72

45.1K 3K 49
                                    

Semejak pengakuan terakhir Sheryl pada Eros, tidak ada perubahan yang signifikan pada hubungan mereka berdua. Pria itu masih memperlakukannya sama, suka mempermainkan Sheryl ataupun membuat wanita itu marah. Terkadang Eros sesekali membuat Sheryl menangis karena keinginannya—bawaan hamil, tidak langsung dituruti.

Saat itu mereka berakhir dengan bercinta di dalam mobil, Eros mengajaknya pulang. Setelahnya tidak ada yang bersuara diantara mereka, bahkan terkesan canggung. Pria itu bertingkah bahwa perkataan Sheryl saat itu bukanlah apa-apa. Berbeda dengan wanita itu yang merasa sedikit terluka dengan balasan Eros.

Pada awalnya Sheryl memang tidak menginginkan jawaban apapun dari Eros tapi ketika dipikirkan sekali lagi, wanita itu sangat ingin mengetahui bagaimana perasaan pria itu padanya. Apakah Eros juga mencintainya atau apakah pria itu hanya membutuhkannya? Sheryl harus mengakui bahwa dirinya juga menginginkan sesuatu yang lebih, dia tidak ingin hanya jatuh cinta sendirian.

Karena Sheryl tahu itu pasti sangat menyakitkan, sedangkan semakin hari ia semakin mencintai pria itu.

"Melamun apa, Mommy?"

Gerakan tangan Sheryl yang sedang mengupas kulit apel terhenti lalu mengangkat wajahnya yang tertunduk, memandang Eros yang sengaja memiringkan tubuhnya untuk menatap raut muka wanita itu.

"Pendengaran kamu bermasalah, ya? Aku dari tadi bicara sama kamu tapi kamu malah diam. Atau mungkin mulut kamu yang udah bisu?" Pria itu dengan santai mengambil apel yang ada ditangan wanita itu.

Sheryl menarik nafas, sudah terlalu bisa mendengar perkataan kasar Eros padanya. Jadi, wanita itu memilih untuk mengabaikan pria itu, tidak juga mempermasalahkan apel yang baru ia kupas susah payah diambil seenaknya dan lebih memilih mengambil yang baru. Ataupun berusaha meminta maaf karena tidak mendengarkan pria itu sedari tadi karena pikirannya melayang entah kemana. Lagipula selalu terbawa emosi tidak akan baik untuk kesehatan janinnya.

"Kamu nyuekin aku?" Eros tertawa sinis menatap Sheryl dengan pandangan tidak percaya, "Kamu udah bosan hidup?"

Sheryl mendesah pelan, merasa bosan dengan ancaman yang sama berulang kali. Apakah pria itu tidak memiliki ancaman yang lebih bermutu dan dapat membuat Sheryl tidak berkutik karena takut?

"Mommy." Panggil pria itu lagi. Tapi Sheryl masih tetap diam, memotong apelnya satu persatu dan memakannya.

"Mommy." Eros tidak tinggal diam, tangannya terangkat dan dengan sengaja menarik pipi Sheryl. "Kalau aku lagi ngomong itu dijawab." Eros menguatkan tarikannya bahkan kini pada kedua pipi Sheryl, hingga membuat wajah wanita itu meringis.

"Sakit!"

"Kalau aku sakitin baru mau ngomong?"

"Lepasin!"

"Gak mau."

"Let me go, before I kick you dick!"

Eros langsung melepaskan tangannya, melangkah mundur untuk menjauhi Sheryl yang terlihat seperti wanita ular berbisa, mencegah asset berharganya untuk tidak benar-benar ditendang oleh wanita itu. Sheryl memang lebih menyeramkan setelah hamil lagi, jadi Eros bisa menduga jika wanita itu tidak sedang bercanda dan akan melakukan perkataannya jika Eros tidak segera menjauh.

"Mommy, you scared me."

Sheryl menghela nafas, menoleh hanya untuk mendapati Eros yang kini berdiri pada jarak waspada menjauhinya dengan wajah sedih dibuat-buat. Takdir memang sangat hebat bukan? Pria itu yang dulu selalu ia takuti kini malah takut pada dirinya.

Sheryl meletakan pisau dan apel yang masih ia pegang lalu mendekat pada Eros. Hatinya sedikit tergelitik karena pria itu malah bergerak mundur setiap Sheryl melangkah untuk maju. Hingga Sheryl mempercepat langkah kakinya dan berhasil berdiri di depan Eros.

PRISON [END]Where stories live. Discover now