XXX

3.4K 436 141
                                    

Ke Cimahi beli kardus
Cami datang membawa bonus~

Selamat membaca sahabat~

Haechan tahu, ada yang tidak beres dengan dirinya sejak beberapa waktu lalu. Akhir-akhir ini ia terbangun dalam keadaan tubuh lelah dan mengantuk. Kepalanya juga sering pusing. Beberapa kali Haechan terbangun karena rasa mual yang menggelegak. Rasanya tidak nyaman, oleh sebab itu Haechan memutuskan untuk mengecheck kondisi tubuhnya ke dokter hari ini.

Harusnya Haechan tidak terkejut, ia bisa menebaknya sebab kejadian dimalam itu.

Bodoh!

Mereka tidak sengaja melakukannya. Dan bodohnya, tidak ada pengaman yang dipakai hari itu.

Haechan menatap kosong pada dokter yang memeriksanya. Wajah dokter itu berseri, menyalami Haechan dan memberikan selamat. Ada janin berusia 4 minggu yang bergelung dalam dirinya. Haechan Lee hanya bisa menyunggikan senyum seadaanya saat merespon sang dokter. Terlalu terkejut!

Ia memejamkan mata. Sebelah tangannya mengelus permukaan perut yang masih datar. Bagaimana caranya menjelaskan pada Chanmin dan Chanmi nanti?

**

"Loh, Haechan? Baru datang?" Tanya Taeyong begitu melihat seseorang yang tadi ia cari baru menampakkan hidungnya. Ini sudah pukul 10, tidak biasanya Haechan datang seterlambat ini ke toko.

Lee Haechan teersenyum canggung pada Taeyong. Merasa tidak enak saja karena Taeyong sudah tiba terlebih dahulu darinya. Ia terlambat satu jam.

"Maaf aku telat, hyu...  Mmfphbh"

Lee Haechan terburu-buru kebelakang. Ia membekap mulutnya. Hari ini morning sicknessnya benar-benar parah. Ia terus mual sejak tadi. Ia sampai harus berbohong pada Chanmin dan Chanmi jika maag nya kambuh. Beruntung dua anak itu tidak banyak bertanya lagi, hanya meminta Haechan untuk makan dan beristirahat.

"Astaga, Haechan! Kau tidak apa-apa?" Pekik Taeyong khawatir. Haechan sampai limbung begitu. Wajahnya pucat. Tubuhnya hangat. Taeyong segera memapah Haechan ke  loveseat di ruangannya. Ia mengambil beberapa minyak angin dan aroma-aromaan segar untuk membantu Haechan.

"Hyung, pusing." Rintih Haechan. Taeyong dengan sigap membalurkan beberapa tetes minyak angin di sekitar kening dan leher Haechan.

Hmbph...!

Haechan kembali berlari ke toilet. Kali ini toilet di ruangan Taeyong. Ia memuntahkan cairan bening dari mulutnya yang luar biasa terasa pahit. Taeyong mengekori dari belakang. Membantu Haechan dengan memijit pundaknya.

" Chan, kau tidak apa-apa?" Tanya Taeyong khawatir. Haechan menggeleng. Kedua alisnya bertaut. Kepalanya pusing sekali.

"Hyung, maaf, apa aku boleh minta tolong ambilkan obat di tasku?" Pinta Haechan.

Taeyong segera menarik tas milik Haechan dan merogoh sesuatu dari dalam tas tersebut. Mata bulatnya terperanjat.

Sebentar! Ini kan...

Taeyong menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Haechan-ie, kau hamil?"

~

Pendingin ruangan dalam ruangan itu seolah tidak memiliki fungsi sama sekali. Percuma saja, meskipun Haechan sudah menyetel suhu ruangan paling rendah sekalipun, panas tetaplah yang mengitari dua insan yang tengah bergumul diatas ranjang itu.

Haechan mau tidak mau membawa Mark ke penginapan terdekat. Tidak mungkin kan dia membawa pria yang merupakan mantan suaminya itu pulang kerumah? Apa kabar keadaan rumahnya nanti? Membawa Mark kembali sama dengan mengumpankan peperangan sengit antara pria itu dengan anak-anaknya.

AyahWhere stories live. Discover now