XXIV pt 2

4.3K 587 108
                                    

Hai, apa kabar?

Selamat membaca!

Jangan lupa bahagia💚

Jung David dan kakaknya memang jauh lebih beruntung dari Chanmin dan Chanmi, ya. Rumah mereka besar, namun hangat. Hangat bukan hanya dalam artian harfiah semata, namun dalam homonimnya juga.

Seperti yang sudah disebutkan tadi, rumah keluarga Jung besar. Sangat besar dan luas, sampai rasanya Chanmin bisa bermain sepak bola di ruang tengah rumah ini. Terdapat banyak figura foto yang tergantung di dinding. Chanmin tersenyum kecut. Terselip setitik rasa iri kala menatap pajangan-pajangan foto di rumah keluarga Jung.

Namun, ia menggelengkan kepalanya kuat. Tidak! Ia tidak boleh iri! Bundanya juga tidak kalah keren kok dari bunda-bunda yang lain. Bunda Haechannya adalah yang terbaik.

"Nah, sekarang ayo ke ruang makan. Kita makan siang. Aku sudah lapar sekali!" Gadis muda itu berseru riang. Tangannya menggenggam pergelangan tangan bocah lain yang sejak tadi menatap datar pada sekeliling rumahnya. Jung Ella terkikik geli. "Ayo, Chanmin! Kau juga lapar, kan?"

Lee Chanmin mengibas pergelangan tangannya, menolak Ella yang hendak menariknya ke ruang makan. Keningnya berkerut tidak nyaman. Ia enggan sekali rasanya.

"Aku tidak lapar." Kata bocah itu dingin. "Dimana adikku? Aku tidak kemari untuk makan siang dengan keluargamu."

David Jung berjengit ngeri. Melihat wajah ketus Chanmin membuatnya ngeri sendiri. Memang sih, dulu dia suka sekali mengganggu Lee Chanmin. Namun setelah perkelahian mereka terakhir kali, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mencari gara-gara dengan bocah Lee yang pendiam ini.

"Lee Chanmi sedang dijemput oleh dadda." Jawab si gadis Jung itu tenang. Ia melunakkan wajah, berusaha membuat wajahnya tampak lebih ramah guna mencairkan aura dingin Chanmin. Ia tidak akan berhasil membujuk si bocah Lee dan melaksanakan permintaan bubu kalau Chanmin masih dingin begini. "Ayo, ke ruang makan."

Chanmin diam. Ia kesal sebenarnya. Kenapa keluarga Jung yang baru ia kenal ini menyebalkan sekali, sih? Tadi mereka bilang Chanmi sudah dengan mereka, sekarang mereka bilang Chanmi baru akan dijemput oleh dadda duo Jung. Tidak hanya Jung David yang masuk daftar orang paling menyebalkan menurutnya, gadis bernama Jung Ella ini juga.

"Aku ingin Chanmi kemudian pulang." Lee Chanmin berkata sebal. Ia kesal bukan karena tanpa alasan. Ia teringat ucapan David yang berkata jika mereka adalah sepupu. Ayahnya adalah keluarga bubunya David dan Ella. Ia panik! Ia sedang tidak ingin sekali bertemu ayah. Bagaimana jika ayah diam-diam menjemput Chanmi atau menemui sang adik, kemudian membawanya pergi? Ah! Chanmin bodoh! Kenapa tidak terpikir seperti ini sejak tadi?

Sudah bagus Chanmi seperti dirinya, membenci sang ayah. Chanmi itu paling lemah kalau sudah berkaitan dengan 'ayah'. Kalau mereka bertemu lagi, bisa-bisa ayah menerobos masuk lagi dan menyakiti bunda.

Tubuhnya bergetar. Perut Chanmin mual. Membayangkan ayah yang datang, memaksa masuk, sembari merentangkan tangan lebar dengan wajah jahat membuatnya bergidik. Chanmin, mohon! Biarkan ia, bunda dan adiknya tenang! Kali iniiiii sajaa!

"Ku-Kumohon, biarkan kami pulang huhuhu."

Jung David dan Jung Ella saling pandang tidak paham. Ia tidak melakukan apa-apa rasa-rasanya. Hanya mengajak Lee Chanmin makan siang bersama, itu saja. Namun bocah kecil ini sampai menangis tersedu begitu. Lee Chanmin sampai berjongkok. Bahunya bergetar. Memunculkan rasa iba pada hati anak-anak keluarga Jung.

"H-Hei, Lee." David bergerak panik. Takut-takut ikut berjongkok. Sebelah tangannya mencoba mengguncang bahu Chanmin. Sesekali ia melirik pada sang noona. Aduh, dia harus apa? Ini kali pertama ia melihat Chanmin sampai menangis begitu. "Kau kenapa? Aduh! Noona, kita harus bagaimana?" Katanya.

AyahWhere stories live. Discover now