Baper♡

878 37 0
                                    

Jam tanganku berdetak seolah lebih keras dari biasanya. Atau mungkin hanya perasaanku saja. Suaranya seakan bersaing dengan detakan jantungku yang abnormal. Saat dua mata tak sengaja saling bertemu pandang. Suasana hening. Hanya terdengar gemericik air pancuran kolam di samping tempat dudukku sekarang.

Angin semilir berhembus menerpa jilbabku. Dan kurasa dia juga membelai wajahku. Segar rasanya ditengah udara yang panas.  Kupandang rumput hijau bak permadani yang terpampang dihadapanku. Masih tanpa suara. Aku dan kak Satya saling membisu.

Kuambil secangkir teh yang disediakan di meja beberapa waktu lalu untukku. Aku meminumnya perlahan. Kini mataku menatap cangkir yang tengah menyatu dengan bibirku. Sejenak menghilangkan kebosanan.

Aku tak mengerti kenapa kak Satya memintaku menemuinya tapi disini dia tak mengatakan apapun padaku. Apa dia sedang mengerjaiku??? Entahlah... hanya dia dan yang diatas yang tahu.

Pikiran negatif terus saja menyerangku dengan sikap kak Satya. Aku geram. Dia yang memanggilku dia pula yang ngacangin aku. Aku ingin bangun dan kembali pada pekerjaanku.

"Dikira aku gak ada kerjaan apa yaw? Cman dicuekin aja dari tadi !!! Kak , kerjaan aku banyak , malah disini cuman duduk diem aja... gak peka banget!!!"

Hem. Kak Satya berdehem. Aku hanya menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan berdoa semoga tidak membosankan lagi.

"Temenin aku ya?". Katanya tanpa menunggu jawabanku dia sudah bangkit dari  duduknya. Aku pun hanya bisa mengekornya. Tanpa menunjukkan reaksi penolakan sedikitpun.

Itu pertanyaan apa pernyataan sebenarnya... gemuruh melandaku. Antara kesal juga senang.

Kak Satya berhenti di garasi mobil.

"Kamu tunggu sini bentar". Perintahnya dan kujawab dengan anggukan.

Aku berfikir lagi apa yang kak Satya lakukan digarasi. Memangnya dia mau mengajakku kemana?? Sampai bawa mobil segala.

Aku melihat dari luar kak Satya mendekati salah satu mobilnya. Kak Satya menoleh kearahku sekilas dan tersenyum. Aku bergegas mengalihkan pandanganku kearah lain. Aku tak mau terciduk sedang memperhatikan gerak-geriknya.

"Ayo naik!".

Kak Satya sudah berada  disampingku. Tapi tak terdengar suara mesin mobil yang dinyalakan itu membuatku terkejut.

Apa yang aku lihat sekarang??? Kak Satya duduk diatas jok sepeda ontel. Dan dia menyuruhku naik???!!! Percaya atau tidak dangan kejadian kali ini. Aku berasa mimpi. Dibonceng sama kak Satya.

"Udah siap?".

"Udah kak".

"Pegangan, ntar jatuh lagi..".

"Iya".

Kak Satya mengayuh sepedanya. Suasana kembali hening. Aku malah asik dengan lamunanku. Apa kak Satya keberatan boncengin aku yaw.....kasian...

Seperti dia bisa membaca pikiranku , "kamu ringan sekali.. nggak pernah makan yaw..?"

"Masa se kak... padahal aku makannya banyak lho kak..."

"Beneran ringan...key bawa kapas. Yang berat itu jaga perasaan kamu.hahahhah".

Waduh... kak Satya  ngegombal. Aku tertunduk di belakang punggungnya sembari senyum-senyum manja mendengar gombalannya.

"Kamu kalo makan yang bener biar jadi daging.. gak kurus key gitu".

"Makan bener gimana maksudnya kak?".

"Ya makan makanan sungguhan".

Kalimat kak Satya membuatku pusing saja.

"Lha kan emang makan beneran. Masa makan bohongan. Ya makan nasi, sayur, lauk, buah, camilan sama key kak Satya juga kan??".

"Kamu suka makan hati se... makanya gak nambah tu berat badan. Lihat  aku  !!! Tubuhku oke kan.. ini otot tanganku juga".

E e e e. Sepeda kehilangan keseimbangan lantaran kak Satya melepaskan salah satu tangannya hendak memamerkan otot tangannya yang terbentuk.

"Ih....Kak Satya... hampir aja jatuh kan..."

"Maaf.. maaf".

Kak Satya terus mengayuh sepedanya. Aku merasa ada yang aneh.

"Perasaan  sudah lewat jalan ini ketiga kalinya deh ". Kataku pelan tak bermaksud berbicara pada kak Satya tapi dia mendengarnya.

"Memang kita sudah melewatinya beberapa kali. Biar kita kenalan dulu sama jalannya. Katanya tak kenal maka tak sayang".

Kutepok jidatku. Kena setan mana kak Satya ini banyak modus hari ini. Aku gak pengen baper tapi kalo kak Satya sikapnya gini terus siapa juga yang gak baper???.

"Udah ah kak!! Serius kita mau kemana?".

"Ke pelaminan".

"Kak...".

"Hehehe. Ke taman komplek".

Jarak tempuh normal ke taman komplek jalan kaki saja paling sepuluh menit sampai. Lha ini hampir setengah jam gak sampai-sampai. Ampun dah...

"Sampai". Kak Satya menghentikan laju sepeda. Kami pun turun bersamaan.

Setelah memarkir sepeda kak Satya mengikutiku duduk di bangku taman.

Duduk berdua di bawah pohon yang rindang. Menyaksikan anak-anak bermain di wahana permainan. Beberapa orang yang lewat terkadang melempar senyum pada kami. Dan ada yang membuatku tersipu dengan kalimatnya.

"Wah.. pengantin baru yaw... romantisnya. Semoga langgeng dan cepet dapat momongan ya.."
Kata seorang wanita paruh baya yang berjalan menggandeng lengan laki-laki berlalu dihadapanku. Kurasa dia suaminya.

"Aamiin". Aku spontan mengamini ucapan tersebut.

Dengan cepat kubekap mulutku menyadari apa yang baru saja kuucapakan.

"Kenapa aku aamiin_kan. Nikah aja belum masa cepet dapat momongan. Nikah dulu buk".

Lalu melintas lagi pasangan kekasih atau pasangan muda yang berhenti tak jauh dariku.

Si wanita berkata pada si laki-laki. Awalnya aku tak begitu peduli. Karena jari tangannya seolah  menunjuk kearahku aku jadi ingin dengar apa yang mereka katakan.

"Yang... aku pingin seperti mereka..besok boncengin aku pake sepeda... trus kita....".

Aku tak mendengar lanjutannya karna si laki-laki keburu mengajak kekasihnya melanjutkan perjalannannya.

Aku heran dengan sikap mereka. Sibuk memperhatikan lalu lalang pengunjung lain, aku teringat kak Satya. Dia dari tadi tak berkomentar apapun.

Ketengok sebelahku. Kutepok jidatku lagi. Pantas saja mereka berfikiran aku dan kak Satya adalah pasangan. Lihat kondisinya sekarang. Kak Satya memejamkan matanya. Wajahnya menghadap keatas menampakkan ketampanan yang sempurna. Kedua tangannya direntangkan. Dan... salah satunya tepat berada di belakang leherku. Dengan posisi dudukku yang mepet bangku kesaannya dari depan seperti aku bersandar di salah satu lengannya. Dan jarak tempat duduk kami. Sangat dekat.  Paling hanya lima senti saja. Jadi ya... maklumlah.

Bukan salah mereka yang berpendapat. Tapi salahku yang tanpa sengaja membuat mereka beranggapan seperti itu.

"Kak". Panggilku lembut tanpa menyentuhnya. Kami memang tak pernah sengaja bersentuhan kulit walaupun kami pernah boncengan beberapa kali.

"Apa dia kecapaian habis boncengin aku tadi? Syukurlah kalo tidur, jadi dia gak denger apa yang mereka katakan tadi". Kataku lega setelah yakin kalo kak Satya memang ketiduran.

Aku berfikir dan menarik kesimpulan dari kejadian sederhana tadi. Orang menilai kita dari apa yang mereka lihat. Walaupun terkadang apa yang dilihat tak sesuai dengan kebenaran. Karna image itu kita sendiri yang menciptakan.

--------------

Ajak Aku Ke Surga BersamamuWhere stories live. Discover now