XXVIII

3.1K 370 84
                                    

Karena chapter-chapter kemarin rameee, sesuai janji aku aku bakal update banyak hari ini.

"loh, Chanmin kok masih bersekolah? Bukannya Bae—ssaem waktu itu udah mengeluarkan Chanmin?" Bocah kecil itu berkata sinis pada Lee Chanmin. Chanmin baru saja tiba di kelas, ia sudah mendapatkan sambutan 'hangat' saja dari salah satu teman kelasnya.

Lee Chanmin memilih abai. Bunda bilang, Chanmin tidak usah memperdulikan ucapan orang lain. Biar saja, anggap saja angin lalu. Nanti juga orangnya akan lelah sendiri.

"Tidak tahu malu sekali, ya? Sudah dikeluarkan tapi masih memaksa masuk. Pasti mamamu mememohon-mohon pada Bae-ssaem atau kepala sekolah, ya?"

Diam. Anak laki-laki itu benar-benar tidak berniat menanggapi celotehan salah satu teman barunya di kelas. Kejadian kemarin, dimana bunda dipanggil Bae-ssaem sudah cukup. Ia tidam mau bundanya dipanggil lagi ke sekolah karena ulahnya.

"Kau diam, pasti aku benar kan, Chanmin?"

Brak!

"Kau ini bisa diam tidak, sih?" 

Sekelas mendadak hening begitu suara gebrakan yang cukup keras terdengar. Semua orang kira, Lee Chanmin kembali mengamuk. Semuanya menoleh pada sumber suara, melempar tatapan menyelidik pada anak laki-laki Lee yang selama seminggu kebelakang tidak  hadir. Beberapa gadis yang duduk disekitar bangku Chanmin beringsut. Takut, menjadi korban pertengkaran selanjutnya.

"Kenapa kalian menatapku?" Bocah Lee itu bertanya datar. Ia berusaha abai dengan semua atensi yang mengarah padanya. Ia memilih duduk, kemudian menyandarkan kepala diatas buku. Berpura-pura tidur jauh lebih baik dari pada membuat keributan.

Berpasang mata itu kemudian beralih, menatap seorang bocah laki-laki berwajah dingin menatap mereka datar. Matanya menyipit, tangannya kemudian ia pukulkan kembali ke meja membuat atensi anak-anak dikelasnya kembali terpusat padanya.

"Pokonya aku tidak suka jika ada yang berkata omong kosong." Katanya dingin. Matanya bergulir, menatap manik Jun Ki yang bergetar takut menatap kearahnya. "Kalau kau berkata omong kosong lagi, atau hal-hal yang mengganggu, aku akan adukan pada ssaem." Sambungnya.

Bocah kecil itu kemudian menarik tasnya, membawa tas punggungnya yang berwarna abu di bangku sebelah Chanmin. Masa bodoh ia diperhatikan teman-teman sekelas. Toh, ia memang suka perhatian.

"Da-David, itu tempatku." Cicit seorang bocah kecil. Tas miliknya diangkat, kemudian dipindahkan pada tempat duduk David sebelumnya.

"Tukar tempat denganku." Kata David cepat.

Lee Do Hyun melirik takut-takut pada satu-satunya orang yang mau berteman dengannya. Lee Chanmin terbangun dari acara pura-pura tidurnya. Memandang penuh pertanyaan pada anak manja yang baru-baru ini ia ketahui sebagai saudara sepupunya.

"Ta-Tapi aku tidak bisa melihat tulisan di papan jika aku dibelaka..."

"Nanti aku akan minta dadda membelikan kacamata untukmu." Potong David cepat. Pandangannya sempat bertabrakan dengan Chanmin, tapi ia tidak begitu peduli. Mengabaikan tatapan penuh tanya Chanmin tentang apa yang tengah  si bungsu Jung lakukan.

"Apa lihat-lihat?" Sentak David pada Jun Ki yang masih menatapnya sebal. "Kembali ke tempat dudukmu sana! Wajahmu membuat perutku mual saja."

Baek Jun ki bersungut-sungut sebal. Dengan langkah terhentak kembali ke mejanya. Hatinya dongkol.  Awas saja David! Akan ia adukan pada tantenya nanti!

**

Ia menggeram kesal. Tangannya ia sembunyikan di belakang tubuh, terkepal erat-erat.

Lagi-lagi ucapan wanita Ko itu terngiang di kepala.

AyahWhere stories live. Discover now