22

72.7K 3.6K 20
                                    


"Kin" Panggil wanita paruh baya yang bersandar menatap Kinara dengan mata sayu. Dia adalah mama Kina, yang lama-kelamaan sudah jarang di rumah.

Kinara tidak menghiraukan panggilan itu. Dia memilih berjalan setengah berlari menjauhinya.

"KINARA!" Suara tegas dan bentakan berhasil membuat Kinara berhenti dan terdiam di tempat.

"Tunggu mama bicara dulu"

"Bicara apa? Masalah arisan? Liburan sama temen mama? Yaudah sana. Gak perlu bilang juga" Kinara tetap membelakangi Sekar.

"Kapan kamu ngerti ma.."

"Ngerti? Seharusnya mama yang ngertiin Kinara. Buat apa Kinara harus ngertiin mama kalo mama aja gak pernah ada waktu buat Kinara. Apa mungkin nonton sama makan es krim dulu itu adalah waktu terakhir kita ma? Apa itu termasuk sogokan mama biar Kinara gak marah? Dulu papa yang gak pernah ada waktu buat Kinara. Sekarang mama juga! Kinara capek, Kinara bosen ma. Kapan coba Kinara bisa ngerasain bahagia kayak mereka" Mata penuh dengan cairan bening yang hampir menetes di pipi Kinara.

Sekar terdiam saat anaknya sendiri berkata seperti itu.

"Kinara lebih milih Bi Ijah dari pada mama. Dia yang ngurus Kinara. Udah, Kinara pengen ke kamar. Tidur, capek dengerin omongan mama mulu"

Jleb

Sakit rasanya saat Kinara mengatakan itu. Sekar tersenyum menghapus air mata yang tidak sengaja menetes di pipi kerutnya. Bayangkan saja, betapa sakitnya hati seorang ibu saat anaknya sendiri memilih pembantu dari pada orangtuanya sendiri.

Apakah dia tidak bisa menjadi orangtua yang baik? Apakah pembantu lebih mengerti dia? Pemikiran dan kelakuan seseorang tergantung dengan apa yang pernah dia alami dan ego.

-----

"Kenapa lho Kin?" Tegur Tiara duduk di samping Kinara. Bisa di lihat bagaimana ekspresi Kinara pagi buta? Muka di tekuk, ekspresi kosong, hawanya tidak enak. Apa ini udaranya panas? Nggak juga. Masih adem, masih sejuk dan aman dari perbacotan dari manusia alim tapi munafik.

"Kin" Ulang Tiara.

"Y..yaa apa?" Kinara baru tersadar dari lamunannya.

"Kenapa sih Kin? Ada masalah? Ini masih pagi loh"

"Gue? Gue gak kenapa-napa lah Tiara. Emang ada apa sama gue? Aneh deh" Kinara dengan pintanya menyembunyikan
masalah sendiri.

"Gue yang aneh atau lho yang aneh?"

"Lho lah. Masa gue, lagian gue tuh gak kenapa-napa" 0

"Terus tadi kenapa ngelamun gak jelas?"

"Oh i..itu sih mikirin Yogi" Alibinya.

"Yogi yah? Kena..."

"Selamat pagi anak-anak" Belum sempat Tiara melanjutkan ucapannya guru datang. Mulailah belajar seperti biasanya. Untung saja Tiara tidak lanjut berbicara. Jadi dia tidak usah memikirkan jawabannya nanti.

----

"Gue pulang sendiri aja. Supir gak jemput" Kinara sedang tidak biasanya seperti ini. Dia sama sekali tidak melihat Yogi. Entah dimana dia sekarang. Dari mulai istirahat Kinara tidak menemuinya sama sekali. Batang hidungnya pun tidak terlihat apalagi wajahnya.

"Meningan lho pulang bareng gue" Tawar Tiara yang kini tengah memasukan pensil ke dalam tas.

"Ogah ah males. Kinara pulang duluan yah" Dengan cepatnya Kinara pergi meninggalkan Tiara sendiri di kelas.

"Kenapa sama tu bocah?" Gumam Tiara yang melihat punggung Kinara perlahan hilang dari pandangannya.

----

My Ice Boy [END]✔Where stories live. Discover now