🦄47

2.7K 107 4
                                    

Kami sudah sampai di rumah sakit, sekarang kami sedang menunggu hingga operasinya selesai.

Mudahan operasinya lancar.

Aku dan boys benar benar khawatir sekarang.

Ini jam 15.42pm, dan kami belum ada makan sama sekali. Aku lapar.
"Boys?" panggilku.
"Hmm.." tanggap mereka.
"Makan yuk, aku lapar." ajakku.
"Me too." ucap Niall.

Mom dan dad menghampiri kami.
"Kalian belum makan?" tanya dad. Kami mengangguk.

Lalu mom langsung menarik telinga kami satu persatu, tidak keras kok. Sebagai hukuman mungkin.

Kami sudah biasa mendapatkan hukuman dari mom, karena perbuatan kami sendiri, seperti sekarang.

"Sudah mom bilang makan, di rumah kan ada bi Ijah." ucap mom.
"Tadi, sampai rumah langsung tidur." jawabku.
"Dasar kalian ini." ucap dad.
"Kami ke kantin dulu ya mom, dad." ucapku.
"Baiklah."

Kami langsung menuju kantin yang terdapat di rumah sakit ini. Sampai di kantin, aku memesan makanan.
"Kalian mau apa?" tanyaku.
"Just match it." ucap Liam. Aku mengangguk.

Aku memesan chicken katsu saja. Kami kalau makan tidak perlu memilih. Hanya mengucapkan 'samakan saja', sudah beres.

Aku kembali bergabung dengan boys, sambil menunggu makanan kami.
"Niall, beli air minum." suruhku. Niall mengangguk.

"Apakah penyembuhan setelah operasi itu lama?" tanya Harry.
"Entahlah." jawabku.
"Oh iya, konser Aura bagaimana?" tanya Zayn.

Aku lupa memberitahu dad soal konser Aura. Itu juga harus memberitahu uncle Raka.

"Nanti kita bilang dengan dad." ucapku. Boys mengangguk.

Akhirnya makanan kami datang, dan Niall pun datang. Kami makan bersama.

Selesai makan, kami kembali ke ruang operasi.
"Sudah kenyang?" tanya mom.
"Sudah, tapi Niall tidak katanya." ucap Liam. Mom dan dad tertawa.
"Adikmu yang satu itu memang banyak porsi makannya." ucap dad.

"Dad, konser Aura bagaimana?" tanyaku.
"Kita batalkan saja, tunggu Aura sembuh dulu." ucap dad.
"Kalau begitu, dad harus memberitahu uncle Raka." ucap Zayn. Dad mengangguk.

Keadaan menjadi hening. Aku duduk di kursi tunggu dan tanganku sebagai tumpuannya. Aku menatap kosong ruang operasi.

Kurang lebih 3 jam kami sudah menunggu operasinya. Ternyata lama sekali melakukan operasi.

Akhirnya, setelah lama menunggu, dokter Kay keluar juga dari ruang operasi. Aku langsung mendekat ke arah dokter Kay, begitu juga dengan mom, dad dan boys.

"Bagaimana?" tanya dad.
"Syukurlah, operasinya berjalan dengan lancar. Sebentar lagi Aura akan di pindahkan ke ruangan biasa." ucap dokter Kay.

Syukurlah!!
Terimakasih tuhan!

"Baiklah, terimakasih Kay. Tempatkan Aura di ruangan VVIP." ucap dad.
"Aku sudah tahu itu." ucap dokter Kay. Kami semua tertawa.
"Saya permisi dulu." pamit dokter Kay.

"Mom, kira kira penyembuhan operasi itu berapa lama?" tanya Niall.
"Tergantung, kalau adik kalian tidak banyak maunya, otomatis akan cepat juga penyembuhannya. Tapi, kalau adik kalian kebanyakan gerak, otomatis lama." jelas mom. Kami mengangguk.

Setelah itu, kami langsung menuju ruangan Aura, tadi Aura sudah di pindahkan oleh suster.

Aku dan boys masuk ke dalam, dan terlihat Aura yang masih belum sadar. Mungkin efek dari bius.

Mom dan dad sedang mengurus keperluan Aura di rumah sakit. Mungkin Aura akan di rawat di rumah saja.

Aku mendekat ke arah Aura, mengelus rambutnya lembut.
"Kau sangat kuat melawan semua ini." ucapku.
"Kami bangga padamu." ucap Niall.

Tiba tiba mom dan dad masuk.
"Aura akan di rawat di rumah saja. Dad sudah mengurus semuanya tadi." ucap dad.
"Baiklah." jawabku.
"Kalian pulang duluan saja dengan mom. Nanti dad menyusul, sekalian dengan Aura." ucap dad. Kami mengangguk.

"Ayo mom." ajakku. Mom mengangguk.
"Jaga putri kecilku baik baik." pinta mom ke dad.
"Pasti." balas dad.

Pesan mom untuk dad sangat menyentuh hatiku. Aku tahu, walaupun mom dan dad sangat sibuk dengan pekerjaan, tetapi mom dan dad sangat sayang dengan kami.

Di perjalanan, hanya hening yang menyelimuti kami.
"Boys, kalian mau starbucks?" tanya mom.
"Boleh." jawab kami.
"Lou, drive thru starbucks." pinta mom. Aku mengangguk.

Mungkin mom ingin menenangkan pikirannya. Aku membanting stirku ke arah kanan untuk menuju ke starbucks.

Syukur saja tidak antri untuk drive thru. Biasanya malam dingin seperti ini, starbucks ramai.

"Mom mau pesan apa?" tanyaku.
"Green tea latte saja." jawab mom.
"Boys?" tanyaku.
"Aku dan kak Niall choco chip cream." ucap Harry.
"Aku dan Zayn caramel macchiato." ucap Liam. Aku mengangguk.

Lalu aku memesan pesanan boys dan mom tadi.
"Lou, pesankan juga untuk dad." ucap mom.
"Apa?" tanyaku.
"Samakan saja dengan Liam dan Zayn." ucap mom. Aku mengangguk.

Selesai memesan, tinggal menunggu saja. Tak lama minuman kami datang. Selanjutnya kami segera pulang.

Sampai di rumah, masih sepi.
"Dad belum sampai mom?" tanyaku.
"Belum, sebentar lagi." aku mengangguk.

Kami masuk ke dalam rumah dan berkumpul di ruang keluarga, sambil menunggu dad datang.

Tak lama, terdengar suara mobil masuk ke halaman rumah. Mungkin dad.

Aku, boys dan mom langsung menuju ke depan, lalu membantu dad menurunkan Aura dan alat alat rumah sakit.

Ternyata Aura belum sadar. Kapan dia akan sadar?

"Boys, kalau kalian tidur bersama, tak apa?" tanya mom.
"Maksud mom apa?" tanya Zayn.
"Kalian ada kamar kan, di samping studio. Itu kamar apa?" tanya mom.
"Kamar kami dengan Aura, makanya luas." ucapku.

"Kalian berlima tidur di situ, sekalian untuk menjaga Aura. Kalau Aura tidur di kamarnya sendiri, susah jadinya." jelas mom.
"Dengan senang hati mom." terimaku. Mom tersenyum.

"Boys, kalian antar Aura ke kamar kalian berenam, di atas kan?" tanya dad. Aku mengangguk.
"Hati hati." ucap dad.

Aku dan boys langsung membawa Aura ke atas. Sedikit susah, karena kami menaiki tangga.

"Rodanya bisa dilipat?" tanyaku.
"Bisa." jawab suster.
"Kalau begitu, lipat saja rodanya, supaya enak mengangkat ranjangnya." ucapku.

Setelah rodanya dilipat, kami langsung mengangkat ranjangnya bersama. Bayangkan saja 24 anak tangga?! Huft....

Akhirnya sampai di kamar. Aura kami tempatkan di sebelah kasur kami tidur. Supaya enak untuk menjaganya.

Lalu suster datang untuk memasang alat alat medis ke tubuh Aura, sesuai dengan fungsi tentunya.

Lalu mom dan dad menghampiri kami.
"Jaga adik kalian." ucap dad.
"Pasti dad." jawab kami.
"Kalau ada apa apa, panggil dad atau mom." ucap dad. Kami mengangguk.
"Yasudah, kalian istirahat." ucap mom sambil mencium kami satu persatu, tak lupa juga untuk mencium Aura.

Setelah semuanya selesai, kami bersih bersih dulu. Sebelum aku tidur, aku mendekat ke arah Aura. Mengelus rambutnya lembut.

"Cepat sadar, kami merindukannmu." ucapku lirih. Lalu mencium puncak kepala Aura.

Aku kembali ke tempat tidurku.
"Tidur boys." suruhku.
"Good night." ucapku lagi.
"Night too." balas boys.

~~~~
Haiii....
Up lagi nihh :))
Gimana ceritanya? Jelas aja kan.

Don't forget to vote and comment.
Enjoy the story.
Thank you💙💗


POSSESSIVE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang