Pasrah♡

628 40 0
                                    

"Astaghfirullahhal'adzim. Astaghfirullahhal'adzim. Astaghfirullahhal'adzim".

Kuulangi kalimat itu berulang kali. Dengan penuh keyakinan dan kesungguhan hati. Dikala sendiri. Dalam diam. Hening sejenak menyeru pada ilahi.

Aku lelah menghadapi dunia ini sendiri. Aku butuh bahu untuk bersandar. Aku butuh teman yang halal untuk bertukar pikiran. Aku ingin berjuang bersamanya untuk menggapai ridhoNya. Aku sudah berjuang, aku juga pernah merasakan rasanya terabaikan. Tapi aku juga ingin diperjuangkan, aku lelah berjuang sendiri.

"Ya Allah, sempurnakan separuh deenku. Pertemukan aku dengan pemilik tulang rusuk ini. Jika Engkau memberiku seorang imam, berikan pada seorang imam yang bisa membuatku semakin mendekat padaMu, Ya Allah. Jadikan aku istiqomah dalam penantian ini. Bimbinglah aku untuk menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak-anakku . Jadikan aku wanita sholehah, agar aku bisa menjadi madrsah pertama terbaik untuk anak-anakku, Ya Allah. Aamiin".

Kupasrahkan segalanya pada Yang Maha Kuasa. Aku percaya apapun yang terjadi, siapapun yang akan menjadi imamku, dia adalah takdirku. Garis jodoh yang telah Allah tulis untukku. Karena tak satupun kejadian yang luput dari skenarioNya. Aku yakin dengan janjiNya, jika kita sedang memperbaiki diri dengan sungguh-sungguh maka Allah akan berikan jodoh terbaik untuk kita. Yang paling tepat dan sesuai yang kita butuhkan.

Sejenak menengok kebelakang, aku menyayangkan sikapku pada waktu itu.

"An, aku mau curhat...sibuk gak?", kataku tanpa embel-embel pada Anti.

Anti adalah salah satu sahabatku sejak SMA. Dia sudah berkeluarga. Kami tak sengaja bertemu sewaktu menghadiri acara pernikahan teman satu SMA juga. Saling bertukar kontak dan berlanjutlah kisah persahabatan kami.

"Gak, say. Mau curhat apa?".

"Kamu ingat Tara gak?"

"Teman SMA kita dulu??!"

"Iya"

"Ingat. Memang kenapa?"

"Aku suka sama dia. Selama ini aku berharap semoga Tara lah yang datang untuk melamarku".

"Trus...".

"Sekarang... aku hanya ingin tahu, gimana perasaan Tara padaku? Apa aku masih ada dihatinya atau gak?".

"Lalu?".

"Bantuin aku yaw.. nyari tau..."

"Gimana ya... aku juga bingung".

"Atau gak, gini aja.. kamu kasi aku saran, aku harus ngapain?".

"Langsung bilang aja sama dia kalo kamu suka sama dia".

"Itu gak mungkin!".

"Kirimin dia pesan, tanya sama dia, udah nikah belom.."

"Jelas-jelas kita tetanggaan. Aku tau pasti dia belum nikah. Masa iya laki-laki beristri dipepet juga. Cewek apaan gue???!"

"Namanya juga basi-basi. Ajak dia ngobrol pas ketemu?"

"Gimana mau ngajakin ngobrol.. ketemu cuman dijalan. Dan dia aja kalo ketemu cuman senyum-senyum gitu".

"Emang dia anaknya ramah".

"Lha emang iya. Justru karna keramahannya bikin penasaran. Coba kalo dia gak seramah itu... mungkin hanya akan sekedar lewat saja dihatiku".

Penyesalan memang pernah ada. Tapi aku sadar semua kejadian ada hikmahnya. Ketika cerita itu tidak pernah terjadi, mungkin aku juga tidak akan jadi seperti saat ini. Aku masih akan hidup dengan masa jahiliyahku. Jauh dari agama. Mengedepankan urusan dunia.

Untuk mendapatkannya maka aku pun harus memantaskan diri untuknya. Berubah kearah lebih baik agar aku layak untuk bersanding dengannya. Dia adalah motivasiku. Inspirasiku. Kini aku sadar untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa dibutuhkan perjuangan. Dan puncak perjuanganku adalah kepasrahan. Pasrah bukan berarti menyerah, apalagi putus asa. Tapi menerima dengan lapang apa yang menjadi kehendakNya.

---------
Suatu malam aku mendengarkan kajian online melalui hp. Saat orang-orang sudah nyenyak dalam mimpinya. Aku masih seksama menyimak kajiannya.

"Apa ada yang salah ketika wanita mengungkapkan isi perasaannya lebih dulu?" Sebuah pertanyaan yang terdengar dari benda tipis ajaib itu.

Wah... aku sangat penasaran mendengar kelanjutannya. Tema nya saja menarik pasti seru. Pikirku. Dan aku pernah mengalami ada di posisi seperti itu.

"Gak ada yang salah. Dahulu Khadijahlah yang menawarkan diri untuk dinikahi oleh Rasullullah.
Apa itu hina?
Tidak. Itu tindakan mulia. Menjauhkannya dari fitnah. Ada kejelasan ada kepastian. Setelah Rasul menikah, Khadijahlah yang membantu dakwah beliau. Mungkin tanpa bantuan Khadijah dakwah Rasullullah akan lebih berat. Hingga khadijah menjadi wanita yang paling dicintai Rasulullah. Semua karena Allah.

Ada juga tentang kisah Nabi Musa dengan istrinya. Yang secara tidak langsung pihak perempuanlah yang meminta pihak laki-laki untuk dinikahi.

Bukan untuk diajak pacaran. Tapi untuk dihalalkan. Dinikahi. Lillah".

Sepenggal inti kajian yang masih tertinggal dikepalaku. Tak ada yang salah dengan saran Anti waktu itu. Hanya saja.. aku tak seberani ibunda khadijah. Aku hanya wanita biasa yang mencoba tegar dihadapan orang banyak, namun aku teramat rapuh dikala sendiri.

Tak jarang air mata ini sering terjatuh. Pandangan menengadah ke langit. Harapan besar untuk segera hadir dihadapan. Aku merindukannya. Aku ingin rasa ini menjadi halal untuknya. Rindu ini menjadi ibadah berpahala. Aku rindu dia menghalalkanku. Semoga dia adalah takdir Yang Kuasa untukku.

"YA Allah, aku tidak meminta dia yang sempurna. Aku hanya memintanya untuk menjadi kekasih halalku. Cinta sehidup sesurgaku bersamanya". Kusapu wajahku yang sudah basah dengan air mata.

"Astaghfirullahhal'adzim. Astaghfirullahhal'adzim. Astaghfirullahhal'adzim".

Saat kata tak sanggup untuk berucap. Saat rindu tak sanggup untuk terbendung , hanya air mata sebagai bahasa cinta terbaik pengungkap rasa.

Mungkin bintang diatas sana akan menyimpan namanya dalam sinar cahyanya. Dan kelak akan memberikannya padaku sebagai kado terindah untuk penantianku.

Atau mungkin... deru angin bersedia menyampaikan rinduku untukknya... dan memintanya untuk datang menemui waliku.

Allah mungkin sedang menguji kesabaranku. Seberapa aku percaya akan kuasaNya.

Ajak Aku Ke Surga BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang