50

56.5K 3.9K 33
                                    

Samar-samar, Sheryl dapat mendengar berbagai suara panik bersahutan. Dia berusaha membuka matanya yang terasa begitu berat. Hal pertama yang Sheryl lihat adalah orang-orang berbaju putih sedang berlarian mendorong dirinya—yang masih setengah sadar, melewati sebuah lorong terasa begitu panjang. Sheryl sempat menyipitkan mata melihat silau lampu yang berada di atasnya sebelum ia masuk ke dalam ruangan yang lebih gelap.

Bau obat yang begitu menyengat masuk ke dalam hidung Sheryl. Orang-orang tadi yang Sheryl yakini adalah para dokter sudah mengganti pakaian putih mereka dengan pakaian berwarna hijau.

Sheryl tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Perawat yang berada di atas wajahnya mencoba menenangkan, mengatakan bahwa sekarang mereka akan melakukan proses melahirkan untuk menyelamatkan kedua bayinya. Dada Sheryl bergedup kencang, tiba-tiba seberkas ingatan saat dirinya terdorong tadi muncul dikepalanya. Bayinya. Bagaimana keadaan mereka?

Dan Eros? Dimana pria itu!

"Pasien harus segera dioperasi," kata perawat itu.

Sheryl menggeleng cepat, "No, please, please. Aku masih—sanggup untuk melakukannya." Kata wanita itu.

Dia ingin membrontak. Tapi sebelum bisa melakukannya, perawat itu menyuntikan sesuatu pada dirinya sehingga Sheryl terlihat menjadi lebih tenang. Seseorang membuka pahanya, sebelum memasukan jari ke dalam miliknya dan mengeluarkannya. Sheryl meringis, rasa sakit itu kembali terasa sampai ia harus mengigit bibir bermaksud untuk menguranginya. Tapi semakin ia menahan, rasa sakit itu semakin terasa begitu nyata.

"Bagaimana dengan keadaan pasien?"

"Laju pernafasan?"

"Denyut jantung?"

Sheryl tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Tapi beberapa saat kemudian dokter itu mulai menyuruh dirinya untuk melakukan pergerakan mendorong.

Apa? Apa yang harus Sheryl lakukan?

Eros?

Eros.

Bagaimana keadaan pria itu?

Sheryl membutuhkan Eros. Kenapa pria itu tidak berada disisinya?

Air mata Sheryl turun seiring wanita itu merasakan sesuatu—bayinya, mulai mencoba keluar dari rahimnya. Sheryl bahkan tidak sadar saat mulutnya mulai berteriak dan mencekram tangan seseorang dengan sangat kuat. Semua terasa seperti mimpi dalam keadaan sadar, merasakan sakit karena tulang rusuknya patah secara bersamaan atau seperti ditusuk jarum ribuan jarum di tubuhnya.

Entah kenapa saat-saat seperti itu dia menjadi mengingat ibunya. Apakah ibunya itu juga merindukannya? Atau sudah melupakannya karena merasa percuma untuk mencari Sheryl lebih lama lagi?

Perjuangannya masih terus berlanjut. Bahkan dia hampir tidak merasakan sakit ketika miliknya dirobek dengan gunting untuk mengeluarkan anaknya. Setelah itu suara tangisan bayi mulai terdengar. Sheryl terengah, berusaha mencari pasokan udara untuk mengisi paru-parunya. Senyumnya terukir saat melihat sesosok bayi yang masih sedikit berlumur darah sedang menangis kencang di gendongan perawat.

Sheryl juga ingin menggendong anaknya. Namun sebuah suntikan untuk kesekian ditubuhnya menyadarkan wanita itu bahwa masih ada bayi lagi yang harus dia lahirkan. Kali ini Sheryl tidak berbuat apa-apa saat sebuah tangan lagi-lagi masuk di miliknya, mendesaknya untuk berkontraksi ataupun membenarkan posisi anaknya yang terlihat sedikit lebih susah untuk lahir di bandingkan yang pertama. Sampai akhirnya, bayi kedua mulai menangis. Kali ini lebih keras dibandingkan yang tadi.

Mereka benar-benar anak Eros.

Sheryl tidak dapat menyembunyikan senyumnya memandang kedua anaknya itu.

"Dokter, kondisi vital pasien menurun."

Mungkin Eros akan marah. Tapi sepertinya nama yang diberikan Noah terdengar lebih bagus.

"Dok, pasien mengalami pendarahan."

Mata Sheryl sangat berat. Tapi dia masih tidak rela untuk memejamkan matanya. Sheryl masih ingin untuk melihat kedua anaknya. Atau setidaknya Eros harus berada disini, merasakan apa yang dia rasakan sekarang. Karena tidak ada hal yang paling membahagiakan didunia saat seorang wanita menjadi ibu.

Sheryl ingin mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi orang-orang itu bergerak semakin panik, mulai memasangkan alat bantu pernafasan untuknya dan berkali-kali menyuntikan sesuatu di tubuhnya.

Mungkin aku butuh waktu untuk tidur sebentar.

Putus wanita itu sebelum benar-benar memejamkan matanya kembali.

***


AKHIRNYA SETELAH PERJUANGAN PANJANG, AKU BISA MENYALIN CERITA INI DENGAN LENGKAP.

SELAMAT MEMBACA.

SORRY SETELAH INI KALIAN AKAN MENEMUKAN BANYAK TYPO. GRAMMER YANG ACAK KADUT DAN ALUR TIDAK NYAMBUNG KARENA AKU HANYA MENYALIN YANG ADA DALAM DRAFT CERITA AKU.

BAGI YANG BELUM TAHU. CERITA INI DULU PERNAH DI REPORT SEHINGGA HILANG TIDAK BERSISA. AKU MEMUTUSKAN UNTUK MENGUPLOAD ULANG. JADI MUNGKIN MASIH BANYAK KESALAHAN KARENA AKU SUKA MEMPERBAIKINYA DI FOLDER WATTPAD BUKAN FOLDER LAPTOP. DAN AKHIRNYA SELESAI. MARI KITA MENIKMATI CERITA INI DIBANDINGKAN HARUS MENGOMENTARI PENULISAN AUTHOR YANG JAUH DARIPADA KATA BAGUS.

SORRY YA KAPITAL SEMUA. SOALNYA AKU SENANG BANGET AKHIRNYA BERES.

FOLLOW ME ON INSTAGRAM (AT) BARBIEBYUNN

PRISON [END]Where stories live. Discover now