31 || Senyum yang terbit

83.9K 4.1K 131
                                    

22/07/2018

MAUDYA CELLA

"Siang Mah, Pah." Ucapku saat disambut mertuaku didepan pintu rumah mereka.

"Siang sayang. Mama kangen banget sama kamu." Ucap Mama mertuaku sebelum membawaku kedalam pelukannya.

Rasa sayang seorang ibu dapat aku rasakan dalam pelukan Mama, aku bersyukur karna memiliki 3 ibu. Bunda, Mama dan Bu Mira. Yah Bu Mira, aku menunggu Bu Mira pulang dan aku akan langsung bertanya padanya.

"Pah?" Panggilku pada Papa saat pelukan Mama sudah dilepas.

Papa memelukku juga sama seperti Mama. Pelukan Papa sangat hangat, sama seperti pelukan Ayahulu.

"Siang Mah." Ucap Gilang yang baru saja datang setelah memakir mobil.

"Siang juga." Ucap Mama sebelum membawa Gilang kedalam pelukannya.

"Pah."

Papa hanya tersenyum dan menggukan kepalanya. Sepertinya mertuaku agak aneh menyambut kedatangan kami. Sepertinya akan ada yang dibicarakan sama mereka.

"Ayo masuk, anak anak didalam lagi main sama Mbok." Ucap Mama.

Kamipun berjalan masuk dan benar saja tawa anak anak terdengar mengisi ruang keluarga.

"Mama!"

"Papa!"

Teriakan mereka terdengar sangat kencang saat melihat kami dari kejauhan. Aku melihat Rendy yang lari ke arahku dan Renna yang lari kearah Gilang.

"Oh anak papa." Kini Renna telah masuk kedalam gendongan Gilang dengan senyum menampakan gigi putihnya.

"Mah?" Panggilan Rendy membuat aku melihat kebawah dan aku melihat Rendy memasang wajah kesalnya karna aku tidak menggendongnya.

Aku jongkok dan membawanya kedalam gendonganku, sebelum aku kembali berdiri.

"Wah anak Mama benar banget. Dikasih makan apa sama Nenek sama Kakek sampai berat begini?" Tanyaku dan Rendy memajukan bibirnya dengan mata yang menatapku dengan tatapan yang sangat lucu.

"Mama?" Rengeknya terdengar sangat lucu. Jarang sekali aku melihat Rendy merengek dalam pelukanku, tapi jujur aku menyukainya yang manja padaku.

Dia mendaratkan pipinya dipundakku dan mengalunkan kedua tangannya dileherku.

"Rendy kangen Mama." Ucapnya pelan.

"Mama juga sayang." Ucapku sambil mengelus punggungnya, aku rasa dia mengantuk karna ini jam tidur siang.

"Mama jangan sedih, Rendy gak suka Mama sedih. Rendy akan jadi pelindung Mama saat dewasa, jadi jangan khawatir tentang apapun. Rendy akan selalu berada disisi Mama."

Ucapan Rendy membuat aku tersenyum. Rendy memang sangat dewasa sebelum waktunya dan aku malah merasa bersyukur dia memiliki rasa empati dan simpati yang sangat mendalam dari usia dini.

"Papa kemana saja? Renna kangen sama Papa. Kenapa Papa tidak pulang pulang kemarin. Renna kira papa tidak akan pulang lagi. Renna kira papa udah tidak sayang sama Renna."

Aku dapat mendengar dengan jelas, anak manisku mengeluarkan segala yang ada dipikirannya. Anak kecil memang selalu jujur, ucapannya bisa membuat siapapun yang mendengarnya akan mengerti perasaan anak itu.

"Mana mungkin papa tidak menyayangi kamu lagi sayang. Papa sangat menyayangi kamu. Papa bukanya tidak mau pulang, papa hanya sibuk urusan dikantor. Maaf yah papa jadi buat kamu kangen sama papa. Tapi sekarang Papa akan selalu dirumah, percayalah. Papa akan bersama kamu, Rendy dan Mama." Ucap Gilang sebelum sekilas melihat ke arah ku.

TIME (END)Where stories live. Discover now