Pengantin Baru♡

1.4K 59 4
                                    

Kruyuk. Kruyuk. Suara cacing dari perut mas Tara membuat kami tertawa bersamaan. Sibuk berbenah sampai kami terkurung dalam kamar sejak kedatangnku ke rumah ini. Ternyata sudah siang. Pantas rasa lapar sudah mampir.

"Sayang... aku cari makanan di dapur dulu yaw..".

"Mas Tara...", panggilku saat mas Tara hendak membuka pintu kamar.

Dia balik badan melihat kearahku.

"Ya... kenapa sayang...kamu mau makan sesuatu?".

Aku menggeleng.

"Bunda sama Della kemana? Dari tadi gak kelihatan".

"Ya gak kelihatanlah...dari tadi kita gak keluar kamar... gimana mau lihatnya". Jawab mas Tara dengan senyum jahilnya.

Sepertinya sifat asli mas Tara mulai keluar. Jahilnya. Isengnya. Dan... romantisnya. Aku harus membiasakan diri dengan segala bentuk perubahannya yang tak terduga. Aku harus lebih mengenali suamiku.

"Mungkin... bunda sama Della di rumah paman. Tidak tahu kalo menantunya akan datang".

Aku hanya membulatkan kedua bibirku berbentuk oh.

"Kamu tunggu bentar disini. Aku akan segera kembali".

"Aku ikut!". Khawatir mas Tara akan meninggalkanku lama. Aku pun mengikutinya.

"Takut aku tinggalin ya.." , mas Tara menggodaku.

Mas Tara menggenggam tanganku. Menautkan kedua tangan kami seakan membenarkan kalimatnya. Kami hendak kedapur untuk memasak atau mengambil makanan yang mungkin masih tersisa di dapur.

"Eh...mbak Mia, ada disini". Della menyapaku ketika kami berpapasan.

"Iya, Dell. Kamu dari mana?tadi waktu mbak datang rumah sepi".

"Aku ketiduran mbak di kamar habis ngerjain tugas kampus. Mbak kapan datangnya?".

"Jam Sembilan an ya mas?".

Mas Tara mengangguk.

"Cie.. bang Tara... yang udah nikah.. istrinya di gandeng mulu key mau nyebrang. Takut diambil orang ya...".

Batinku tuh... aku sudah tepuk jidat lihat kelakuan kakak beradik ini. Tak jauh beda. Sebelas dua belas. Selalu suka godain orang.

Aku langsung melepaskan tangan mas Tara.

"Tuh kan... dilepasin... Loe sih Dell...biarin napa?!! Namanya juga pengantin baru".

"Oh... jadi kalo udah lama gak akan dipegangin lagi...", nada kalimatku sedikit menyindir.

"Wa wa wa. Kalo itu aku gak ikut-ikut , bang".

"Jadi maunya aku pegangin kamu terus...tenang aja sayang... jangankan cuman pegang, yang laiinya juga gak masalah... ayuk... aku siap!!!".

Niatnya cuman pengen ngerjain mas Tara. Senjata makan tuan. Malah aku yang di buat tak berkutik dengan jawabannya.

Kucubitlah pinggang mas Tara hingga mengaduh. Dan meminta maaf padaku.

Aksi saling ngerjain berakhir. Della memanggil bunda. Memberitahu kedatanganku. Bunda memelukku. Menyambutku dengan tangan terbuka. Tadi sempat khawatir pas datang bunda gak ada. Takutnya bunda tak menyukaiku. Alhamdulillah. Kekhawatiranku tak terbukti. Thanks ya Allah.. telah menjadikan mereka sebagai keluargaku. Terima kasih sudah membuat mereka menerimaku.

"Tadi dari mana, bun? Tadi pas aku pulang bunda gak ada", tanya mas Tara mewakili pertanyaanku.

"Bunda ke rumah paman mu. Ayo makan siang bareng aja.. bunda sudah masak".

"Bunda udah masak? Berarti pulangnya sudah dari tadi.. kenapa gak panggil Mia sama mas Tara kan bisa kita bantuin". Aku bersikap baik dan lembut pada bunda.

"Bunda tahu dong kalo aku sama Mia datang?"

"Iya... bunda tahu. Bunda lihat motor kamu ada didepan. Waktu bunda cari, kalian sedang ada di kamar. Bunda gak enak mau manggil. Takut ganggu".

"Ganggu apaan, bun!!"

"Ya.. mana bunda tahu!! Namanya juga pengantin baru pengennya berduaan".

Bunda menaikkan kedua bahunya. Seringai jahil menatapku. Membuatku tersipu. Ini bener-bener gila!!! Mungkin faktor gen sikat godain anak orang itu. Gak mas Tara, Della, sekarang bunda.

"Kita baru beres-beres kamar tadi, bun". Mas Tara menjelaskan.

Makanan sudah selesai disajikan diatas meja makan. Aku duduk bersebelahan dengan mas Tara. Kuambilkan nasi, lauk beserta sayur untuknya. Kutuangkan segelas air putih di depannya.

"Istri sholeha. Tak maukah kamu menyuapiku juga". Mas Tara menyanjung perlakuanku juga mengodaku.

Bukankah itu wajib sebagai salah satu tuga istri untuk melayani kebutuhan suami. Mas Tara... pandai sekali kamu membuatku selalu tersipu.

"Ish mas, malu ada bunda sama Della".

Aku meraih centong nasi dan mengambil beberapa centong untukku sendiri.

"Kita makan sepiring berdua saja".

"Tuh bun..mentang-mentang sudah punya istri pengennya dimanja mulu".Della mengadu pada bunda. Aku jadi tak enak hati sama mereka.

"Gak, mas. Aku makan sendiri saja".

"Kenapa? Gak papa kan bun...", mas Tara berusaha agar dapat pembelaan dari bunda.

Kugeser tempat dudukku. Merapatkan posisiku kami. Aku mengisyaratkan mas Tara mendekatkan telinganya ke arah mulutku.

"Mas... malu sama bunda, sama Della", jawabku berbisik pada mas Tara.

"Kenapa bisik-bisik?". Bunda bertanya kembali.

"Oh... itu bun... Mia pengen nyium Tara... tapi malu sama bunda. Makanya Mia memintaku segera habisin makanannya trus ngajakin ke kamar".

"Gak, bun. Aku gak ngomong key gitu", aku membantahnya. Mataku melotot melihatnya. Mas Tara tertawa puas menggodaku.

Mas Tara berbohong. Aku tak mengatakan itu padanya. Kesal. Malu aku dibuatnya. Baru dua hari jadi suami saja sudah membuatku geleng kepala menghadapinya. Ya ampun... mas Tara...

"Alah bun.. itu paling maunya bang Tara aja".

Alhamdulillah. Ada dukungan dari Della.

"Udah.. mbak Mia gak usah pikirin omongan bang Tara".

Makan siang berlanjut masih deselingi canda, tawa, saling menggoda, saling ledek. Seru-seru malu pokoknya. Mentang-mentang aku anggota baru dirumah ini, aku yang jadi bahan bully an. Ditambah lagi aku dan mas Tara masih pengantin baru. Puas sudah mereka digodaain aku. Mas Tara juga ikut menggodaku. Awas saja nanti!!! Kubuat kamu bertekuk lutut padaku mas.

Selesai makan, mencuci piring kotor mas Tara melancarkan aksinya kembali. Dia mengajakku ke kamar kembali.

"Cielah.... pengantin baru berduaan di kamar mulu bang...sini napa temenin aku".

"Aku temenin Della sama bunda bentar, mas". Aku memohon izin pada mas Tara. Sebenarnya sih...biar gak berduaan terus sama mas Tara. Aku masih canggung bersamanya walaupun sudah sah.

"Kita ke kamar aja. Ntar yang jomblo ngiri lagi. Dikiranya kita pamer kemesraan sayang...".

"Sudah-sudah. Kamu ikuti suami kamu aja , Mia. Bunda gak apa-apa".

"Maaf ya, bun... Dell...aku permisi ke kamar dulu".

"Sudah gak papa. Masuklah nak, bunda ngerti".

Aku menyusul mas Tara yang sudah masuk lebih dulu ke kamar. Aku ngedumel aja. Kan gak enak sama bunda. Pertama kali datang ke rumah mertua malah ada di kamar mulu. Mas Tar, ish!!! Nyebelin!!!

----------

Ajak Aku Ke Surga BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang