18

92.4K 5.2K 244
                                    

Sheryl merasa Eros tengah memperhatikan dirinya, dari atas hingga bawah, tidak ada bagian yang terlewat dari sorot tajam itu. Wanita itu sedikit kesusahan menelan saliva pada tenggorokan ketika pandangan Eros jatuh tepat pada perutnya.

Tanpa sadar, Sheryl menyilangkan kedua tangan untuk memeluk perut yang masih rata itu. Rasa takut dengan bayangan yang akhir-akhir ini terus berkeliaran dalam kepala kembali menakutinya. Eros mungkin saja sudah berniat membunuh mereka berdua, tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Begitu picik. Haruskah Sheryl memohon padanya? Lebih baik anak dalam kandungannya tidak diakui daripada harus dibunuh oleh ayahnya sendiri.

Ah, lalu apa bedanya ia dengan Eros, bukankah dia juga mencoba membunuh anaknya?

Eros mengangkat satu alis, memperhatikan tingkah laku wanita itu yang berdiri dengan gelisah, "Apa benar ada bayi disana?" tanya pria itu, menunjuk bagian yang masih di peluk oleh Sheryl, "Kenapa tidak ada bedanya?"

Pria itu berdiri dari duduk santainya, mendekati Sheryl yang sudah beranjak mundur.

"Jangan mendekat," bisik Sheryl pelan.

"Apa aku ayah dari bayi yang sedang kamu kandung?" tanya pria itu lagi, terus berusaha memojokan wanita itu.

Langkah Sheryl terhenti, rasanya ia ingin tertawa dan menampar pria itu saat ini juga ketika mendengar pertanyaan yang sebenarnya tidak butuh jawaban itu. Eros pikir siapa yang membuatnya hamil ketika ia hanya tidur dengan pria itu!

"Jangan menatap aku seperti itu, sayang, aku hanya ingin mengetahui kebenarannya, siapa tahu kamu pernah tidur dengan penjaga yang ada disini."

Sial!

Satu tangannya terangkat, melayangkan satu pukulan yang langsung ditahan oleh Eros sebelum menyentuh wajah menyebalkannya. Tidak habis pikir, ia mencoba menggunakan satu tangannya. Gagal. Eros lagi-lagi menangkap tangannya.

"Lepasin, brengsek!" Wanita itu mencoba melepaskan tangannya yang dicengkaram kuat oleh Eros.

"Sssttt... wanita hamil tidak boleh berkata kasar." Pria itu tersenyum tipis, sebelum melepaskan wanita itu, "Dan kamu lolos. Aku sudah yakin jika anak ini memang anak aku."

Sheryl menarik nafas sebanyak mungkin, butuh usaha yang sangat besar untuk tidak menerjang pria itu dan memukulnya lagi. Karena ia tahu, itu akan percuma dan membuang-buang tenaganya.

Pria itu mengangkat dagu Sheryl, memaksa wanita itu untuk menatapnya, "Sebenarnya aku sangat ingin membunuhmu. Kematian kamu adalah kedamaian untuk kita semua, sayang. Tapi aku masih sayang dengan darah dagingku sendiri."

"Kenapa aku tidak terkejut? Ternyata psikopat gila seperti kamu masih memiliki hati untuk mencintai seseorang selain dirinya sendiri."

Eros terkekeh pelan, sebelum tertawa dengan keras. Tubuh Sheryl bergidik ngeri mendengar tawa menyeramkan itu.

"Ah, sudah lama sekali aku tidak tertawa semenyengankan ini." Kata Eros beberapa saat kemudian. Wajah pria itu bergerak maju, ingin melumat bibir Sheryl sebagai tanda terimakasih karena sudah melakukan sesuatu yang ia pikir tidak akan pernah terjadi lagi pada dirinya. Namun, wanita itu memalingkan wajahnya sehingga ia berakhir mencium permukaan pipi saja.

Eros memejamkan matanya, mengangkat wajah, menempelkan pipi mereka berdua, "Sudah berapa lama aku tidak meniduri kamu? Tiba-tiba aku merindukan diriku yang berada di dalam tubuhmu," bisik pria itu.

Eros masih berusaha untuk mencium wanita itu dan Sheryl yang berusaha menjauhi pria itu.

Sampai akhirnya Eros mendesis, mengeluarkan senyum iblis andalannya. Sejak kapan dia di tolak oleh wanita, apalagi wanita rendahan yang menjadi kesukaan Noah ini.

Tangan Eros terangkat, tanpa basa basi mencekik leher wanita itu. Tidak mempedulikan ringisan Sheryl, saat tubuh wanita itu mulai terangkat.

"Kamu udah bosan hidup, ya?"

Cekraman Eros pada leher Sheryl semakin kuat, udara yang masuk kedalam paru-parunya mulai menipis. Saat wanita itu merasa kesadaran mulai menghilang, pria itu melepaskan tangannya dan membiarkan tubuh Sheryl merosot jatuh, terduduk di lantai.

Wanita itu langsung menarik nafas sebanyak mungkin, melirik Eros yang mulai mengerang memegang kepalanya.

"Shit!" Eros harus berpegangan pada ujung ranjang, ketika ia merasa Noah mencoba bangun untuk menguasai tubuh itu.

Sheryl bergerak mundur, ketakutan. Eros mulai berteriak seperti sedang menahan sesuatu yang tidak terkendali. Dan wajah pria itu terlihat sangat mengerikan.

Tidak lama setelah itu Eros tertawa, kembali seperti semula seolah tidak terjadi apa-apa padanya barusan. Dia selalu berhasil mengalahkan Noah, selalu. Karena Noah itu lemah, tidak seperti dirinya.

"Maaf membuat kamu takut. Dia sepertinya sangat menyukaimu," Eros mendekat, meraih tubuh Sheryl sebelum melepaskan bajunya tanpa paksaan, karena tubuh wanita itu sangat rapuh untuk sekedar melawan.

"Aku punya ide yang bagus. Bagaimana kalau kita menikah?" kata Eros, "Aku akan berperan sebagai pria yang bertanggungjawab karena sudah membuat kamu hami. Menjadi ayah yang baik untuk anak kita, lalu hidup bahagia selamanya seperti dongeng yang sering kamu baca."

Eros menunjukan tampang seperti berfikir, lalu berdecak, "Apa aku terlalu buru-buru? Haruskah aku bersabar menunggu kamu siap terlebih dahulu sebelum memutuskan akan menghabisi sisa hidup kamu dengan pria mengerikan seperti aku?" Kedua tangan pria itu mengangkat tubuh Sheryl ke atas ranjang, "Setidaknya, kamu bisa terlebih dahulu tinggal bersama kami."

Sheryl hanya diam tidak menjawa, otaknya kesulitan mencerna ucapan pria itu

Pria itu memainkan rambutnya, sebelum tersenyum tipis dengan mata biru yang begitu bersinar, "Sepertinya akan menyenangkan."

PRISON [END]Where stories live. Discover now