29

66.4K 4.6K 34
                                    

Noah membuka pintu kamar Sheryl, mengedarkan pandangan keseluruh ruang tapi ia tidak menemukan keberadaan wanita itu. Kakinya melangkah masuk saat penglihatannya jatuh kepada horden yang tertiup angin karena pintu yang terbuka. Dan benar saja, Sheryl berada disana, sedang duduk pada sofa dengan sebuah buku dipangkuannya.

"What are you do—" belum sempat Noah menyelesaikan kalimat, Sheryl terlebih dahulu menoleh dengan raut wajah yang kentara sangat terkejut. Mata wanita itu sedikit membesar, menurunkan kakinya yang terlipat, berusaha bersikap tenang kemudian memandang pria itu dengan wajah datar meski tidak menutupi ketakutan pada wajahnya.

"Sejak kapan kamu berdiri disana?" Tanya Sheryl, memecahkan keheningan saat pria itu hanya diam.

"Tidak begitu lama. Sebenarnya aku ingin mengajak kamu sarapan bersama, tapi sepertinya aku sudah terlambat karenas sepertinya kamu sudah makan," Noah mengangkat bahu seraya tersenyum lembut—mendelik kepada piring-piring yang sudah hampir kosong di meja dekat wanita itu.

Refleks, Sheryl mengikuti arah pandang pria itu. Rangannya terulur, bergetar mencoba meraih gelas yang masih penuh susu itu—dia sebenarnya berniat untuk membuang minuman itu nanti, sebelum Noah datang. Dengan susah payah, ia meneguk langsung hingga membuat saluran nafasnya tersumbat dan berakhir terbatuk-batuk.

"Pelan-pelan, aku tidak akan mencurinya jika itu yang kamu khawatirkan," Noah tertawa geli, duduk di samping, membantu wanita itu untuk meminum susunya lagi.

"Terimakasih," ucap Sheryl, membersihkan sisa susu pada sudutnya. Arah pandangan matanya tidak menentu, merasa gugup ketika menyadari pria itu terus memperhatikannya. Sheryl menarik nafas saat sadar jika gelas yang ia pegang masih tersisa banyak. Tidak ingin pria itu curiga, ia memalingkan wajah untuk menghabiskan susu itu tanpa bersisa—meski wanita itu yakin setelah ini ia akan mengeluarkan semua isi di dalam perutnya. Namun sebelum ia sempat meneguk minuman itu sampai habis, pria itu menarik tangannya, memaksa untuk kembali berhadapan dan saling memandang satu sama lain.

"Ke..napa?" Tanya Sheryl penuh ketakutan.

Perasaan itu selalu muncul di dada Noah saat berada di dekat Sheryl, perasaan hangat yang selalu sama sejak pertama kali mereka bertemu. Pria itu tidak pernah tahu jika sebenarnya ia begitu menginginkan Sheryl sebanyak ini. Tubuhnya mendekat, menghembuskan nafas di wajah wanit itu sebelum menempelkan bibirnya. Secara hati-hati bibir Noah bergerak, melumat dan menyesap setiap sudut yang terasa manis itu. Noah bahkan bisa merasakan rasa susu yang masih tertinggal dalam mulut itu. Ciumannya berpindah pada pipi Sheryl lalu semakin turun ke leher dan mengecupnya berkali-kali. Namun gerakan tangannya yang ingin meremas dada itu terhenti saat Sheryl menahannya.

"Maaf," bisik Noah kemudian menaikan wajah, ingin mencium bibir wanita itu lagi. Tapi ia berhenti, saat melihat wajah Sheryl yang terpejam dengan bibir bergetar ketakutan. Noah terdiam. Dia melupakan fakta bahwa mungkin saja Sheryl masih melihat diirnya sebagai sosok Eros—yang kapan saja bisa menyakitinya. Apalagi apa yang Noah lakukan sekarang seperti menunjukan jika dia tidak jauh berbeda dengan pria itu. Tipikal Eros sekali yang tidak mau membuang-buang waktu. Seharusnya Noah sedikit lebih berhati-hati.

"Sekali lagi aku minta maaf, seharusnya aku tidak terburu-buru," Noah menghembuskan nafas lemah, "Baby, open your eyes." Pria itu mengelus pipi Sheryl lembut, memberi ketenangan, ingin menunjukan jika dirinya serius dengan perkataan tadi. Saat wanita itu membuka mata, menatap mata birunya, entah mengapa dada Noah menjadi berdetak tidak karuan.

Noah sangat menginginkan wanita ini.

"Apa kamu tidak bosan berada di dalam kamar? Mau berkeliling rumah ini?" tawar Noah setelah kecanggungan itu mulai menghilang.

Tanpa di duga wanita itu langsung menganggukan kepalanya, "Bosan. Apa aku boleh berkeliling rumah ini?"

"Tentu, anggap saja tempat ini adalah rumah kamu," Noah tersenyum, menjulurkan tangan untuk menyentuh perut Sheryl yang terlihat lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan wanita itu?

"Kira-kira mereka berjenis kelamin apa?" Noah mulai bermonolog, "Kamu ingin anak perempuan tau laki-laki terlebih dahulu untuk anak pertama kita?"

Kalau boleh jujur, Sheryl tidak menginginkan keduanya apalagi jika harus mendapatkannya dengan cara seperti ini. Dia benar-benar tidak ingin memiliki anak bersama dengan pria itu.

"Apa kamu sudah menyiapkan nama untuk mereka?" Tanya Noah lagi.

Sheryl hanya menggeleng sebagai jawabannya.

Noah terkekeh pelan, mengelus rambut Sheryl lalu berucap, "Kita bisa memikirkannya nanti. Sekarang, kamu bisa berganti baju terlebih dahulu. Aku akan menunggumu di luar," kata Noah, berdiri, bermaksud untuk meninggalkan wanita itu.

Namun, dia berhenti, langkah kakinya pun belum terlalu jauh ketika mendengar suara wanita itu bertanya dengan nada keputusasaan.

"Who are you?"

Noah berbalik, tidak dapat menyembunyikan senyumnya yang semakin lebar saat Sheryl akhirnya mempertanyakan sesuatu yang selama ini ia tunggu-tunggu.

"Aku tahu kalau kamu bukan Eros. Jadi, katakan siapa kamu sebenarnya."

PRISON [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin