🦄21

5.1K 169 9
                                    

*Author POV
Setelah Aura tiada, tidak ada lagi keceriaan yang terdapat di dalam diri boys. Semenjak Aura tiada, mereka lebih suka menyendiri, di dalam kamar terus terusan, hingga makan pun jarang.

Mereka menyiksa diri mereka sendiri, karena mereka telah gagal menjaga adiknya, Aura.

Sebentar lagi mereka akan menjalankan konser di Eropa, Oslo. Tanpa adanya Aura, mereka bakal tidak semangat untuk menjalankan tour nantinya.

Karena selama ini, Aura lah yang menyemangati boys. Saat boys tour, konser atau rekaman di studio untuk membuat album, menulis lagu, dan hal lain sebagainya.

Sebenarnya, sebentar lagi Aura dan boys akan mengeluarkan album ke tiga. Tapi, Aura sudah tidak ada, alhasil peluncuran album Aura ke 3 di batalkan.

*Liam POV
Akhir akhir ini kami terasa tidak bersemangat untuk hidup. Seperti tidak ada nyawa, tapi ada raganya. Melayang.

Semangat kami di makan oleh kepergian Aura. Mom, dad dan kami sangat terpukul akan kepergian Aura.

Tapi mau apa. Kami harus merelakan ini semua. Ini sudah kehendak tuhan, kami tidak bisa merubahnya.

Lusa kami akan ke Oslo, Eropa, untuk melaksanakan konser di sana. Biasanya, setiap kami ingin tour atau konser, kami selalu di beri semangat oleh Aura. Sekarang kami di beri semangat oleh mom dan dad saja.

Mungkin dari sana, Aura masih bisa menyemangati kami. Walaupun tidak terlihat oleh kami, tapi kami bisa merasakannya.

Tok...tok...tok...

Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku pun langsung membukanya. Ternyata Harry.

"Ada apa?" tanyaku.
"Kita disuruh kumpul di bawah, sekalian membicarakan untuk keberangkatan kita lusa." balas Harry. Aku mengangguk.

Lalu, aku dan Harry menuruni anak tangga satu persatu dengan cepat. Ternyata di bawah sudah ada mom, dad, juga yang lainnya.

Aku dan Harry ikut bergabung. Ku lihat ke arah Louis. Semenjak Aura tiada, Louis sekarang tidak seperti Louis yang dulu.

Sekarang ia lebih banyak diam, melamun, kadang juga dia mengeluarkan air matanya saat diam atau melamun. Sampai sampai ia tidak makan.

"Oke, sekarang sudah ngumpul semua." ucap dad membuka pembicaraan.
"Kalian berangkat lusa kan?" tanya dad. Kami mengangguk.
"Kalian naik pesawat pribadi, nanti kalian akan di kawal." ucap dad.
"Oke." jawab kami.
"Honey, jaga diri kalian masing masing yaa, jangan lupa makan. Mom dan dad tau kalian masih belum terima dengan semua ini, apalagi Louis." ucap mom.

Yaa, sehabis pulang dari pemakaman Aura, Lou sempat pingsan dan badannya panas sekali. Ya, Louis sakit.

"Baik mom." ucap kami.
"Yasudah, kalian istirahat saja, sebelum itu kalian makan malam dulu baru tidur." ucap mom. Kami mengangguk.

Kami pun beranjak dari sofa dan menuju meja makan. Kami makan malam bersama. Setelah makan, kami langsung menuju kamar masing masing untuk tidur.

*Zayn POV
Pagi.

Aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara alarm sialan itu. Tanpa berlama lama, aku langsung bergegas mandi.

Setelah mandi, memakai baju, simpel saja, celana jeans hitam dan tshirt putih. Menuju meja rias, menata rambutku serapi mungkin. Seperti biasa, aku membuat jambul khatulistiwaku.

Setelah semuanya selesai, aku langsung menuju ke bawah untuk sarapan. Kalian tanya, mengapa kami tidak sekolah?

Alasannya, kami off sampai kami selesai tour nanti. Kami ingin istirahat saja sebelum tour nanti.

Di bawah, sudah ada mom, dad dan boys lainnya. Aku pun ikut bergabung.
"Morning everyone." sapaku.
"Morning too." balas mereka.

Biasanya Aura yang selalu menyapa kami dengan suara lembutnya itu. Tapi sekarang, mungkin kami harus terbiasa mulai sekarang, tanpa adanya Aura. Huuft.....

Aku pun memakan sarapanku. Setelah sarapan, kami berkumpul di ruang keluarga.
"Jadi, besok kalian berangkat jam 10 pagi." ucap dad yang sudah rapih dengan pakaiannya, termasuk mom juga.
"Baiklah dad. Mom dan dad ingin kemana?" tanyaku.
"Ke kantor." balas mom.
"Satu lagi, ingat jaga kesehatan kalian. Mom tidak mau kalau anak mom nanti sakit." ucap mom. Kami mengangguk.

Setelah itu, mom dan dad langsung pergi ke kantor. Sementara kami, kami hanya bersantai menghabiskan waktu, nanti sore saja kami packing bajunya.

Tak terasa hari sudah sore.
"Boys, kalian tidak packing?" tanyaku.
"Ahh iya, aku lupa. Ayo kita packing." ucap Liam. Kami mengangguk.

Kami pun naik ke atas, menuju kamar masing masing untuk packing baju.

*Louis POV
Aku masuk ke dalam kamarku, mengambil koper dan mulai membereskan baju baju untuk tour.

Rasanya berat sekali untuk menjalankan tour kali ini. Yaa, kalian tau kan karena apa?

Aku sangat terpukul akan kepergian Aura. Aku masih belum bisa terima, lebih tepatnya.

Bagi aku dan boys lainnya. Aura adalah harta kami satu satunya. Kalau harta kalian hilang atau sebagainya, pasti kalian sangat berat untuk mengikhlaskannya kan? Sama seperti kami.

Aura adalah segalanya bagi kami. Karena Aura adalah adik perempuan satu satunya yang aku punya, sisanya laki laki.

Tapi apa boleh buat. Aku harus bisa menerima ini hari demi hari tanpa adanya Aura. Memang rasanya akan hambar, sama kayak bubur tanpa ada bumbu.

Setelah selesai packing, aku ingin menuju ke kamar Aura. Entahlah, aku ingin saja. Melepas rinduku dengan adikku.

Aku pun keluar dari kamarku dan menuju ke kamar Aura. Sesampainnya di depan kamar Aura, aku membuka pintunya dan masuk ke dalam.

Dalamnya tidak ada yang berubah. Aku dan boys yang lain sudah sepakat bahwa kamar Aura tidak boleh diganggu gugat. Maksudnya, kamar Aura tidak boleh dirubah atau di pindahkan.

Aku duduk di tepi kasur milik Aura. Rasanya aku ingin menangis sekencang kencangnya. Mengingat kamar ini, kami menghabiskan waktu di kamar ini, mengobati Aura di kamar ini, dan sebagainya.

"Lou, kau disini?" tanya Harry.
"Ya, ada apa?" balasku.
"Kami mencarimu, ada apa kau kesini." ucap Harry.
"Entahlah, aku hanya merindukan Aura saja." balasku.
"Bukan hanya kau saja yang merindukan Aura Lou, tapi kita semua." ucap Liam yang tiba tiba datang dengan Niall dan Zayn.
"Ya, aku tahu itu." lirihku.

Tiba tiba, air mata sialan ini jatuh dari mataku. Lalu Niall menenangkanku.
"Stay strong, Lou. Kau tidak boleh seperti ini terus menerus. Kami tidak ingin kakak kami sakit karena hal ini." ucap Liam. Aku hanya diam, sambil mencerna omongan mereka.

"Kau paling tua di sini, kau adalah kakak kami, Lou. Kau harus bisa, kita harus bisa menjalani hari demi hari tanpa Aura. Kau mau menangis sampai beribu ribu kali, tetap saja Aura tidak bisa kembali." jelas Liam. Ya, dia memang benar, aku tidak boleh seperti ini terus.

"Terimakasih boys. Maafkan aku." ucapku.
Lalu kami berpelukan, supaya menjadi saudara yang kuat.

~~~~
Haii...
Gimana ceritanya?
Masih seru gak, kalau enggak aku end aja ceritanya :)) (canda)
Vote dan komen.
Enjoy the story :)
Thank you❤❤🦄

POSSESSIVE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang