XXV

4.2K 556 144
                                    

Kalian lebih suka Part yang panjang atau pendek?

Kalau kepanjangan, maaf yaa~

Sumbernya bilang, gadis itu sudah tidak lagi bersekolah disini. Mata wanita itu menajam. Tangannya mengepal erat. Ia menggeram kesal. Bakteri-bakteri pengganggu itu pasti tengah bersembunyi entah kemana.

Berharap tidak dapat ditemukan, eh? Eun Ji tersenyum remeh. Seulas senyum licik terpatri di wajah dinginnya. Tangannya sibuk mengaduk pelan gelas kaki yang ia genggam, kemudian menyesap wine mahal milik partnernya. Mereka ini bodoh atau apa? Tidak belajar dari pengalaman, kah?

Ponselnya kembali bergetar. Layarnya menyala, menampilkan pop up pesan masuk dari sederet hurus yang sukses membuat bibirnya terlengkuk naik.

Eun Ji itu memiliki 1001 cara untuk meraih ambisinya. Putri kecilnya yang tidak sopan? Oh! Terserah saja bila keluarga Park berusaha menyembunyikannya sekarang. Mereka mau bermain api, ya? Mempertemukan putrinya dengan papa kandungnya? Tidak akan Eun Ji biarkan!

Sekali lagi ia menyesap wine mahal pada gelasnya. Ia ingin relax dulu sekarang. Nanti, setelah ini, membuat sedikit kekacauan sepertinya ide yang menarik! Ia harus memberi pelajaran pada adik manisnya yang selalu merebut kebahagiannya itu. Berani menghalangi obsesi Eun Ji?

"Selamat datang di neraka, Lee Haechan."

**

"Sudah pulang?" Wanita itu tersenyum lembut menyambut keponakannya pulang. Si bocah kecil tersenyum lebar. Ia merentangkan tangan, meminta tantenya yang cantik memeluknya.

"Sudah, tante!" Seru si bocah kecil riang. Ia tersenyum lebar, memamerkan dua gigi depannya yang ompong.

Eun Ji mengerenyit. Alih-alih memeluk, ia hanya mengusak kepala si bocah kecil. Malas saja memeluk keponakannya. Bau keringat. Bau matahari. Hidungnya itu sensitif, ia tidak suka bau-bauan menyengat seperti itu.

"Bagaimana di sekolah hari ini? Menyenangkan? Ada yang mengganggu Jun Ki?"

Si bocah kecil menggeleng cepat. Hari ini sekolah menyenangkan sekali. Salah seorang temannya ada yang tidak hadir. Pasti karena kemarin Bae-ssaem menghukumnya! Salah sendiri ia bermain-main dengan Jun Ki. Tahu rasa sekarang!

"Mamanya teman Jun Ki yang nakal tadi dipanggil oleh bu guru, tante." Ceritanya. Bocah kecil itu tampak bersemangat. Menceritakan apa yang tadi terjadi disekolahnya.

"Mama teman Jun Ki yang kemarin memukul Jun Ki?" Eun Ji bertanya memastikan. Sebelah alisnya naik, tertarik dengan cerita sang keponakan. "Terus bagaimana?"

Baek Jun Ki menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Ia sudah selesai mencuci tangan, kaki, dan melepas sepatu. Perutnya lapar. Tadi, ia sempat mencium aroma sedap dari ruang depan. Tantenya pasti sudah menyiapkan sesuatu untuknya.

"Teman Jun Ki juga tidak hadir hari ini, tante." Lanjut bocah bermarga Baek itu. Matanha berbinar, mendapati beberapa potong sosis dan nugget telah terhidang di meja. Asyik! Tantenya itu memang yang paling baik, cantik, dan asyik di dunia! Kalau itu mamanya, pasti ia hanya akan menyajikan sayuran atau salad. Jun Ki kan tidak suka sayur!

"Oh, ya? Kenapa?" Tanya Eun Ji bersemangat.

"Ibu guru bilang, Chanmin sakit." Jawabnya datar. Bocah kecil itu mengerutkan hidung kala nugget mampir dalam indera pengecapnya. Asam! Ia tidak suka!

"Tante, nuggetnya asam. Jun Ki tidak su..."

"Jangan banyak protes, lanjutkan dulu ceritamu!" Potong Eun Ji galak. Ia menarik piring berisi nugget dan sosis yang tadi ia gorengkan untuk Jun Ki. Kalau anak ini makan sekarang, Eun Ji tidak akan dapat hiburan. Ia butuh cerita lucu dan menyenangkan dari keponakannya.

AyahWhere stories live. Discover now