54

64.4K 4.5K 327
                                    

Eros mengaitkan jari-jarinya pada celah tangan Sheryl yang terasa begitu dingin. Wanita itu masih saja memejamkan mata seperti itu adalah hal paling membahagiakan dalam hidupnya, tanpa tahu bahwa Eros sedang menunggu wanita itu untuk terbangun. Kegiatan pria itu tidak jauh dari ruang olahraga di rumah sakit, memulihkan kaki dan tangannya masih tidak berfungsi dengan sempurna, lalu mengganggu kedua anaknya yang sekarang sudah tertidur dan terakhir berbicara pada Sheryl—walaupun berakhir dengan dia yang berbicara sendiri.

Wanita itu masih hidup, setelah berjuang cukup lama. Belum menghilang seperti yang Eros inginkan. Mungkin Tuhan memberi kesempatan pada pria itu untuk memperbaiki semua hal yang pernah terjadi atau bahkan memperburuk dalam artian untuk menyakiti Eros.

Sebelum itu benar terjadi, ada banyak hal yang belum Eros lakukan pada Sheryl. Seperti mencoba menyayat pergelangan tangan wanita itu dengan benda tajam, atau menghabisi semua rambut dikepalanya. Mungkin Sheryl juga harus merasakan lagi bagaimana Eros menghancurkan wajah cantik itu dan mematahkan seluruh tulang rusuknya sampai wanita itu benar-benar menyesal telah dilahirkan. Meski tahu, ia berakhir tidak akan pernah bisa melakukannya. Well, omongan dan hati pria itu memang terkadang terbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.

Dari semua yang ia bayangkan, ada satu hal yang benar-benar Eros harapkan bisa dilakukan bersama dengan Sheryl. Hidup selamanya dengan wanita itu dan membesarkan kedua anak mereka. Itu mungkin adalah neraka untuk Sheryl, karena ia harus menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Eros—dan Noah.

Lupakan Noah. Karena sekarang adalah tentang dirinya dan Sheryl.

Eros menginginkan anak yang lebih banyak dibandingkan jika hanya memiliki Sheena dan Sheera. Melihat kedua anak perempuannya Eros jadi menginginkan anak laki-laki. Eros bisa memperolehnya lagi bersama Sheryl, nanti. Semua akan terwujud jika Sheryl membuka matanya dan mengakhiri semua penderitaan Eros.

"I'm sorry. I killed someone again." Eros membuka suara, meletakan punggung tangan wanita itu di pipinya.

"Ini bukan salah aku sepenuhnya. Wanita itu berkata di depanku, kalau dia tidak menyesal sudah menyakiti kamu." Eros menarik nafas, "Padahal satu-satunya orang yang boleh menyakiti kamu itu adalah aku. Pemilikmu. Jadi, kamu tidak usah khawatir lagi, karena aku sudah menyingkirkan wanita tidak tahu diuntung itu. Aku sedikit menyesal sudah membunuhnya dengan cara yang masih wajar, menjatuhkan dia dari lantai empat."

Hanya Eros. Hanya Eros yang boleh menyakiti wanita itu. Bahkan Eros tidak segan untuk membunuh siapapun yang mencoba menyentuh kulit Sheryl walaupun hanya seinci. Hidup dan mati wanita itu ada padanya. Karena Sheryl adalah miliknya.

Dan bolehkan Eros mengatakan.bahwa, she owns him too.

"Apa aku boleh mengharapkan agar kamu cepat sadar? I mean, meskipun kami tidak mati, aku bisa lebih menyiksa hidupmu lagi jika kamu sudah terbangun."

Kadang Eros pernah berfikir. Memang mulut dan hatinya menginginkan Sheryl untuk mati. Karena.. Eros tidak suka dengan perasaan yang ia miliki, perasaan yang begitu ingin memiliki. Namun pria itu juga tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya jika Sheryl benar-benar meninggalkannya.

Mungkin saat itu juga Eros akan ikut mati bersama wanita itu.

"Jangan jadi ibu yang tidak bertanggung jawab karena menelantarkan kedua anaknya," kata Eros, "Aku bahkan masih tidak berani menggendong mereka berdua. Karena aku takut.. Aku takut akan menyakiti darah daging aku sendiri dan jika sampai kamu mengetahuinya, kamu pasti akan lebih membenci diriku."

Eros mendengus. Merasa bahwa dirinya hari demi hari semakin menjadi orang yang melankolis. Itu sangat lucu, dia merasa kehilangan jati dirinya yang sangat suka menyiksa orang dan berubah menjadi seorang budak cinta. Sungguh mengerikan!

"Semakin hari, si kembar semakin menunjukan kemiripan denganku, ayah mereka, sehingga kedua anak itu tumbuh menjadi putri yang sangat cantik. Tentu saja. Meski harus berkata jujur— aku sungguh tidak ingin mengatakannya, kalau terkadang mereka juga mirip denganmu. Ya tapi aku harus mengakui, mereka mengingatkan aku dengan sosok Sheryl masih remaja, yang berhasil membuat aku.. jatuh cinta untuk pertama kali."

Eros tertawa kecil, mengingat semua kenangan itu.

"Mereka tidak rewel, meski terkadang suka menangis tiba-tiba tapi kamu jangan khawatir, aku bisa mengatasinya. Mungkin mereka mengerti kalau ibu mereka masih teridur sedangkan aku, si ayah, yang masih menunggu kamu untuk terbangun."

Lucu karena sekarang ia benar-benar menjadi seorang Ayah. Hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Aku setuju memberi nama anak kita Sheena dan Sheera. Karena aku tahu kamu sangat menyukai nama itu dibandingkan dengan nama yang aku berikan. Jangan tanya, aku bisa mengetahui dari mana nama yang kamu inginkan itu."

Eros terdiam sebentar, karena merasa pasokan udara yang masuk kedalam paru-parunya mulai menipis.

"Kamu harus melihat semua perbuatan baik yang telah aku lakukan padamu. Aku bahkan menuruti semua keinginan kamu yang aku benci sekalipun."

Dada kirinya mulai terasa nyeri, lebih sakit dibandingkan tangan dan kakinya yang masih diperban. Eros sangat tidak menyukainya karena itu membuat dirinya semakin terlihat lemah.

"Apapun," Eros membiarkan dahinya menempel pada punggung tangan Sheryl, "Apapun. Aku berjanji akan lebih menuruti semua keinginan kamu. Aku akan berbuat lebih baik. Aku tidak akan pernah berperilaku jahat lagi sama kamu. Aku janji. Kita mulai dari awal dan perbaiki semua ini." Lanjut pria itu.

"Tapi tolong jangan pernah pergi meninggalkan aku. Rasanya aku tidak akan pernah sanggup jika harus bertahan hidup tanpa kamu."

Senyum getir terlukis pada wajah kusutnya.

"I'm tired, sweetheart. I've been waiting for you so long. Please, wake up."

Eros memejamkan mata, menarik nafas lebih dalam.

"Aku memang tidak pernah mengatakan ini secara langsung, tapi kamu harus tahu kalau.." Jeda sebentar sebelum pria itu melanjutkan, "I love you. Dari dulu hingga detik ini meski aku tidak pernah menunjukkannya. Harus aku akui jika perasaanku tidak pernah berubah. Aku tahu kamu tidak akan pernah membalasnya setelah semua yang aku perbuat. Tapi bisakah kali ini saja kamu memberi aku kesempatan untuk memperbaikinya?" tanya Eros dengan suara lirih.

Pria itu merasa bahwa dirinya berada pada batas putus asa hidupnya. Dia masih mengingat dengan jelas bahwa ia tidak pernah selemah itu selama menghadapi perselisihannya dengan Noah untuk berebut hak kepelimikan tubuh.Tapi sekarang, dia terlihat seperti pecundang nyata hanya karena mengharapkan seorang wanita. Pengaruh Sheryl memang sangat besar pada Eros.

Pria itu sendiri tidak bisa menjelaskan apa yang ia rasakan saat tangan yang masih ia genggam mulai bergerak. Menyadarkan Eros dari segala kegalauannya. Hingga ia menoleh pelan pada Sheryl yang masih terbaring.

Hatinya berdetak kencang saat memandang wajah pucat Sheryl. Wanita itu membuka mata dan menatap lemah pada Eros.

PRISON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang