Stand By Me - 9

8K 1K 16
                                    

Jungkook menatap Naya dengan saksama, memerhatikan wajah gadis yang kini berada di depannya, tengah mengulurkan kertas padanya.

Kemudian Jungkook mengalihkan pandangannya ke arah kertas yang Naya sodorkan. Kertas lagunya.

"Aku sudah merubahnya. Kau tenang saja, tak ada kesalahan sedikitpun. Kau bisa mengeceknya," Naya berbicara dengan nada yang meyakinkan. Melihat Jungkook yang menatap kertasnya dengan ragu, rasanya itu sangat menyakitkan.

Seperti orang yang terlihat ragu dan tak percaya. Padahal dirinya hanya menyalin dan merubah agar sama seperti dulu-- versi buatan Jungkook.

Jungkook mengambil kertas lagu itu, kemudian memeriksanya sendiri. Pria itu diam seribu bahasa saat semua lagu-lagunya sudah kembali. Tak ada melodi yang acak-acakan seperti kemarin.

Jungkook memicing pelan, menatap Naya dengan intens kemudian berujar dengan sarkasnya, "kenapa masih disini?"

Sontak, Naya gelagapan. Perkataan Jungkook lebih seperti sebuah usiran halus untuknya. Itu berarti, Jungkook tak mau berada dalam satu ruangan yang sama dengannya.

"Kalau begitu, aku permisi," pamit Naya. Tepat saat Naya sudah meraih gagang pintu, suara panggilan Jungkook membuatnya menoleh kebelakang.

"Maaf karena sudah membuatmu menangis," ungkap Jungkook, membuat dahi Naya berkerut karena mendengar ungkapan maaf Jungkook untuknya.

Naya menyunggingkan senyuman manisnya, ingin mengatakan sesuatu hal untuk Jungkook. Tapi senyumannya sirna begitu ia mendengar penjelasan Jungkook.

"Jangan cepat tersenyum pada orang yang sebenarnya tak menyukaimu. Meminta maaf bukan kemauanku, tapi kemauan hyung ku. Jadi jangan tersenyum padaku dan berpikir kalau aku akan jadi baik dalam satu hari,"

Penjelasan panjang Jungkook cukup membuat Naya mengerti. Walaupun permintaan maaf itu hanya sebuah suruhan sekarang, tapi Naya menerimanya. Setidaknya, Jungkook sudah menunjukkan bahwa dia adalah orang yang tidak akan sungkan untuk meminta maaf. Ya, walaupun ada sedikit unsur paksaan dari hyung nya.

"Oh ya satu lagi," Jungkook baru ingat sesuatu. Sebenarnya, ia ingin mengatakan ini pada Naya kemarin. Tapi siapa yang menyangka jika Naya malah menangis dan itu membuat Jungkook jadi melupakan seluruh kalimat yang ingin ia bicarakan.

Sebelah alis Naya terangkat, menandakan jika gadis itu penasaran dengan apa yang akan Jungkook katakan padanya.

Naya menunggu, tapi Jungkook tak kunjung melontarkan kalimatnya. Sebenarnya, Jungkook ragu. Apakah ia harus mengutarakannya? Kemarin, ia sudah membuat Naya menangis karena telah menyinggung permasalahan orangtua. Dan apa Jungkook juga harus mengatakan hal yang pastinya akan membuat Naya tak bisa tersenyum?

Jungkook menghela nafasnya pelan. Apapun yang terjadi, ia harus mengutarakan pendapatnya. Demi keselamatan dirinya, itu pikir Jungkook.

"Begini--" Jungkook menggantungkan kalimatnya, seperti orang yang takut untuk mengutarakan pendapat, "kau itu ceroboh. Sedangkan aku risih dengan seseorang yang bahkan tak bisa menjaga dirinya dengan baik--"

Lagi, Jungkook kembali menghentikan perkataannya. Rasanya sulit untuk dilanjutkan. Jungkook memerhatikan Naya yang masih diam di depan pintu, menunggu kalimat lanjutan yang akan Jungkook lontarkan.

"Demi keselamatanku, jangan dekat-dekat denganku,"
Nafas Jungkook mendadak jadi tidak teratur saat kalimat itu berhasil ia lontarkan.

Sedangkan Naya berusaha untuk tidak mengeluarkan ekspreksi sedihnya. Tentu saja perkataan Jungkook berhasil membuatnya ingin menangis. Bayangkan, seseorang yang kau idolakan malah berkata seperti itu.

Jujur, hati Naya rasanya sangat sakit. Apalagi ia mendengar kalimat tersebut secara langsung.

"Tabrakan, koper tertukar, tumpahan kopi, dan yang terakhir kertas laguku. Itu sudah cukup membuatku benar-benar ingin jaga jarak denganmu,"

Naya tersenyum simpul, "aku mengerti."

Setelah itu, tak ada lagi percakapan dari mereka berdua. Naya pamit sekali lagi dan langsung melecos keluar studio.

Air matanya keluar begitu saja. Padahal ia sudah janji tidak akan menangis lagi karena lisan Jungkook yang cukup tajam bagaikan sebuah parang berkarat.

Perkataan Jungkook terus terngiang-ngiang di pikirannya. Perkataan bahwa dirinya adalah gadis yang ceroboh dan tak bisa menjaga dirinya sendiri. Perkataan bahwa Jungkook sangat tak menyukai seseorang seperti dirinya. Hal itu membuat nyali Naya benar-benar berada di dengkul.

"Ah.. rasanya aku ingin menjadi sosok IU agar bisa disukai Jungkook! Tapi aku Naya, bukan IU," gumam Naya pelan sembari menghapus air matanya dengan cepat.

🎵🎵🎵

"Bagaimana dengan kertas lagumu?" Tanya Namjoon. Seperti sore-sore biasanya, ia selalu mengecek kondisi member bungsu BTS itu di dalam studio.

"Sudah kembali," jawab Jungkook sekenanya. Ia masih disibukkan dengan aktivitas mengedit videonya. Ia sudah berjanji dengan para ARMY untuk memposting video buatannya. Tentu saja dengan Jimin sebagai aktor di dalam video nya.

Namjoon mengambil kertas lagu yang terletak di meja komputer, tepat di sebelah speaker. Namjoon memehartikan tulisan tangan Naya-- cukup rapi.

"Tulisannya rapi dan enak dibaca. Coba lihat, tulisannya tergolong rapi untuk ukuran orang asing seperti Naya," pujian Namjoon sukses membuat Jungkook menghentikan kegiatan mengedit videonya.

"hyung, kau kesini mau mengecek kondisiku atau membicarakan tentang Naya?" Jungkook bertanya dengan nada bicara yang malas. Sudah bosan mendengar tentang Naya yang selalu dibahas.

"Dua-duanya,"

"Aku sudah minta maaf. Jadi, bukankah hyung sudah mendapatkan jawabannya sebelum hyung bertanya?" Pertanyaan Jungkook sukses membuat Namjoon melongo, namun sedetik kemudian Namjoon tersenyum.

"Jung, kau benar-benar sudah pandai bermain kata!" Namjoon memuji kepandaian lisan Jungkook akhir-akhir ini. Hal itu menandakan jika Jungkook sudah menjadi sosok pria dewasa sekarang, hanya saja masih perlu bimbingan.

"Baguslah jika kau sudah meminta maaf. Meminta maaf bukan salah satu tindakan seorang pengecut. Meminta maaf merupakan salah satu pendewasaan diri, dimana kau bisa belajar banyak dari kesalahan dan berani bertanggung jawab," perkataan Namjoon sukses membuat Jungkook terkesiap. Benar-benar cocok menjadi sosok pemimpin di grup.

Namjoon segera meletakkan kertas lagu tersebut di tempatnya semula, kemudian mengacak-acak rambut Jungkook dengan gemas.
"Jangan terlalu membenci seseorang karena ketidaksempurnaannya, Jung. Manusia lahir dengan spesifikasi masing-masing. Jangan jadi orang yang terlalu pemilih dalam segala hal, itu merugikan."

Ingin rasanya Jungkook meng copy paste kan setiap kalimat yang Namjoon keluarkan. Otaknya terbuat dari apa sehingga bisa menghasilkan setiap kalimat yang cukup indah dan menyentuh hati?

"Sepertinya kau juga baik-baik saja. Oh ya, jika suasana hatimu sedang buruk pergi saja ke kedai kopi. Sekali-kali keluarkan 5000 won mu untuk membeli kopi," titah Namjoon sembari menepuk pundak Jungkook.

Namjoon sadar, Jungkook masih memerlukan banyak pembelajaran dari orang yang lebih tua sepertinya agar Jungkook bisa mengembangkan emosinya dengan baik, tanpa menyakiti hati orang lain.

"Ah,hyung. Aku tak suka kopi!" Keluh Jungkook setelah mendengar saran dari Namjoon.

"Mulailah mencintai hal-hal yang kau benci," itu kalimat terakhir yang Namjoon keluarkan untuk Jungkook.

Setelah itu, Jungkook hanya mendengar suara pintu studionya yang tertutup rapat.

🎵🎵🎵

FANGIRL : Stand By Me [ JJK ] Where stories live. Discover now