49 || TIME 5

93.6K 2.8K 56
                                    

14/10/2018

AUTHOR

"Ah, sial sekali aku hari ini." Ucap Maudya pada dirinya sendiri sambil menatap ban mobil depan yang sudah hilang setengah dari anginnya.

Maudya menepiskan rambutnya dengan kasar yang terurai dan terbang karna angin yang cukup kuat.

Maudya mengambil ponselnya dari saku celana kain hitam yang ia gunakan dan menekan beberapa kata dan setelah mendapatkannya, Maudya meletakan ponselnya ditelinga kanannya.

"Hallo?" Ucap Maudya pada salah satu orang yang berkerja dibengkel langganannya.

"_"

"Mobil saya ada masalah, bisa kesini untuk ambil mobil saya?" Tanya Maudya lembut sebelum menyandarkan punggungnya dipintu pengemudi yang tertutup rapat.

"_"

"Saya akan kirim alamatnya."

"_"

"Baiklah terimakasih Mas." Ucap Maudya sebelum mematikan telponnya dan mengetik beberapa kata dan menekan send. Maudya kembali memasukan ponselnya disaku celana kainnya.

Maudya menghembuskan nafasnya dengan berat, sangat berat. Seakan akan ada beban berat yang ia tanggung dikedua pundaknya.

Maudya menatap langit yang ternyata juga tidak bersahabat dengannya. Langit itu sangat gelap, warna biru muda hilang tergantikan dengan warna abu abu yang menandakan akan turun rintikan air yang pasti akan membasahi dirinya jika ia tidak masuk kedalam mobilnya sekarang juga.

Maudya melangkahkan kakinya, membuka pintu mobilnya dan masuk kedalam sambil menunggu orang bengkel datang untuk membetulkan mobilnya.

Maudya hanya diam sambil mendengar lagu yang ia putar untuk mengisi kekosongan diruangan yang sempit tersebut. Cukup lama Maudya diam, hingga suara rintikan air berhasil membuatnya tersadar dalam diamnya.

Maudya menatap rintikan air yang jatuh diatas mobilnya, air itu mengalir didepan kaca mobil Maudya dan tanpa sadar air matanya juga ikut jatuh dipipinya dengan mulus. Maudya menghembuskan nafasnya, meletakan keningnya di depan stir mobil dengan kepala yang ia tundukan. Maudya menangis dengan rintikan air.

"Ada apa denganku?" Tanya Maudya pada dirinya sendiri dengan posisi yang masih sama. Menunduk dan tetap menangis.

Maudya merasakan ia perlu menangis kini, saat dipantai ia ingin menangis namun ia tahan karna ia tidak ingin menunjukan pada siapapun apalagi anak anaknya.

Maudya selalu mencoba untuk menunjukan senyumannya, ia selalu berusaha menarik bibirnya agar membentuk senyuman agar orang disekitarnya tidak menatapnya dengan tatapan yang akan membuatnya menjadi orang yang lebih lemah.

Ia menahan semuanya. 2 tahun yang sudah ia lewati, tidak pernah ia lupakan. Ia selalu mengingat, setiap detiknya tanpa pernah ia lupakan. Maudya selalu menangis dalam diam, menahan rasa sesak yang semakin membuatnya susah untuk bernafas.

TIME (END)Where stories live. Discover now