Calon Mantu♡

709 41 0
                                    

"Mia, dapat pesan dari buboss. Kamu disuruh ke rumah beliau?", Vanesa menyampaikan pesan mami padaku saat aku sedang menyantap makan siang.

"Memang ada urusan apa?". Jawabku sambil mengaduk-aduk nasi dalam piring.

Vanesa hanya menggeleng. Berlalu meninggalkanku yang sedang beradu dengan suara lirih perpaduan garpu dan piring.

Kupercepat menghabiskan santap siangku agar dapat segera menemui mami. Begitu makanan habis tak bersisa bahkan sebutir nasipun yakin tak kutinggalkan di piring, aku langsung mengayunkan langkah ringan menemui mami.

Di halaman rumah bergaya modern dan elegan, mami sudah menungguku diteras rumah. Menggandengku memasuki rumahnya yang bak istana ini. Setelah renovasi besar-besaran rumah mami memang terlihat mewah banget menurutku. Indah. Cantik. Aku takjub dibuatnya.

Baru beberapa menit duduk di sofa yang super empuk, satu gelas jus mangga dan beberapa camilan disuguhkan untuk menemani obrolan ringan kami.

"Mami memanggilku kemari, ada apa mi..?".

"Oh... gak papa. Sudah lama kamu gak temani mami ngobrol. Mami kesepian disini. Kamu jarang kemari. Apa Joe memberimu banyak pekerjaan ya..".

"Maaf, mi. Akhir-akhir ini pekerjaan memang banyak. Kak Satya saja sampai ikut bantuin kerjaan kita".

"Mami, memintamu kemari karna Joe bilang kamu tampil beda. Mami jadi kangen sama kamu juga".

"Aku masih sama kok mi.. masih Mia yang mami kenal selama ini".

"Iya. Iya. Mia yang sama. Bener kata Satya. Mami setuju".

Kutautkan kedua alisku tak mengerti ucapan mami.

"Kak Satya bilang apa sama mami?".

"Satya bilang kamu tambah cantik dengan penampilan seperti sekarang".

"Ah mami bisa aja bikin aku kepedean".

"Beneran mami gak bohong. Satya bilang gitu sama mami".

Obrolan terus berlanjut tak tentu arah tujuan pembicaraan. Mami juga sempat menyinggung kehidupan pribadi kak Satya. Belum yakin dengan kekasih yang dipacarinya selama satu tahun adalah alasan kak Satya belum berniat untuk menikah. Walaupun kak Angga sudah menikah lebih dulu darinya.

Banyak mendengarkan cerita. Keluh kesahnya mami padaku, sedikit banyaknya aku menangkap aroma bahwa mami memang kesepian dirumah yang terlampau wah ini. Dan seperti ada secerca kegelisahan pada sorot matanya. Bayangkan saja !! Hidup berkecukupan dengan bergelimang harta. Namun anak-anaknya jauh dari mengenal agama. Prioritas hidupnya adalah pekerjaan mereka.

Secara nyata rumah ini memang tampak luar biasa.. namun sayang.. rumah ini terasa sepi karena tak pernah diperdengarkan lantunan al qur'an dalam rumah ini.

Saat banyak orang sibuk mengejar dunia, namun mereka meninggalkan akhiratnya. Mereka mungkin lupa, kekayaan tidak menjadi jaminan surga. Harta hanyalah titipan. Dia tak akan mengikut ke alam kehidupan setelah kematian.

"Satya cocok gak mam klo sama mbak Mia", kak Satya tiba-tiba muncul ditengah obrolan yang mulai serius.

Mami jengkel dengan kebiasaan kak Satya yang selalu mengagetkannya. Tanpa ba bi bu kak Satya duduk mendekat ke sofa yang aku duduki. Secepat kilat aku bergerak menjauh darinya. Menjaga jarak agar tak bersentuhan dengannya.

"Cocok kan mam, klo dijadikan calon mantu?".

Mataku melotot mendengar kalimatnya. Ekspresi muka marah dengan bibir melengkung membentuk senyuman tercetak diwajahku. Pasti orang yang melihatnya nampak aneh.

"Hust kamu ngomong apa to Satya. Meracau saja".

"Gak papa ngacau.. yang penting kece badai. Aku ganteng maksimal, mbak Mia cantik minimal. Cocok pokoknyalah mam".

Aku menundukkan kepala menyembunyikan senyumku melihat kepedeannya yang super abis dan perdebatannya dengan mami. Beberapa kali kugelengkan kepala tak percaya dengan jawaban-jawaban gilanya.

Kugigit ujung bibirku menahan senyumku.

"Tuh... kan mam, mbak Mia aja setuju. Sampai senyum-senyum gitu... bener gak calon mantu?".

"Satya Satya... anak gadis orang jangan digangguin mulu". Kak Joe ikut bergabung setelah urusannya kelar.

"Abaikan perkataan Satya, Mia. Satya, kalo bercanda jangan kelewatan. Mami gak suka kalo kamu gangguin Mia lagi. Jangan ambil hati ya , Mia". Mami memarahi kak Satya, sementara yang di marahi cuman cengengesan.

"Iya , Mi. Gak papa. Sudah biasa.Key baru kenal kak Satya kemarin sore aja mi. Mami sama kak Joe gak perlu khawatir. Aku gak papa."

"Kalo serius jangan cuma omdo. Datengin tuh ayahnya mbak Mia. Paling juga dah keder lu Sat". Kak Joe ngeledekin kak Satya.

"Ngapain nyari ayah?"

Aku semakin tak kuasa menahan tawaku sedari tadi. Perdebatan gak penting kak Satya dan kak Joe dihadapanku seperti menyaksikan sinetron tv saja.

"Duh... mam, mami dulu pas hamil Satya ngidam apaan sih mam... punya adek kok gini gini amat. Rada- rada gak lurus.
Lu datengin tu ayahnya mbak Mia... nikahin dulu... baru panggil ayah... belum apa-apa sudah panggil ayah... ayam tu di kandang."

"Mbak Mia aja gak masalah dipanggil calon mantu.. kenapa malah kak Joe yang repot se..".

"Putusin dulu cewek lu yang itu... baru deketin mbak Mia... jangan mau dua-duanya. Dasar playboy amatir!".

"Kak Joe protes mulu dari tadi.. mbak Mia aja diem. Dan diam itu berarti setuju, setuju klo mbak Mia itu calon mantunya mami."

"Gak cocok kalian tu... mbak Mia yang kalem gitu masa sama lu yang awut-awutan gitu.. gak cocok".

"Stststt!!!!! Diam!!!! Mami pusing dengerin kalian ribut mulu!!! ."

Mungkin sikap kak Satya yang terlalu akrab denganku seperti ini yang akan menjadi bomerang untuknya. Ini menjadi pr untukku. Aku tak ingin ada kasahfahaman lagi yang akan memberi dampak buruk pada hubungan asmaranya yang sekarang.

Kalo aku menganggap sikapnya padaku hanyalah bahan bercandaan belaka. Tapi mungkin orang akan beranggapan lain. Aku harus mencari celah untuk menjaga agar kejadian tak terencana terjadi dikemudian hari.

"Secangkir coklat hangat untuk calon mantu. Agar kehadiranku selalu bisa memberikan semangat untuk setiap langkahmu".

"Tapi aku udah minum tadi".

"Cuman coklat doang.. bukan pink"

"Kok pink?".

"Iya pink.. seperti bunga-bunga yang mekar saat melihat senyummu".

"Dah ah kak Satya, aku mau balik aja."

"Gak mau nemenin aku dulu?"

"Nemenin ngapain, kan sudah ada kak Joe sama mami."

"Menemaniku menghabiskan sisa usiaku bersamamu. Wkwkw".

"Modus mulu!!! Bye!!!"

"Gak mau aku anterin?".

"Gak. Thanks."

"Klo aku anter ke KUA mau gak?"

"GAK !!!!!. Aku pamit pulang dulu mam.. kak Joe"

Aku sudah siap menyalakan motorku. Kak Satya memanggilku lagi. Takutnya aku ada yang kelupaan.

"Nitip pesan buat ayahmu."

"Apa?!!!".

"Kapan bisa berjabat tangan denganku dan mengesahkan calon mantu?".

"Tau ah!!!".

Tak pedulikan lagi ucapannya. Segera tarik gas. Cus. Pulang dah.
----------

Ajak Aku Ke Surga BersamamuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin