Kekasih Halal♡

1.5K 64 0
                                    

"Kalian istirahat saja dulu. Acaranya masih lama. Tadi bangunnya juga pagi kan.. kalian bisa tiduran dulu. Biar nanti pas acara gak ngantuk". Perintah ayah padaku dan Tara.

"Iya, yah". Jawab aku dan Tara kompak bersamaan.

"Mia, kamu ajak suamimu ke kamar".

Suami??? Aku tersenyum mendengar kata suami. Aku masih belum percaya. Aku sudah menikah dengan laki-laki disampingku ini. Lelaki idaman. Cinta pertamaku. Rasanya seperti mimpi.

Tolong dong cubit aku??? Biar aku yakin, kalo ini tu beneran nyata. Aku gak lagi halu...

Dengan langkah ragu aku berjalan menuju kamar pribadiku. Diikuti Tara yang tak pernah lepas dengan senyum tipisnya.

Sampai didepan pintu kamar. Tanganku memegang gagang pintu. Entah efek apa, darimana, jantungku berdetak sangat kencang. Tanganku gemetar diikuti kakiku rasanya lemas.

Kubuka pelan tanpa suara. Masuklah kami ke dalam. Kamar yang biasanya kutempati sendiri, sekarang akan ku tempati berdua dengan lelaki halalku. Jantungku lagi-lagi rasanya mau copot ketika telingaku mendengar pintu tertutup dan terkunci.

Ya Allah... aku mesti ngapain??? Gimana aku mengendalikan hatiku???

Aku berdiri memunggungi Tara. Aku tak berani melihatnya. Aku grogi banget. Bingung mesti ngapain. Malah jadi salting sendiri. Berduaan di kamar dengan seorang laki-laki yang notabene adalah suamiku.

Aku masih tak berani memalingkan badanku ke arah Tara. Tapi aku merasa ada langkah kaki yang semakin mendekat ke arahku. Tara mendekatiku.

"Ya Allah, selamatkan aku dari situasi ini..".

Aku menutup mata ketika Tara sudah sampai tepat di sampingku. Tahan nafas. Aduh... malah jadi tegang gini se...

"Kamu baik-baik saja?", tanya Tara dengan santai sembari mengelus puncak kepalaku.

Hanya sebuah anggukan yang bisa kuberikan sebagai jawaban. Reaksi tubuhku bertolak belakang dengan jawabanku. Tubuhku semakin gemetar karena sentuhannya.

"Tapi sepertinya kamu tidak baik-baik saja".

Tara meraih kedua tanganku yang dingin.

Kalo lagi berdekatan sama seseorang yang special tangan dan kakiku pasti seperti ini. Dingin dan gemetar.

Tara membalikkan badanku menghadapnya. Tara terus memperhatikannku. Lalu gimana aku punya keberanian untuk membuka mata??

"Bukalah matamu... aku ingin melihat masa depan dihadapanku".

Blush. Aduh!!! Tara... kamu gak gombal aja bikin aku salting. Apalagi kalo kamu merayuku seperti itu... aduh!!!!!

Kubuka mataku.

Duar!!! Yang pertama kulihat aku berdiri dihadapan Tara dengan jarak yang super dekat. Hembusan nafasnya saja menyapu wajahku.

Tara mengunci pandangan mata kami. Hingga aku tak bisa mengalihkannya. Cukup beberapa menit. Tara menuntunku untuk duduk di sisi ranjang.

Sekali lagi Tara tersenyum melihatku dan berhasil mengobrak abrik jantungku. Lagi. Lagi. Lagi. Tara berdiri sambil melepaskan kancing jasnya.

"Ya Allah, apa yang akan Tara lakukan padaku?? Masa iya sekarang.... emang sih... sudah halal... tapi kan....".

"Kamu tunggu disini sebentar. Aku akan segera kembali".

Tara menaruh jasnya di sampingku. Mengelus kepalaku. Lalu meninggalkanku di kamar sendiri.

Teng tong. Teng tong. Otakku masih mencerna apa yang terlintas dikepalaku tadi. Ya ampun... aku mikir yang enggak enggak sama suamuku sendiri.

Tak lama pintu diketuk kembali. Sebelum kupersilakan masuk pintu keburu terbuka. Menampilkan sosok Tara dengan membawa makanan penuh dan minuman.

Pintu dikuncinya kembali. Setelah memintaku bergantian membawa piringnya, Tara mengambilnya dari tanganku.

"Makan dulu yaw... kamu pasti laper. Sampai keringat dingin gini". Dengan lembut tangannya mengusap keringat di dahiku.

"Ya Allah, Tara... andai kamu tahu... aku key gini tu karena perlakuanku", kataku dalam hati.

"Hak.... ayo buka mulutnya".

Tara hendak menyuapiku. Tanganku terulur menyentuh tangannya. Menahannya.

"Aku bisa makan sendiri".

"Tapi aku ingin menyuapimu sayang... ini moment pertama kita. Jadi jangan melarangkau. Aku ingin membahagiankan istriku".

Entah sudah banyak kali Tara membuat wajahku blus selam berduaan di kamar ini. Rasanya tak terhitung lagi.

Aku menuruti keinginannya tanpa berani memberi perlawanan sedikitpun.

"Kamu gak makan?". Tanyaku kemudian. Aku baru menyadari kalo Tara hanya membawa satu piring makanan.

"Kita makan sepiring berdua aja yaw... gak papa kan..."

Aku mengangguk. Tara memberikan suapan untukku. Aku pun ingin menyuapinya pula. Tara menggeleng, melarangku untuk melakukannya.

"Kamu key anak kecil aja makannya".

"Apa?".

Tangan lembut Tara menyentuh sudut bibirku mengambil sisa makanan yang tertinggal disana. Kami bertemu pandang kembali. Aku langsung menundukkan wajahku. Malu.

Satu piring makanan telah habis tak bersisa.

"Minum dulu yaw ..."

Tara memegangi gelasnya untuk diberikan padaku. Aku menggeleng tanda tidak setuju. Aku gak enak kalo aku yang meminum duluan. Masa iya.. suamiku dapat bekas minuman istrinya.

"Kamu saja yang minum duluan... baru setelah itu aku".

"Tidak. Kamu yang minum lebih dulu".

"Tapi....".

"Salah satu sunnah rosul adalah makan sepiring berdua dengan istri. Dan minum segelas berdua dengan istri".

Baiklah. Aku yang kalah. Aku yang minum lebih dulu. Sisanya ku berikan pada Tara. Sikap Tara selanjutnya membuatku tercengang. Mulutku terbuka memperhatikannya. Tidak ada yang salah dengan minumannya. Tapi... caranya meminum.

Awalnya aku bingung Tara memutar-mutar gelasnya. Diterawang. Diperhatikan. Apa yang dia cari? Ternyata Tara mencari bekas bibirku yang menempel pada ujung gelas tersebut. Dia meminumnya tepat pada bekas bibirku.

"Kenapa minum tepat di bekasku? Kamu gak jijik?".

"Gak. Kenapa mesti jijik.... bekas istri sendiri juga kan...".

Wajahku menampilkan sikap tak mengerti.

"Rasul itu selalu makan sepiring berdua dengan Aisyah. Rasul juga selalu minum setelah Aisyah minum. Dan... Rasul selalu minum tepat di bekas bibir Aisyah. Aku ingin mempraktekkan sunnah Rasul itu pada kekasih halalku".

Sekarang aku mengerti dengan sikapnya. Dipraktekin suamiku saja sebegitu romantisnya. Apalagi dulu Rasulullah dengan Aisyah yaw.. pasti jauh lebih romantis. Baru tahu aku, Rasulullah itu romantis banget masyaAllah..

Ajak Aku Ke Surga BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang