Penyembuh Rindu

1.1K 51 3
                                    

Kerja. Kerja. Kerja. Itu yang selalu kulakukan. Menghabiskan berjam-jam  waktu dalam sehari, bertatap diri  dengan rutinitas kerja yang padat. Kusibukkan diri hingga kukesampingkan kehidupan pribadiku. Bahkan waktu luang ibarat waktu langka untukku. Aku sengaja menyibukkan diri agar aku tak terfokus pada hatiku. Aku tak ingin dikuasai perasaan. Aku yang harus mengendalikan perasaan bukan sebaliknya.

Anggaplah saat ini hatiku sudah sembuh dan tak menyisakan trauma.

Untuk setiap luka bukankah harus ada obatnya?? Kini aku sedang mencari obatnya. Dimana? Entahlah. Aku juga tak tahu. Biarlah langkah kehidupan yang mengantarkanku pada yang memberi kebahagiaan untukku.

Mungkin setelah ini Allah memberiku pengganti yang lebih baik dari kak Alvin. Mungkin besok, satu minggu lagi, satu bulan lagi, tahun depan atau bahkan mungkin beberapa tahun kemudian. Aku percaya Allah sudah mempersiapkan kebahagiaan yang tak akan pernah kuduga. Allah hanya memintaku bersabar karena kebahagiaan sejati akan menghampiri orang-orang yang sabar. Sebelum Allah mempertemukanku dengan orang yang tepat, Allah mengenalkanku lebih dulu pada orang yang salah. Agar kelak aku bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Mana orang yang tulus dan mana orang yang hanya modus.

-----------
Kilirik jam tanganku, jarum panjang  menunjuk angka 9 dan jarum pendek menunjuk angka 6. Aku keluar dari mini market membawa satu kantong plastik sampah yang hendak kubuang disisi bangunan.

Suasana cenderung lengang mungkin karna masih jam kerja. Seusai membuang sampah aku bergegas masuk mini market. Tapi... lagi-lagi aku melihat motor terparkir dipojok  dekat dengan parkiran mini market.  Motor yang sama, tempat parkir yang sama seperti yang pernah kulihat tempo hari.

"Ini motor siapa se sebenarnya? Perasaan aku sering lihat motor ini parkir disini."

Ucapku seorang diri.
 
Kuarahkan mataku menengok sedikit ke dalam bangunan sebelah mini market,  yang  tak lain adalah tempat fotocopy.

"Yang terparkir baru satu motor berarti orang yang didalam adalah pemiliknya. Siapa se sebenarnya? Bikin penasaran saja. Seperti apa orangnya?"

Selidik punya selidik akibat ulahku yang suka memperhatikan motor terparkir itu membuatku penasaran dengan pemiliknya.

Aku belum puas jika belum mendapatkan apa yang aku inginkan. Rasa penasaranku mengalahkan kesibukanku.

Setiap ada kesempatan aku luangkan waktu untuk menengok motor itu. Bahkan ditengah padatnya pekerjaaan, aku selalu mencari alasan keluar mini market hanya untuk sekedar melihat motornya. Masih ada atau tidak. Sudah datang atau belum. Semua menjadi kebiasaanku tanpa aku tahu siapa pemilik motor tersebut. Aku seperti kecanduan terhadapnya.

Hingga suatu hari Allah memberiku kesempatan, memperlihatkan padaku siapa seseorang yang membuatku penasaran belakangan ini.

"Mbak Mia, dipanggil kak Satya."

Kata Lala padaku saat aku sedang melakukan kebiasaanku. Memperhatikan motor.

"Baiklah aku akan segera menemuinya."

Aku segera menemui kak Satya karna aku tak ingin dia menungguku terlalu lama. Aku menghampirinya dipeternakan sesuai permintannya.

"Ada apa kak?  Kak  Satya memanggilku?"

"Iya mbak. Tolong belikan makanan ke pasar  ya mbak untuk Joy. Kamu tau kan makanannya apa aja? Ini uangnya ."

Kak Satya menyerahkan beberapa lembar uang duapulih ribuan padaku.

"Joy?"

Kataku penuh tanya di wajahku.

Aku merindukannya. Sangat merindukannya. Sudah lama sekali kak Satya tak mempertemukanku dengan kekasihku yang satu ini. Kata Joy yang kak Alvin ucapkan menggugah kerinduan di hatiku pada binatang melata ini.

Ajak Aku Ke Surga BersamamuWhere stories live. Discover now