Bagian Dari Cerita♡

813 43 0
                                    

"Hai, Mia. Apa kabar? Ini semua total belanjaanku berapa?".

Suara yang tak asing ditelingaku tengah menyapaku sembari meletakkan barang belanjaannya di meja kasirku.

"Tunggu bentar yaw.. aku hitung dulu. Tumben sudah lama gak belanja disini kak?".

"Aku belanja di supermarket deket rumah. Kalo kesini kan pas mampir aja. Sekarang lagi sibuk".

"Memangnya lagi ngerjain apa kok sibuk?".

"Lagi ngurusin adikku yang sakit. Jadi gak bisa pergi lama-lama".

"Sakit apa adiknya, kak Alvin?".

"Habis operasi".

"Kenapa sekarang malah ditinggal?".

"Mau nyari tumbuhan obat. Kebetulan jalannya searah jadi belanja sekalian biar gak buang banyak waktu".

"Ini kak belanjaannya. Totalnya 790000".

Kak Alvin membayar barang belanjaannya dengan uang pas. Lalu berpamitan padaku sebelum pergi.

"Aku duluan ya.. biar gak kejebak macet".

"Iya. Hati-hati di jalan. Salam buat ibuk dan adiknya kak Alvin. Semoga cepat sembuh".

"Thanks".

Selang beberapa menit kak Alvin lenyap dari pandanganku, diam-diam kak Satya sudah berada disampingku. Membuatku terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Ada yang bisa saya bantu kak Satya? Kenapa gak panggil saya saja? Aku kan bisa ke rumah".

"Gak papa, sekali-kali nengokin mini market juga. Mbak Mia bisa ikut aku bentar?".

"Bisa se kak? Tapi.... apa harus sekarang banget??". Kataku ragu.

"Sekarang , gak bisa ditunda lagi. Memangnya kenapa?".

"Kasir gak ada yang jaga, kak. Gimana dong? Ntar kalo ada pembeli yang mau bayar?".

"Bentar".

Kak Alvin berjalan kearah gudang mini market. Mungkin dia akan mencari yang dibutuhkannya digudang. Biarlah. Kan dia anak bigbos. Suka-suka dia mau ngapain yang terpenting aku tidak terkena masalah karna ulahnya. Pikirku.

Dugaanku ternyata salah. Kak Satya masihlah kak Satya yang dulu, yang masih nyaman dengan perlakuanku memanjakannya. Buktinya sekarang, bukannya dia meminta bantuan orang lain untuk membantunya. Akan tetapi kak Satya justru menyuruh Jeni untuk menggantikanku di kasir. Kalo kak Satya sudah ngomong gak akan ada yang berani membantahnya.

Kak Satya mengajakku ke rumah. Aku menunggunya diteras saat dia memasuki rumah.

Bau harum tercium. Pasti bibik ada didalam lagi masak. Aku ingin menemui bibik tapi khawatir kak Satya mencariku. Jadilah kuurungkan niatku. Dengan sangat sabar aku menunggunya kembali.

Kak Satya kembali membawa setumpuk berkas ditangannya. Dia tersenyum simpul. Melihatku menunggu di teras kak Satya segera menyuruhku kedalam rumah. Mempersilakanku duduk. Lalu meninggalkanku seorang diri lagi di ruangan yang sangat luas ini.

Apa maksudnya mengajakku kemari? Lalu tumpukan berkas ini mau diapain? Apa kak Satya mau memintaku buat loakin ini kertas? Pertanyaan demi pertanyaan menghampiri fikiranku. Apalagi kak Satya lama sekali kembalinya.

Aku yang sedang sibuk mengatasi kesendirian mencoba untuk tetap terlihat netral, tanpa memperlihatkan wajah bosanku, saat bibik muncul dari arah dapur membawa nampan berisi jus mangga dan satu piring cemilan.

Ajak Aku Ke Surga BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang