Stand By Me - 61

8.3K 894 4
                                    

Naya menundukkan kepalanya, menatap segelas Latte yang dipesan oleh Johan-- ayah kandungnya. Setelah beberapa lama menenangkan hatinya, akhirnya Naya mau untuk bertemu dengan pria jahat yang sudah membuangnya 24 tahun lalu.

"Maafkan semua kesalahan ayah, Nay. Ayah salah, tindakan ayah sungguh salah. Ayah benar-benar menyesali semuanya," jujur Johan, ia menatap Naya sendu walaupun anaknya tak berniat untuk membalas tatapannya. Naya terlanjur kecewa.

"Setidaknya, semua akan baik-baik saja jika Anda tetap tutup mulut tentang identitas Anda, Pak. Setidaknya, dengan Anda membungkam semuanya, tidak akan ada hati yang tersakiti," papar Naya, ia masih setia memandang Latte nya.

"Aku akan tidak tenang jika semua itu kupendam. Rasa bersalah itu datang, memborbardir diriku setiap malam," racau Johan. Naya tidak tahu jika selama ini Jordan dihantui dengan rasa bersalah.

"Sebenarnya.. tanpa pengakuan Anda pun aku bisa hidup dengan baik. Sebenarnya... pengakuan Anda malah semakin membuatku terbebani. Sebenarnya.. Anda tidak perlu mengakuiku, mengakui kesalahan Anda," ucapan Naya melemah diakhir. Memikirkan jika selama ini ia sudah bisa mengikhlaskan jalan hidupnya, hingga sekarang, ayahnya muncul, meminta maaf pada dirinya.

Jujur, itu menyakiti hatinya.

"Maafkan ayah," ungkap Johan, ia meraih tangan Naya kemudian mengusap buku-buku jari Naya. Sudah lama ia ingin melakukan hal ini pada Naya. Rasa sayang dan bersalah sudah lama ia pendam, penyesalan selalu diakhir kisah.

Dan akhirnya, Johan sukses membuat Naya menangis. Jujur, Naya tak membenci ayah dan ibunya sama sekali. Walaupun kedua orangtuanya sudah membuangnya, tapi Naya masih berterima kasih pada orangtuanya-- terutama ibunya, karena masih mau membiarkan dirinya lahir kedunia. Bayangkan saja jika saat itu, ibunya Naya tidak mau mengandung dan melahirkan Naya sehingga ia memutuskan untuk aborsi. Mungkin, Naya tak akan pernah bertemu dengan sosok Jungkook sekarang. Boro-boro bertemu Jungkook, melihat dunia saja tidak.

"Ayah menyanyangimu, menyayangi semua anak ayah. Dengan apa ayah harus menembus kesalahan ayah?" Tanya Johan, masih melihat Naya yang sesegukan akibat menangis.

Sesaat kemudian, Naya menghapus air matanya yang menempel di pipi, "Ayah tak perlu menebus kesalahan. Hanya berjanji padaku, jaga baik-baik hubungan ayah dengan keluarga kecil ayah. Jangan buat Krystal menangis setiap malam di studionya."

Naya mengatakan hal itu karena setiap malam, selama beberapa hari terakhir, saat Naya memutuskan untuk lembur ( demi menyelesaikan lagu terakhirnya ), ia selalu mendengar suara tangisan Krystal dari dalam studio miliknya.

Tangisan yang cukup pelan, namun menyakitkan bagi Naya. Entah kenapa.

"Untukmu, ayah berjanji."


- - -


Naya tersenyum tipis saat ia melihat sosok Jungkook di depan gedung Bighit. Pria itu seperti sudah menunggunya, setia berdiri di depan gedung sembari menyenderkan tubuhnya ke dinding gedung.

Jungkook segera membetulkan posisinya saat matanya menangkap sosok Naya yang berjalan mendekat. Sesaat, pria itu terkesiap saat Naya menempelkan kepalanya di pundak kanan dirinya.

"Kenapa? Apa semuanya tidak berjalan lancar?" Tanya Jungkook, ia sudah tahu jika pagi ini Naya hendak bertemu dengan ayah kandungnya.

Naya menggeleng, Jungkook dapat merasakan gelengannya karena kepala Naya masih menempel dk pundaknya, "semuanya baik-baik saja. Hanya.. aku butuh tempat untuk menenangkan diriku sendiri," ujar Naya.

Jungkook mengulurkan tangan kirinya menuju pinggang Naya, kemudian mendorong pinggang gadisnya mendekat, memeluk Naya dan menepuk pundak gadisnya.

"Hei, jangan menangis," kata Jungkook saat tahu jika baju area pundaknya sudah basah. Kaos putih kebesarannya itu cukup tipis sehingga Jungkook bisa merasakan ada air yang jatuh di bajunya.

Naya langsung menjauhkan wajahnya dari pundak Jungkook, melihat Jungkook dengan mata yang memerah-- masih dipenuhi dengan air mata.

"Maaf ya, karena sudah membuat bajumu basah. Nanti kucuci," kata Naya. Sedangkan Jungkook hanya bisa tertawa pelan.

Sontak, Jungkook langsung mencubit pipi Naya gemas, lalu bergegas menghapus air mata Naya, "Jangan menangis, kau jelek jika menangis. Aku tidak kuat melihatnya."

Otomatis, Naya langsung tambah menangis. Ia tengah sensitif dan butuh kata-kata menenangkan, tapi Jungkook malah mengatakan sesuatu yang membuat air matanya kembali keluar.

"Pria jahat! Tidak punya hati!" Tangis Naya sembari memukul dada Jungkook. Sedangkan yang kena marah hanya tertawa cekikikan.

"Aku benar kan? Mana ada wanita yang cantik saat menangis? Mereka semua jelek jika menangis. Karenanya, tugas pria yang sudah Tuhan berikan adalah menjaga agar wanitanya tidak menjatuhkan setetes air mata," papar Jungkook sembari kembali memeluk Naya, mengusap rambutnya kemudian mencium puncak kepala Naya.

Kali ini, Naya belajar bersyukur. Mau bagaimanapun cara kalian lahir ke dunia, tetaplah bersyukur. Karena Tuhan sudah menuliskan garis kehidupan yang baik untuk kalian di masa depan. Hargai hidupmu walaupun kau lahir dari sebuah kesalahan.


🎵🎵🎵


Hari-hari berlalu begitu saja. Naya yang sibuk dengan lagu terakhirnya. Jungkook yang sibuk dengan aktivitas grupnya. Apalagi, selama beberapa hari ini Jungkook tidak sempat bertemu dengan Naya. Mereka hanya berhubungan lewat sms ataupun telepon.

"Noona, mau kopi?" Naya menghentikan langkahnya saat ia melihat sosok Jisung yang menyodorkannya segelas kopi.

"Oh, Jisung. Terima kasih," kata Naya sembari mengambil kopi yang Jisung berikan untuknya sembari tersenyum manis.

"Noona, kudengar kau akan pulang ke Indonesia beberapa hari lagi, benar?" Tanya Jisung sembari menundukkan wajahnya kebawah, memerhatikan sepatu mahalnya.

Naya terkejut, padahal rencananya, ia baru akan memberitahukan Jisung sekarang. Tapi, Jisung sudah tahu lebih dulu.

"Ah, benar. Aku akan pulang ke Indonesia dan baru saja hendak memberitahumu. Ternyata kau sudah tahu duluan," kekeh Naya, menghilangkan rasa canggung.

"Maaf Noona, beberapa hari yang lalu aku tak sengaja mendengar perbincanganmu dengan salah satu staff. Aku minta maaf karena lancang," kata Jisung sembari membungkukkan badannya, meminta maaf karena ia sempat menguping pembicaraan Naya.

Naya tersenyum, kemudian mengacak-acak rambut Jisung dengan gemas, "Hei, tidak apa-apa. Aku merasa tak enak jika kau meminta maaf. Tuhan menciptakan telinga untuk membantu manusia mendengar sesuatu."

"Noona, aku akan merasa kehilangan sosok penyemangatku jika kau pulang ke Negara asalmu," jujur Jisung dengan wajah sedihnya.

Naya tertawa pelan, tidak mau menunjukkan kesedihan yang sama, "Hei, karenanya bekerja keraslah! Lalu masukkan Indonesia ke dalam list Negara yang akan kalian kunjungi saat konser. Maka saat itulah, kita bisa bertemu lagi."

"Benarkah? Jika kami mengadakan konser di Indonesia, apa Noona akan datang? Menemuiku? Kita bisa bertemu lagi?" Tanya Jisung, ia kembali bersemangat. Seperti mendapatkan energi dari perkataan Naya.

Naya mengangguk antusias, "karenanya, bekerja keraslah!"



Meninggalkan Wonderland adalah suatu keputusan yang sulit bagi Alice. Mungkin, Wonderland adalah sosok dunia yang dipenuhi dengan segala keanehan, tapi tak bisa dipungkiri juga, keanehan tersebut membuat Alice susah untuk meninggalkan Wonderland. Karena pada dasarnya, keunikan dan keanehan akan selalu diingat.


🎵🎵🎵

FANGIRL : Stand By Me [ JJK ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang