37

60.8K 4.3K 67
                                    

Sheryl tidak tahu, akah dia harus senang ataukah harus merasa sedih karena akhir-akhir ini Eros tidak pernah muncul dihadapannya. Apalagi sekarang, Noah yang lebih sering menemaninya, dengan sikap manis yang kapan saja bisa membuat Sheryl merasa aman dan terlindungi. Namun tetap saja, Sheryl masih tidak terbiasa.

Wajah mereka mirip, tubuh mereka sama, sekilas tidak ada yang berbeda jika pertama kali melihat pria itu. Hanya kepribadian mereka yang berbeda—jauh sangat berbeda. Semua itu membuat Sheryl menjadi bimbang, siapa sebenarnya diantara mereka berdua yang benar-benar membuat dirinya merasa nyaman. Sheryl tidak langsug mengenali mereka berdua begitu saja. Butuh keahlian dan kesabaran lebih tepatnya. Dia harus terdiam lama terlebih dahulu, merasakan detak jantungnya, menatap sorot pandangan pria itu, barulah ia bisa mengetahui situasi seperti apa yang harus dihadapi.

"Sampai kapan kamu akan diam?" tanya Sheryl pada Noah yang sedang menyuapinya dengan buah-buahan. "Apa kamu masih tidak memiliki niat untuk bercerita?"

Noah adalah pribadi yang sangat baik kepada Sheryl. Apapun yang wanita itu inginkan, Noah selalu menurutinya. Apapun. Kecuali sesuatu hal yang bertentangan dengan Eros, seperti membiarkan dirinya melangkah jauh keluar dari rumah ini. Sheryl juga terkadang bingung, pria itu terkesan begitu melindungi Eros. Namun terkadang, Noah seakan-akan menginginkan jika Eros menghilang selamanya dari kehidupan yang dijalani.

"Kamu mau tahu apa lagi, hm? Sepertinya aku sudah menceritakan semuanya." Kata pria itu lembut.

"Everything." Kata wanita itu penuh penekanan, "Kalian tidak bisa selamanya menutupi masalah ini dariku. Aku juga berhak mengetahui segalanya karena kamu sendiri yang membawa diriku masuk ke dalam kehidupan kalian."

Noah tersenyum, "Baiklah. Aku tidak tahu harus bercerita darimana," pria itu lalu mengelus wajah Sheryl, "Tapi aku akan berusaha menjawab apapun yang akan kamu tanyakan."

Sheryl terdiam, memikirkan pertanyaan yang sebenarnya begitu banyak didalam kepalanya. Dia tidak boleh gegabah, tidak boleh terkesan memanfaatkan kebaikan pria itu karena sudah diberi izin untuk bertanya.

"Apa kamu mengetahui tentang Eros yang menculik—tidak, pria itu mengatakan membelinya, lalu mengurung wanita-wanita itu di dalam sebuah penjara di hutan sana?"

"Ya, aku tahu."

"Kenapa kamu tidak pernah mencoba untuk menyelamatkan mereka?"

"I did."

"Eros menggagalkan niat baikmu untuk membebaskan mereka." Kata wanita itu sinis, "Aku sudah mengetahui jika itu yang akan terjadi."

Noah tertegun sebelum tersenyum miris. Dia sadar, cepat atau lambat Sheryl harus mengetahui keadaan yang sebenarnya.

"Orang tuaku—kami. Aku dan Eros, telah meninggal—" Pria itu berkata sambil melirik pada Sheryl, "Saat aku masih kecil, sekelompok pencuri masuk ke dalam rumah kami. Mengurung aku dan kedua orang tuaku. Lalu yang aku ketahui selanjutnya adalah para pencuri itu membunuh orangtuaku."

Sheryl yang merasa bingung pada awalnya karena tiba-tiba Noah mengungkit tentang orang tua dirinya—padahal seingat wanita itu tidak pernah bertanya, merasa tertegun, memandang pria itu terkejut.

"Dan Eros yang menyaksikan semua itu."

Kali ini Sheryl tidak mengeluarkan suara. Berusaha sebisa mungkin mendengarkan seluruh cerita Noah yang memutuskan untuk membuka diri.

"Aku tidak mengingat satupun kejadian yang menimpa keluarga kami. Saat sudah sadar aku sudah berada di rumah sakit dengan tubuh penuh luka," kata pria itu lagi terdengar begitu menyakitkan, menceritakan hal paling pahit yang pernah menimpa hidupnya.

Sheryl mengepal kedua tangannya kuat. Ada perasaan aneh yang menjalar dihatinya memikirkan Eros yang masih kecil harus menyaksikan secara langsung tragedi mengerikan seperti itu. Namun ia tahu bawa perasaan itu hanya rasa kasihan dan simpati yang kebanyakan orang miliki.

"Beberapa bulan kemudian setelah keluar dari rumah sakit. Arthur menceritakan semuanya," pria itu menghela nafas berat sebelum melanjutkan, "Kalau aku sudah tidak memiliki harapan untuk bertahan hidup. Aku koma dan hampir mati. Tapi aku berhasil bertahan."

Ada jeda pada cerita pria itu. Namun Sheryl tidak ada niat untuk mencela.

"Apa kamu ingat, aku pernah mengatkaan jika Eros pernah menyelamatkan aku?" tanya Noah padanya.

Sheryl mengangguk, mencerna baik-baik semua kalimat yang Noah ucapkan.

"Dan aku tahu, aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan semua trauma yang dia alami."

Kali ini Sheryl menaikan alisnya, bermaksud menuntun penjelasan dari kalimat pria itu.

"Karena dulu, setelah orang tua kami dibunuh. Eros harus meraskan sesuatu yang mengerikan. Dia di culik kemudian disiksa di penjara. Persis dengan apa yang dia lakukan terhadap wanita-wanita itu."


***dont forget to vote and comment***


follow me on instagram (at) barbiebyunn

PRISON [END]Where stories live. Discover now