67

53K 3.9K 151
                                    

Sepanjang hidupnya, Sheryl lupa kapan terakhir kali seseorang menyiapkan pesta ulang tahun untuknya. Wanita itu begitu terkejut saat keluar dari kamar dan mendapati lantai satu yang begitu luar—kamar Sheryl dan pria itu berada di lantai dua, sudah penuh dengan balon, bunga hingga hiasan yang begitu memukau matanya. Bahkan sejauh mata memandang, hanya ada warna kesukaan Sheryl yang memenuhi ruang itu. Warna merah muda.

"Happy birthday, Mrs. Harnett."

Sheryl tersenyum canggung kepada pelayan yang baru saja memberi ucapan padanya. Dia canggung bukan karena sekarang hanya menggunakan baju polos juga jeans sedangkan para pelayan wanita itu sudah rapi dengan seragam. Bukan juga karena rambut acak-acakannya sehabis bangun tidur atau kantong mata hitam dibawah matanya. Wanita itu hanya merasa canggung dengan bagaimana mereka memanggil dirinya.

Mrs. Harnett.

"Nona, saya sudah menyiapkan sesuai dengan permintaan tuan Eros." Arthur mendatanginya, "Silakan beri tahu saya jika ada yang kurang. And happy birthday."

"Thank you." Sheryl memasukan tangannya ke dalam kantong belakang celana yang sedang ia gunakan, "Tapi sepertinya ini sedikit berlebihan."

Mungkin sangat berlebihan untuk ukuran pesta ulang tahun tanpa seorang tamu. Ya, tanpa tamu karena pria itu tidak akan membukakan pintu rumahnya untuk orang lain. Hanya saja, saat tadi Sheryl mengatakan ingin hadiah. Dia tidak benar-benar menginginkannya. Tidak jika hanya dia sendiri yang merayakan.

"Honey," Sheryl dapat merasakan seseorang memeluk pinggangnya dari belakang sebelum mencium pipinya. "Siapa yang ulang tahun? Tumben rumah jadi meriah seperti ini."

Tanpa menoleh pun Sheryl tahu siapa pria di belakangnya sekarang.

"Me." Jawab Sheryl sambil mengangkat bahunya.

Noah tidak menjawab. Pria itu kemudian membalik badan Sheryl, memaksa wanita itu untuk memandangnya, "Kamu nggak lagi becanda 'kan?"

"Pengennya sih becanda, tapi kamu boleh memeriksa tanda pengenal aku kalau emang hari ini ulang tahun aku."

"Really?"

Sheryl mengangguk.

Noah menarik tangan Sheryl lalu memeluknya, "Selamat ulang tahun, sayang." Noah mengusap rambut bagian belakang Sheryl, "Kamu sudah melalui masa yang sulit. Tapi aku berjanji akan membuat kamu bahagia setelah ini."

Sheryl membalas pelukan Noah. Tapi dia tidak membalas ucapan pria itu. Kepalanya sedang berputar mencari alasan tepat untuk menjawab semua kebingungan yang sedang ia rasakan.

Bukankah Noah orang yang paling mungkin untuk mengingat ulang tahunnya. Karena pria itu lah yang membawa Sheryl ke dalam lingkar penderitaan dulu ia rasakan. Kenapa Noah bisa lupa dan malah terkesan Eros yang mengetahui segala tentang dirinya?

***

"Eros."

"Hmm?"

"Kamu tahu nggak gimana dulu aku sama Noah pertama kali ketemu?"

Sheryl menopang kepalanya dengan tangan, memandang Eros yang sudah membuka mata, memandang Sheryl tajam karena pertanyaannya barusan.

"Why?" tanya pria itu.

"Nope. Hanya penasaran."

"Yaudah kalau gitu aku nggak perlu jawab." Eros mengarahkan telunjuknya pada dahi Sheryl, mendorongnya hingga kepala wanita itu kembali tertidur di atas bantal, "Go back to sleep."

Sheryl mendengus, tapi ia tidak menyerah. Wanita itu mengangkat tangan Eros dan mengatur posisi untuk tiduran disana. "Kalau kamu nggak mau jawab karena takut aku bakal ngungkit tentang kamu yang dulu nyiksa aku. Kamu nggak usah khawatir, karena aku nggak bakal mengungkit tentang itu lagi."

PRISON [END]Where stories live. Discover now