XVI

12.1K 1.4K 534
                                    

Wanita cantik dengan rambut panjang yang bergelombang itu menatap bangunan dihadapannya. Mata wanita itu mengerjap, mendapati satu sosok kecil yang tengah asik berkebun disana. Berikut, mata wanita itu menatap pada sosok pria manis yang dari tadi begitu asik dengan putri kecilnya. Seulas senyum terlukis di bibir wanita itu. Ia mengenakan kacamatanya kembali. Merasa cukup lega, sang putri baik-baik saja disana. 

"Minji-ya." bisiknya lirih. "Mama merindukan Minji." 

**

"Minji suka?" Chenle mengelus pelan rambut panjang milik seorang gadis kecil yang selalu diajaknya untuk berkebun. Gadis kecil dengan marga Lee yang merupakan anak angkat dari tetangganya, Lee Haechan. Gadis kecil itu mengangguk semangat setelah menyesap es susu cokelat yang Chenle buatkan. Pipi gadis itu yang semula agak tirus, berubah makin berisi akhir-akhir ini. Membuat siapapun yang melihatnya akan jatuh hati karena gemas. 

Chenle bersyukur, setidaknya Minji sudah mulai membuka diri. Gadis yang dulunya begitu tertutup itu, perlahan mulai membuka diri. Perlahan mulai bisa mengekspresikan dirinya lagi. Meskipun, Chenle beberapa kali mendapati bayang-bayang masa lalu kelamnya akibat sang orang tua menghantui pikiran gadis kecil itu. 

Seperti kemarin, saat Minji demam dalam acara rekreasinya bersama pasangan ChenJi itu. Mereka terpaksa menginap di salah satu hotel terdekat saat hujan datang, dan sialnya mobil Jisung yang mendadak mogok hari itu. Ditambah lagi Minji yang demam di malam hari, mengigaukan sang ayah dan mama dalam tidurnya. Hati Chenle dan Jisung teremat kuat. Bagaimana bisa orang yang dulu sempat menjadi 'panutannya' di masa sekolah tega melakukan hal sekeji itu. 

Ko Eun Ji, Mama kandung Minji, yang dengan begitu tega merebut Mark Lee dari pelukan kelurga hangatnya. Sunbae yang dulu sempat menjalin kasih dengan kakak sepupunya, namun kandas ditengah jalan. Membuat wanita cantik itu tiba-tiba kehilangan moralnya dan berakhir dengan Minji yang bersemayam di perutnya. Chenle tidak pernah menyangka, jika wanita cantik itu juga menggunakan tubuhnya untuk merebut bossnya saat itu dari keluarganya. Menyebabkan Lee Haechan harus menanggung sendiri kehidupannya dengan Lee Chanmin dan aegi yang tengah ia kandung. 

"Tante Chenle" Suara Minji mengalihkan atensi Chenle dari lamunannya. Mata sipit itu memandang si gadis cantik yang tengah tersenyum dengan sebuah bunga mawar merah muda ditangannya. "Ini buat tante Chenle." ucapnya lirih dengan tatapan malu-malu. Gadis kecil itu perlahan menjulurkan tangannya untuk memberi si pria manis asal China itu bunga dengan kelopak warna merah muda itu. "Minji sayang tante Chenle." 

Kedua tangan itu terulur, menarik tubuh kecil yang makin berisi itu untuk tenggelam dalam pelukannya. Hatinya menghangat. Minji kecilnya sudah bisa mengekspresikan rasa sayangnya lagi. Benar-benar lega karena ini berarti Minji kecil perlahan pulih dari masa kelamnya. "Tante juga sayang Minji."

Hati itu semakin menghangat, meskipun ada sedikit rematan kecil saat mendengar kalimat yang terucap di bibir gadis kecil itu.

'Makasi tante sudah sayang sama minji, seperti bunda yang sayang sama Minji juga.' 

Tidak ada kata mama dalam kalimat Minji. Apakah, minji ingin melupakan sosok yang melahirkannya ke dunia ini?

**

"Bundaa~" suara gadis kecil itu terdengar dari seberang telepon. Aku tersenyum kecil karena hafal betul siapa yang menelfonku pada jam-jam seperti ini. Nama Chenle yang terpampang di layar ponselku, dan sudah pastilah gadis kecilku yang berbicara di ujung telepon sana. "Bunda kapan pulang? Minji kangeen." 

"Eum? Minji kangen bunda?" aku terkekeh pelan mendengar kalimat manja yang keluar dari bibir gadis kecil diseberang sana. "Kan tadi pagi dede Minji sudah ketemu bunda."

AyahWhere stories live. Discover now