Menuju Hijrah

686 31 0
                                    

September ceria. Itu kalimat yang sering aku dengar ketika memasuki bulan September. Harapannya semoga membawa hal baik datang bersamanya. Hari yang baik di bulan yang baik.

Langit malam yang gelap tanpa ditemani jutaan bintang dan bulan. Tak seindah dan tak sempurna ketika mereka terlihat bersamaan. Karna semua yang tercipta untuk  melengkapi kekurangan satu sama lain.

Sempurna. Kata malam memang identik dengan kata gelap. Diluar gelap didalam pun ikut gelap. Kompak.

Listrik padam. Entah apa alasannya PLN memadamkan aliran listriknya. Padahal cuacanya aman terkendali. Tidak ada rintik hujan ataupun angin.

Aku enggan untuk keluar kamar lantaran gelap. Malas untuk melakukan kegiatan apapun. Pencahayaan lilin sederhana yang menjadi salah satu sumber pencahayaan di rumahku.

Aku juga menaruh sebatang lilin dikamarku. Melihat lilin itu menyala,  mengingatkanku pada sebuah kata-kata mutiara yang pernah aku baca.

"Belajarlah dari sebatang lilin. Dia bisa menerangi sekitarnya dengan cahayanya. Dia juga bisa berbagi cahayanya tanpa meredupkan dirinya ataupun mematikan yang lainnya"

Sudah hampir satu jam listrik padam. Membosankan. Tidur tak bisa. Mau melakukan sesuatu malas. Aku bangun dari kasur. Kusandarkan tubuhku pada ranjang. Kuraih hp yang tergeletak di atas meja di samping ranjang.

Membuka satu persatu akun sosmed. Tak ada yang menarik. Aku benafas kesal. Lalu kubuka google menggunakan ponselku.

Ku searching  gosip terbaru tentang artis. Tak ada yang menarik. Ganti topik. Mencari berita terupdate hari ini. Tetap tak menarik untukkku. Semakin membosankan saja malam ini. Sekian detik kemudian terlintas dikepalaku.

"Ustadz muda yang hafiz qur'an di Indonesia" , jariku menulis di kolom pencarian.

Laman web terbuka. Kupilih salah satu. Kubaca. Ada daftar biodata beserta fotonya.

"Wow !!ini  mah ganteng -ganteng pisan. Eh yang ini  mirip banget sama kak Satya", komentar pertamaku saat melihat salah satu profil ustad muda yang wajahnya mirip kak Satya.

Kudapatkan tiga nama ustad yang menarik perhatianku. Kubaca lebih lanjut profilnya. Kucari nama akunnya. Setelah ketemu  langsung memfollow mereka.

Tiga ustad muda, gaul, ganteng, hafiz qur'an pula. Wah.. paket komplit. Namanya Taqy malik, Muzammil Hasballah, dan terakhir Ibrohim El Haq. Yang tetakhir ini yang paling menyita perhatianku.

Mereka bersahabat. Kulihat dari beberapa postingan lama yang terlihat selalu bersama.

Hari-haripun berganti. Sehari minimal satu kali ku sempatkan membuka akun pribadi tiga ustadz muda tersebut. Tak ketinggalan pula aku menyaksikan siaran live mereka. Aku semakin dibuatnya jatuh cinta. Aku jadi ngefans banget.

Saat ini galery hpku dipenuhi foto-foto boim. Panggilan akrab Ibrohim El Haq.

Aku suka melihat postingannya saat dia sedang melantunkan bacaan al qur'an. Saat dia sedang menjadi imam sholat.

"MasyaAllah suaranya indah banget. Adem ni hati mendengarnya. Semoga suamiku kelak  juga sepertinya. Aamiin", doaku saat mendengarkan murottalnya..

Aku dibuatnya jatuh hati dengan mereka. Bacaan al qur'annya... masyaAllah.. bikin ini hati meleleh saja.

Karna kecintaanku, aku sering mengngungah foto atau videonya. Pada salah satu foto unggahanku tentang boim, Cemara memberikan komentar.

"Siapa dia Mia?"

"Ganteng ya?"

"Biasa aja. Siapa dia?"

"Dia itu artis lho... kamu gak tau.."

"Gak"

"Namanya boim.  Dia salah satu imam masjid di Bandung. Aku ngefans banget sama dia , Ra"
"Dia itu idamanku"

"Gila lu ya..."

"Ra, dia gak merayuku saja aku sudah dibuatnya meleleh"

"Hello sadar buk... berhenti ngehayalnya"

"Kalo dia ngajak aku merried... aku mau banget dia jadi imamku. Aku gak bakalan nolak yang kayak gini"

"Stresss lu dasar"

Ucapanku yang semakin ngacau membuat jenggel Cemara. Dia hilang dari komentarnya.

Akupun tetap asik dengan perasaanku.

Hatiku bahagia. Ada kedamaian disetiap alunan merdu murottalnya.
Damai. Nyaman. Tenang. Seperti ini yang hatiku butuhkan.

Seperti merekalah sosok yang aku idamkan sesungguhnya. Laki-laki hafiz qur'an yang memiliki selera berpakaian tinggi. Aku tak bisa mengungkapkan kekagumanku terhadap mereka. Pokoknya cukup sempurna di mataku. Tapi aku juga tahu, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Karna kesempurnaan hanyalah milik Allah.

Ustad muda. Gaul. Tampan. Hafiz qur'an. Jempol buat mereka. Penilaianku untuk mereka. Mungkin bisa dijadikan standar dalam kriteria calon imam.

Kekagumanku pada mereka tak terhenti sampai disitu. Justru semakin bertambah setiap hari. Aku berasa jatuh cinta disetiap harinya. Aku mulai mendownload murottal yang mereka lantunkan.

Setiap hari setiap saat. Ketika ada waktu senggang selalu ku gunakan untuk mendengarkan murottal yang sudah tersimpan di ponselku. Dimanapun. Kapanku. Tanpa bosan.

Sudah berjalan tiga bulan aku memperdengarkan murottal. Tapi sepertinya masih ada yang kurang. Kurasakan keganjilan setiap bacaan itu terdengar di telingaku.

Aku merenung. Berfikir. Selama ini aku selalu bisa mengikuti setiap lirik lagu pop yang aku putar. Aku sampai hafal benar part demi partnya. Sementara sekarang... murottal yang setiap hari aku baca dalam setiap sholat, aku tak bisa mengikutinya keseluruhan.

Malu aku pada diriku sendiri. Godaan dunia yang menyesatkan saja aku kuasai. Lalu kemana ilmu agama yang dulu pernah aku pelajari??  Bacaan qur'an saja banyak yang kacau.

Hatiku menangis dibuatnya. Mulai detik ini aku bertekad untuk mempelajari Al Qur'an. Menghafalnya lalu mempraktekkannya dalam keseharianku.

Ini adalah petunjuk dari Allah untukku kembali pada jalan kebenaran. Allah sedang menuntunku menuju hijrah lewat tiga ustadz yang tanpa kusangaka membawa perubahan untukku.

Kehadiran mereka juga merubah pola pikirku tentang kriteria calon suami.

Bukan ketampanan apalagi kekayaan yang akan menjamin kebahagiaan. Namun ikatan halal yang dilandasi keimanan.

----------






Ajak Aku Ke Surga BersamamuWhere stories live. Discover now