Valerian

31K 2K 141
                                    

Short story about Valerian Harnett..

Short story about Valerian Harnett

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Ting tong..

Ting tong..

Ting tong..

Samar, telinganya mendengar suara bel berbunyi berkali-kali. Siapa gerangan manusia yang telah mengganggunya di pagi hari nan cerah ini? Matanya masih sangat mengantuk setelah sepanjang malam melakukan aktivitas yang sangat melelahkan. Dia benar-benar butuh tidur jika tidak moodnya akan buruk seharian.

Tit.. tit.. tit.. tit.

Ceklek..

Matanya perlahan terbuka, menunjukan mata biru bening terang yang terkena bias matahari dari balik jendela kamarnya. Netra yang begitu indah hingga mampu membuat siapa saja bisa jatuh cinta kepada pemiliknya ketika menatap langsung kedua mata biru itu. Pria itu terdiam sebentar, tidak mempedulikan wanita cantik yang sedang tertidur di sampingnya tanpa menggunakan busana di balik selimut. Telinganya sedang bekerja, mendengar sayup-sayup suara kaki seseorang yang berhasil membuka pintu apartemennya. Tidak bukan hanya satu orang, tapi ia mendengar lebih dari satu orang yang sedang berada diluar.

"Lihat Sheera, kamar adikmu terlihat lebih bersih dibandingkan kamarmu. Kenapa tidak kamu contoh perilaku baik adikmu ini?"

"Ya Tuhan, mommy. Kalian datang begitu saja tanpa aku sempat untuk membersihkan kamarku. Lagipula aku jarang berada di dalam apartemen, mom, aku tidak punya waktu untuk membersihkannya."

"Jangan banyak alasan, Sheera, atau kamu mau kembali tinggal bersama dengan mommy dan daddy? Bagaimana?"

Suara tawa sumbang terdengar, "No, thanks mom."

Pembicaraan itu tedengar semakin dekat. Valerian Harnett, sang pemilik kamar telah bangun sempurna. Dia mencoba membangunkan wanita disebelahnya hati-hati. Sangat bahaya jika ibunya menemukan wanita yang sedang telanjang di kamar anak kesayangannya.

"Hey, Olivia-hey, wake up," Valerian turun dari ranjang, memasang kembali celana pendeknya.

Wanita itu akhirnya membuka mata, merenggangkan tubuh dan tersenyum kepada Valerian, "Morning, baby."

"Morning," jawab Valerian, menghindari wanita itu yang hendak mencium bibirnya. Wanita itu cemberut, mencoba duduk lalu memperhatian wajah panik Valerian yang sudah berpakaian lengkap.

"Hey, aku tahu ini sangat tidak sopan. Malam tadi adalah malam yang sangat luar biasa. Aku menyukaimu. Diranjangku. Dan kamu adalah wanita yang sangat hebat. Aku serius ketika mengarakan sangat menyukaimu. Aku juga ingin mengajakmu makan siang lalu mengantarkanmu pulang," Valerian mencoba memberi penjelasan, "Tapi Olivia, sekarang aku minta kamu pergi dari kamarku."

"Namaku bukan Olivia," dengus wanita itu tidak suka, "Namaku Liora. Aku sudah mengatakannya berkali-kali, Vale."

"Olivia atau Liora, siapapun kamu, aku mohon cepat gunakan pakaianmu dan pergi dari sini."

Wanita itu menaikan alis tidak mengerti. Sejak kapan pria dingin yang baru ia kenal itu menjadi banyak bicara seperti ini?

"Dimana adikmu?"

"Kenapa bertanya kepadaku, dad? Mungkin dia masih tidur di dalam kamar."

Valerian menatap ke pintu kamarnya, suara ibunya terdengar semakin jelas. Jantungnya berdebar cukup kencang. Berharap seseorang yang muncul dibalik pintu adalah ayahnya, maka ia bisa bersikap biasa. Namun jika itu adalah ibunya?

"Ah, aku mengerti sekarang," wanita itu tersenyum nakal, "Apa pacarmu sedang berada di luar?" tanyanya, salah paham.

Valerian kembali menatap wanita itu, "Bukan hanya pacar, dia segalanya. Namun wanita itu tidak seharusnya berada disini."

"Oh, apa itu istrimu?" tanya wanita itu lagi, "Kenapa tidak bilang kalau kamu sudah memiliki istri?"

"Kita tidak memiliki waktu untuk membicarakannya," kata pria itu.

Valerian mulai memunguti pakaian lalu memberikannya kepada wanita itu. Dia meminta Liora untuk mengganti pakaian di dalam kamar mandi. Gerakannya sangat lambat sehingga membuat pria itu menggerutu kesal dan mendorong wanita yang menutup tubuhnya dengan selimut pelan.

Krek..

Tubuhnya membeku. Mereka bahkan belum sampai di depan kamar mandi, namun seseorang sudah membuka pintu kamarnya. Hati-hati Valerian berbalik, mendapati ibunya-Sheryl Harnett melebarkan mata, terkejut dengan pemandangan yang tersaji. Dibelakang ibunya, berdiri sang ayah yang sepertinya tidak terlalu terkejut, menggaruk dahinya bingung, memikirkan cara untuk menenangkan istrinya. Dan terakhir ada sang kakak, berdiri sambil menghela nafas.

"Aku akan ke dapur, menyiapkan sarapan untuk kita," Sheera melambaikan tangan kepada Valerian, mengejek adiknya sebelum hilang dari pandangan.

"Valerian Harnett!!" Sheryl berteriak cukup keras.

Valerian mencoba tersenyum kikuk, menyapa kedua orang tuanya, "Morning, mommy. Morning, daddy."

"Morning, sugar," sapa ayahnya.

Namun Sheryl hanya diam, masih menujukkan wajah terkejut, membiarkan tas mahalnya terjatuh di atas lantai.

"Mommy?" Liora membuka suara, "Kamu yakin, wanita cantik itu adalah ibumu? Bukan istrimu?"

Sheryl melangkahkan kaki, mendekati anaknya. Valerian mencoba meminta bantuan kepada pria yang lebih tua dibandingkannya itu, namun pria itu hanya mengangkat bahu menyerah tanpa mau berusaha. Lagipula siapa yang ingin berurusan dengan ibu yang sedang marah?

"Mom, aku bisa menjelaskannya," kata Valerian terdengar memohon.

"Jadi, ini alasan kenapa setiap kali mommy meminta untuk pulang, kamu selalu menolak dengan alasan sibuk?"

Liora menatap kedua orang itu bergantian, baru mengerti situasi. Tanpa banyak bicara ia memilih untuk melarikan diri ke dalam kamar mandi.

"Mom, bukan begitu," Valerian melangkah mundur, menjauhi Sheryl, "Rian minta maaf, Mom, mom, mom, Aww!!! Mommy!" Dia berteriak keika Sheryl menarik salah satu telinganya.

"Anak nakal! Apa saja yang sudah kamu lakukan tanpa sepengetahuan, Mommy, hah?!"

Valerian meringis kesakitan, mencoba melepaskan diri tapi tarikan ibunya semakin kuat. Dia menatap ayahnya memohon, namun lagi-lagi sang ayah memalingkan wajah seolah tidak peduli.

"Daddy, where are you going? Help me!"

PRISON [END]Where stories live. Discover now