69

53.5K 3.5K 64
                                    

Suara gelak tawa membuat Sheryl membuka mata, memaksa tubuhnya untuk duduk hingga membuat kepalanya terasa pusing hanya untuk mendapati salah satu anaknya dilempar ke udara lalu ditangkap oleh pria itu. Hati Sheryl tanpa bisa dicegah langsung berdegup cepat takut jika terjadi apa-apa pada anaknya, tapi ia tidak berbicara pun menegur pria itu karena tidak tega mengganggu keseruan mereka berdua.

Sheryl melirik jam besar diruangan mereka yang menunjukkan pukul dini hari lalu mendengus, pasti pria itu yang membuat anaknya itu untuk terjaga. Wanita itu sudah bisa menebaknya karena memang kelakuan Eros diluar nalar manusia. Terkadang kedua anaknya itu baru terlelap beberapa menit, tapi pria itu selalu memaksa Sheena dan Sheera untuk terbangun dengan alasan mereka terlalu mirip dengan Sheryl ketika tertidur dan Eros membencinya. Sangat lucu sekali.

Cukup lama Sheryl terdiam di atas tempat tidur hingga Eros menyadari bahwa wanita itu sedang mengamati dirinya.

"Did we wake you up, Mommy?" Eros mendekati Sheryl, membawa anaknya— yang ternyata adalah Sheera dengan mengangkatnya di atas kepala, menerbangkannya seperti tubuh anaknya itu mainan pesawat. Sheryl memejamkan mata, merasakan kepalanya mulai berdenyut sakit melihat kelakuan pria itu.

"Here you go." Pria itu mengayunkan Sheera sebelum memberikan pada Sheryl dengan cara melemparnya cukup pelan ,tapi cukup membuat Sheryl mengalami serangan jantung saat menangkapnya.

"Eros, pelan-pelan!" pekik Sheryl nyaring tapi tidak berhasil menyurutkan tawa nyaring Sheera dipelukannya, menampakan beberapa kecil yang mulai tumbuh di mulut anaknya itu.

"Aku udah pelan Mommy. Atau kamu mau aku lempar juga? Rasanya aku udah lama nggak nyiksa kamu. Paling enggak kamu harus ngerasain jatuh dari ketinggian biar tahu rasanya tulang rusuk kamu patah secara bersamaan."

"Terus aku mati dan ninggalin kalian berempat. Good job."

Eros tampak berfikir, "Sepertinya bukan ide yang bagus. Karena kalau kamu mati aku sudah pasti akan ikut. Kalau aku ikut berarti Noah juga. Berarti kita semua ninggalin Sheena dan Sheera jadi yatim piatu. Hidup sebagai yatim piatu itu nggak enak. So congrastulation, aku nggak jadi lempar kamu." Tiba-tiba pria itu menutup telinga Sheera, "Mommy, kamu jangan ngomong yang nggak bener. Anak aku lagi dengerin omongan kita."

Sheryl memutar mata karena lelucoan pria itu, ia kemudian beralih pada Sheera yang kini terlihat kesal karena ditahan oleh wanita itu untuk tidak meminta gendong pada ayahnya lagi. "Kenapa kamu bangunin? Kasihan waktu tidur Sheera jadi berkurang karena kamu."

"Kamu nyalahin aku?"

"Kalau bukan kamu siapa lagi yang bangunin?"

"Temen Sheera."

Sheryl refleks memukul lengan pria itu. Bisa-bisanya Eros menakuti Sheryl dengan perkataannya yang tidak masuk akal dengan mengatakan bahwa anaknya memiliki seorang yang kasat mata. "Not funny."

"Bisa saja 'kan. Dulu waktu kecil karena nggak punya temen aku membuat temen aku sendiri."

Pengakuan Eros membuat Sheryl yang tadinya beringas menjadi tutup mulut, tidak memiliki alasan yang cocok untuk membalas ucapan Eros. Hingga akhirnya dia merasa pria itu berhasil merebut Sheera dari pelukannya.

"Aku tadi lagi kerja, nggak mungkin aku males-malesan seperti seseorang sedangkan tanggungan aku makin banyak. Terus anak aku bangun, berdiri di sisi boks dan setelah aku periksa ternyata susu di botol dia lagi habis. Iyakan , sugar?" Eros kembali melancarkan aksinya dengan menggelitik leher Sheera dengan jenggot tipis yang baru saja Sheryl cukur, "Karena aku nggak ngerti cara bikin susu formula atau mengambilnya dari payudara kamu seperti biasa yang kamu lakuin. Jadi, aku memutuskan untuk menemani Sheera."

PRISON [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora