21 || rumit?

94.5K 4.4K 171
                                    

15/07/2018

MAUDYA CELLA

"Radang otak atau ensefalitis adalah inflamasi yang terjadi pada otak. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, namun anak-anak serta lansia memiliki risiko tertinggi karena sistem kekebalan tubuh mereka yang cenderung lebih lemah dan Nona Anita termasuk umur yang sangat jarang terkena penyakit ini."

Aku mendengarkan dengan sangat baik, tapi aku tidak bisa mencerna ucapan dokter didepanku dan yang buat aku lebih tidak mengerti dokter tersebut adalah Zico. Banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan tapi entah mengapa bibirku hanya diam.

"Meski jarang terjadi, radang otak berpotensi menjadi kondisi yang serius dan dapat mengancam jiwa. Perkembangan penyakit ini juga sulit ditebak. Diagnosis dan pengobatan yang cepat serta efektif adalah kunci utama dalam menangani kondisi ini."

"Lalu apa masalahnya Zic? Kalau misalnya pengobata_"

"Kami sudah melakukan semuanya Dya. Hanya tinggal Biopsi otak. Pada prosedur ini, sebagian jaringan otak akan diambil untuk kemudian diperiksa dilaboratorium. Prosedur ini  dipilih karna gejala semakin memburuk dan pengobatan sebelumnya tidak berdampak positif bagi Nona Anita."

Aku menutup mataku. Aku merasakan sesak, bahkan sangat sesak sekarang.

"Tidak ada cara lain, jika kita memaksakan atau memberitahu faktanya maka mungkin tidak akan ada kesempatan untuk Nona Anita bisa tetap hidup. Penyakitnya bukan hanya itu saja Dya, banyak sekali penyakit bawaan yang membuat penyakitnya semakin parah."

Aku memutar kepalaku melihat pria yang ada disampingku. Pria yang menggenggam tanganku dengan sangat erat, bahkan sangat erat seakan memberikanku kekuatan untuk mendengar ucapan Zico yang selanjutnya.

"Kita harus mengikuti alur ingatannya dulu, hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang. Dia tidak boleh stress Dya."

Aku mendengar ucapan Zico dengan menatap Gilang, pria yang masih menggenggam tanganku dengan sangat erat dan menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kujelaskan saat ini_aku terbawa dalam tatapannya.

"Baiklah terimakasih. Kalau begitu kami pergi dulu." Pamit Gilang sambil membantuku untuk berdiri.

"Baiklah." Jawab Zico sebelum kami keluar dari ruangan Zico.

Aku sama sekali tidak bisa bicara dengan Gilang. Kini perasaan takut, perasaan menyesal mulai masuk kedalam pikiranku. Aku takut, karna aku yang egois maka Anita akan pergi karna diriku. Tapi dilain sisi aku tidak bisa membiarkan Gilang tetap berada disisi Anita.

"Apa semuanya baik baik saja?" Kini Ayahku menyapa kami tepat didepan pintu rawat Anita.

Aku menggigit bibir bawahku, sebelum menatap kearah pintu kamar yang sedikit terbuka. Anita sedang tertidur, jujur aku masih mengaggapnya sebagai adikku. Dia tetaplah adikku.

"Tidak ada yang berubah Yah, semuanya tetap saja sama." Aku dapat mendengar Gilang menjawab pertanyaan Ayah.

Aku menatap Ayah. Ayah sangat sangat menampakan wajah sedihnya.

"Baiklah, mari kita bermain peran kita masing masing."

Inilah keputusanku. Aku dapat melihat wajah Ayah yang menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan, dilain sisi aku juga merasakan kalau gengaman Gilang semakin erat ditangan kananku.

"_"

"Sampai ingatan Anita kembali mari kita mainkan peran kita masing masing. Berjalan sesuai ingatannya saat Anita masih SMA. Mar_"

TIME (END)Where stories live. Discover now