61

57.6K 4K 26
                                    

Sheryl menopang dirinya untuk tidak terlalu membungkuk untuk menindih tubuh Noah. Wajah wanita itu selalu berpindah untuk mencari pasokan udara yang kurang karena kegiatan mereka. Walaupun begitu, tidak ada niat sedikitpun untuk melepaskan bibirnya yang sedang menyesap setiap inci bibir pria itu untuk menjauh.

Seperti heroin, Sheryl begitu kecanduan untuk selalu merasakan bibir pria itu di setiap detiknya. Dia bisa uring-uringan seharian jika tidak mengecupnya sekali saja. Jika Sheryl tidak mengingat dengan kondisi tubuh Noah yang masih memprihatinkan, mungkin dia akan membawa tubuh pria itu ke ranjang dan melakukan hal lain lebih dari ini.

Sheryl menjauhkan diri saat desahan itu mendesak untuk keluar. Tangan Noah meremas dadanya yang tidak menggunakan pengaman dari luar dengan cara sensual. Pria itu selalu bisa mengeluarkan sisi jalang wanita itu dengan hanya menggoda titik sensitifnya. Katakan bahwa ia sudah tertular virus nafsu pria itu, tapi Sheryl benar-benar menginginkan itu sekarang.

Sheryl mengigit bibirnya sambil memperhatikan Noah yang juga sedang menatapnya intens. Wanita itu mulai merasa panas menjalar sedikit demi sedikit sampai membuat pusat tubuhnya menjadi basah. Hingga ia memajukan kembali wajahnya untuk mencium Noah, tapi pria itu terlebih dahulu menahannya.

"We need to stop." Kata pria itu terkekeh pelan.

Satu alis Sheryl terangkat memandang Noah yang malah tertawa kecil. Dengan sisa tenaga wanita itu mulai menarik nafas panjang, berusaha menetralkan sesuatu yang begitu mendesak di dalam tubuhnya dan menuruti kemauan pria itu.

"Sorry. I can't controll myself." Mungkin terdengar begitu bodoh karena Sheryl mengakuinya. Dirinya sekarang sangat berbeda dengan yang dahulu. Dia yang dulu hanya bisa menunduk malu ketika sehabis berciuman atau bercinta. Tapi sekarang, dia terlihat seperti wanita agresif yang haus akan sentuhan.

Jangan salahkan Sheryl. Siapa saja tidak akan bisa menolak jika harus berhadapan dengan pria yang memiliki rupa dan tubuh seperti pria itu setiap harinya. Kadang Sheryl merasa heran dengan dirinya dulu yang mampu menahan hasrat untuk tidak menyerang pria itu duluan.

"Aku yang harusnya minta maaf. Aku bakal lebih berusaha lagi biar cepet sembuh." Kata Noah lagi.

"Kamu udah sembuh kok. Tinggal dikit lagi pasti kamu udah bisa jalan. Lagian tangan kamu udah bisa gerak 'kan?"

"Lumayan." Noah membuktikan ucapannya dengan melambaikan tangan pada Sheryl.

"Tuh, jadi nggak usah minta maaf." Kata Sheryl, lalu berjalan kebelakang Noah sebelum mendorong kursi roda pria itu. Sheryl membawa Noah kembali ke kamar mereka, setelah sebelumnya membantu pria itu untuk melakukan perawatan rutin setiap hari. Kesembuhan Noah ternyata tidak begitu mudah. Butuh beberapa minggu hanya untuk bisa menggerakan tangannya kembali sebelum dapat digunakan dengan sempurna.

Sheryl membawa Noah melewati banyak ruang sebelum sampai ke kamar mereka, hanya untuk mendapati kedua anaknya masih tertidur di dalam boks. Wanita itu tidak meninggalkan mereka begitu saja. Ada beberapa orang yang menjaga mereka menggantikan Sheryl. Hanya saja sepertinya orang-orang itu terlebih dahulu keluar karena mengetahui Sheryl dan Noah akan datang.

"Maaf aja nggak cukup untuk semua yang aku lakuin ke kamu."

Sheryl menarik nafas kasar, "Jangan mulai lagi. Aku udah bosan ngedenger hal yang sama berulang-ulang kali."

"Aku serius, Honey. Aku nggak tahu harus ngapain biar kamu maafin aku."

Mendengar itu, Sheryl melepas pegangannya pada kursi roda Noah lalu berjalan ke depan pria itu dan berlutut. Wanita itu mendongak setelah mengambil tangan Noah untuk menggenggamnya, "Aku udah maafin kamu. Kamu nggak pernah berbuat salah sama aku."

PRISON [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن