53

63.8K 4.1K 311
                                    

"Brengsek! Keluarkan aku dari tempat sialan ini!" teriak Natasha untuk kesekian kali.

Tapi seperti menutup telinga, para pelayan itu tidak juga membukakan pintu untuknya. Bahkan Natasha tidak mendengar suara apapun diluar. Sesuai dugaannya hanya dirinya yang berada di lantai itu. Sendirian dengan perasaan diliputi dendam.

"Jika Eros tahu aku dikurung disini. Dia pasti akan membunuh kalian semua!" Natasha tidak menyerah. Wanita itu tetap memukul pintu untuk kesekian kali, berharap seseorang akan datang karena mendengar ancamannya.

Sudah berminggu-minggu dia disekap disebuah ruangan. Meskipun Natasha tidak dikurung di penjara yang dulu, tapi rasanya ia lebih muak berada disini. Jangan tanyakan bagaimana keadaan ruang sekarang ia tempati. Hancur dan berantakan. Hanya itu yang bisa Natasha lakukan untuk melampiaskan kemarahannya.

Hatinya tidak tenang memikirkan keadaaan Eros saat tahu pria itu ikut terjatuh dengan Sheryl. Tidak ada satupun yang memberikan kabar padanya. Dia hanya dibiarkan begitu saja ditempat itu. Ditengok ketika diberi makan dan setelahnya Natasha tidak dianggap sama sekali.

Wanita itu meremas kepalanya yang terasa sakit, semakin lama ia disini mungkin Natasha benar-benar bisa gila.

Ini semua salah Sheryl. Jika saja wanita itu tidak membuat Natasha marah, mungkin ia tidak akan nekat mendorong wanita itu. Walaupun Natasha tidak mengharapkan Eros ikut terlibat, tapi Natasha sama sekali tidak menyesali telah menyingkirkan Sheryl. Kalau bisa kedua anaknya juga ikut tersingkirkan bersama dengan ibunya. Dan setelah itu Eros akan hidup bersama dirinya tanpa ada lagi penganggu.

Kesal karena usahanya lagi-lagi tidak membuahkan hasil, Natasha memilih menuju balkon tempat itu, dari situ ia bisa tahu dimana dirinya berada. Mereka menempatkan wanita itu dilantai empat rumah Eros. Lantai empat. Benar-benar sangat licik menempatkannya di ruangan tidak perpenghuni seperti itu.

Dia hanya memandang bosan pemandangan dibawah yang terasa begitu jauh dan tinggi. Natasha tidak berniat untuk mencoba kabur menuruni balkon itu, karena dia masih sayang dengan nyawanya yang berharga. Dilihat dari manapun tidak ada celah untuk Natasha untuk melarikan diri selain dari pintu masuk ataupun meloncat dari situ. Dia tentu tidak akan memilih opsi kedua. Natasha hanya perlu bersabar, sebelum nanti Eros akan melepaskannya.

Bulu roma Natasha meremang mendengar suara pintu terbuka. Secara otomatis dia berbalik. Senyum wanita itu terlukis saat melihat pria yang sedari tadi ia pikirkan datang menemuinya.

Benarkan, Eros akan datang menjemputnya.

Mungkin Sheryl benar-benar sudah mati karena akhirnya pria itu telah kembali padanya.

Tanpa rasa takut wanita itu mendekati Eros, tersenyum senang pada pria itu yang menatapnya datar dengan hawa yang begitu menusuk. Mengabaikan semua itu, Natahsa bertanya, "Akhirnya kamu datang. Apa kamu baik-baik saja?"

Natasha mengamati tubuh Eros yang berbalut dengan perban, bahkan untuk berdiri saja pria itu harus dibantu oleh tongkat. Ya Tuhan. Eros-nya yang malang, demi menolong wanita tidak tahu diri, pria manis ini harus menerima akibatnya.

"Maafkan aku," Natasha mengelus pipi Eros, "Aku tidak bermaksud untuk membuat kamu ikut jatuh dan terluka seperti ini."

Eros menepis tangan Natasha, tanpa berkatapun berjalan melewati wanita itu.

"Aku berharap kamu tidak marah dengan apapun yang telah terjadi," Natasha mengikuti Eros, lalu memeluk pria itu dari belakang. "Ini semua aku lakukan untuk kamu. Demi kita berdua. Aku hanya ingin memberi pelajaran kepada wanita sialan itu karena sudah berani merebut kamu apa yang sudah menjadi milikku."

PRISON [END]Where stories live. Discover now