41

3.9K 436 59
                                    

Tidak ada hari yang lebih baik dari hari ini. Langit malam sedang luar biasa cantik. Kelapnya malam menggantung diatas kota, bertabur ribuan kerlip bintang yang membuat cerah. Mata pria Han itu rasanya tidak jemu memandang indahnya langit malam hari ini. 

Adik sepupunya bilang, Minji itu suka sekali dengan bintang di langit malam. Gadis itu tadi menatap dengan mata berbinar pada ribuan kerlip yang menggantung diatas sana. Tangannya ia angkat, bergerak-gerak dengan kuas ditangan sembari menggambar beberapa bentuk imaji. Tertawa riang dengan mata berbinar cerah.

Untuk pertama kalinya setelah sekian bulan, Han Yeo Reum menitikkan airmatanya haru karena mendapat momen langka yang melegakan. 

Sebentuk sabit di bibir tipis si gadis kecil yang ia wariskan membuat lelah pada tubuhnya seketika sirna. Minji tersenyum cerah, untuk pertama kalinya. 

"Bintang yang itu milik onti dan yang itu milik paman Ji." Ucap si gadis kecil lirih. Ia tersenyum lebar sembari menunjuk dua bintang yang saling berdekatan. "Dan yang itu milik Minji." sambungnya. 

Han Yeo Reum tersenyum lembut sembari menyerahkan segelas susu cokelat favorit putri kecilnya. Sudah cukup larut, Minji sudah harus tidur. "Kalau milik papa?" 

Gadis itu menoleh. Ia menggigit sedikit bibirnya kemudian menggeleng pelan. Han Yeo Reum hanya bisa mengulas senyum maklum pada putrinya. 

tidak apa-apa.

Masih banyak waktu untuk lebih dekat dengan putrinya sendiri. 

Pria Han itu menyandarkan tubuhnya lelah pada ranjang ukuran queen size milik Minji. Ia menatap lekat tubuh mungil gadis kecil yang beberapa bulan ini coba ia dekati. Putri cantiknya, Minji. 

Gadis kecil itu sudah tidak lagi menyematkan marga Lee pada namanya. Ia memang bukan seorang Lee, bukan? Gadis cantik yang penuh luka itu adalah seorang Han. Putri cantik buah hati Yeo Reum dengan kekasihnya yang cantik, Eun Ji. 

Pria Han itu menatap lekat punggung putri kecilnya yang bergerak teratur, menandakan dirinya sudah lelap dalam alam mimpi. Tangannya terulur, membelai pelan anak-anak rambut milik si gadis kecil yang jatuh menutupi poni. Tanpa sadar seulas senyum tipis terulas di bibir tipis Yeo Reum. Sebentuk perasaan lega dan miris melingkupi hatinya. 

"Selamat tidur princess." Ucapnya lembut. Tubuhnya mendekat, mengecup dahi putri kecilnya yang tertidur pulas. Matanya sedikit berkaca-kaca. Ini momen haru untuknya, sebenarnya. Butuh waktu beberapa bulan untuk dekat pada gadis kecil kesayangannya. Ia hanya dapat memimpikan hal ini sebelumnya, sampai akhirnya semesta memberinya kesempatan merengkuh gadis kecilnya. 

Minji, gadis kecil dengan hati berbalut luka. Gadis kecil dengan rasa takut ditinggalkan yang tidak berkesudahan. Gadis kecil dengan wajah sendu yang merindukan kasih sayang. 

Minji, gadis kecil korban keegoisan orang-orang dewasa disekitarnya. 

Butuh waktu berbulan-bulan bagi Yeo Reum untuk sekedar dengan putri cantiknya. Masa-masa awal adalah hal yang paling menyakitkan untuknya. Hatinya berdenyut nyeri, penolakan dari sang putri atas kehadirannya adalah hal paling menyakitkan untuk seorang papa. Minji akan menangis ketakutan saat Han Yeo Reum berusaha mendekatinya. Gadis kecil itu akan mengurung diri agar tidak perlu bertemu dengan sosok pria yang merupakan ayahnya sendiri. 

Gadis itu hanya mau berbicara dan menempel pada Chenle dan Jisung. Perlahan namun pasti Yeo Reum akhirnya berhasil selangkah lebih dekat dengan putri kecilnya. Namun, kepergian Chenle dan Jisung karena suatu urusan mendadak membuat keadaan berubah lebih buruk. 

Minji itu trauma dengan 'ditinggalkan'. Selepas kepergian Chenle dan Jisung, gadis itu mengurung diri selama satu minggu. Ia tidak mau berbicara dengan Yeo Reum atau maid yang Yeo Reum utus untuk membantunya mengasuh putri kecilnya. Gadis itu sampai masuk rumah sakit karena demam dan dehidrasi, saking merasa sedihnya ditinggal oleh Chenle dan Jisung. 

AyahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora