah ditemani maminya. Dari dalam rumah muncul kak Joe.

"Mam, dulu merried karna dijodohkan ya? Katanya sekarang cerai?".

"Iya kali ya.. pernikahan baru seumur jagung sudah cerai saja. Dasar anak muda. Memang bener dijodohkan?".

Tanpa berniat mendengar pembicaraan ibu dan anak ini akupun sudah mendengarnya. Sepertinya aku tahu siapa yang jadi topik pembicaraannya. Aku enggan menanggapinya.

"Gak tahu juga, mam. Tanya mbak Mia aja. Emang beneran cerai ya mbak?".

Aku tersentak kaget. Sudah duduk manis diam anteng masih kena juga. Dasar kak Joe rempong.

"Gak tau,kak. Tanya saja sendiri sama orangnya". Jawabku ketus.

Maminya sedikit tertawa bingung. Apa yang ditanggapinya ternyata tak sejalan dengan yang kak Joe sampaikan.

"Memangnya siapa yang kamu ceritakan?". Tanya mami malah penasaran.

"Alvin", jawab kak Joe dengan berbisik.

Berbisik bukan berarti aku tak mendengarnya. Aku mendengarnya jelas. Aku tahu kak Joe sedang menyindirku.

Aku juga sudah mendengar desas-desis perceraian kak Alvin. Aku tak mau ambil pusing dengan urusannya. Itu urusannya. Aku gak peduli padanya sama sekali.

Perceraiannya, bagiku adalah hukuman untuknya karena telah meninggalkanku dan memilih wanita lain. Biar dia juga rasakan bagaimana rasanya disakiti.Aku sudah terlanjur kecewa padanya.

Kak Alvin cukuplah sebatas  masa laluku. Sudah terkubur sangat dalam. Dan aku tak ingin siapapun mengungkitnya kembali.

Aku membencinya. Aku tak ingin dia masuk ataupun hanya sekedar singgah untuk bertamu di hatiku. Sudah tak ada ruang lagi untuknya.

Setiap bertemu dengannya ataupun orang-orang yang berteman dengannya mengingatkanku padanya. Hatiku terasa dicabik-cabik. Membuka luka lama yang sakitnya masih sama. Aku masih belum bisa menerimanya kembali biarpun hanya untuk menawarkan perkenalan.

Aku memafkannya kesalahan, namun bukan berati melupakan kesalahannya.

Mereka bertanya dengan gampagnya. Sementara aku yang harus memulihkan hatiku yang terobrak-abrik dengan pertanyaan tentangnya.

"Jangan sedih lagi mi.. dia tak pastas untukmu. Dia sudah mendapatkan ganjaran untuk itu. Kamu berhak atas kebahagiaanmu. Tenangkan hatimu mi.. kondisikan dirimu.. kendalikan emosimu.. jangan sampai kamu katakan apapun karna terpancing omongan orang. Tenang mi... tenang". Batinku mengajak berdamai dengan fikiranku.

"Jalan sekarang mbak". Ajak kak Satya ditengah pertarungan hatiku.

Aku mengangguk. Kami  berpamitan pada maminya dan kak Joe lalu pergi. Seperti biasa aku mengekorinya.

-----------

Terkadang hidup memang tak sesuai dengan ekspektasi. Tapi percayalah apapun yang telah terjadi  merupakan bentuk kecintaanNya padaku. Mungkin aku sudah terlalu jauh tersesat. Dan Dia ingin
aku menemukan jalan yang benar. Dia merindukanku. Makanya dia memanggilku dengan kejadian ini agar aku mendekatiNya lagi.

Karna salah satu bentuk cinta dari Allah adalah berupa ujian.

Yakinlah.. seberat apapun beban yang hati rasakan,

"semua ini akan berlalu".


Ajak Aku Ke Surga BersamamuWhere stories live. Discover now