34 || Kenangan Bunda

70.9K 3.1K 65
                                    

24/07/2018

MAUDYA CELLA

"Bu aku bertanya? Kenapa Ibu hanya diam saja?" Tanyaku sambil menatap Bu Mira yang duduk disampingku.

Beberapa menit yang lalu Bu Mira sampai diruamah, bukan mengucapkan kata kata seperti bertanya bagaimana kondisi situasi sekarang Beliau malah mengatakan kalau Beliau memutuskan untuk berhenti bekerja.

Jujur aku dan Gilang terkejut, kami yang baru saja selesai makan malam dan memilih duduk diruang keluarga terpaksa pindah ke perpustakaan agar bisa bicara dengan leluasa.

"Bu beritahu saya, kalau memang ada masalah saya akan membantu Ibu. Ibu sudah lama bersama Dya, apa Ibu tidak kasian pada Dya. Dya menganggap Ibu sebagai Ibunya, begitu juga saya Bu." Kini suara Gilang yang terdengar, yang duduk tepat disebrang ku.

"Bu?" Panggilku sekali lagi dan kini Bu Mira mengangkat kepalanya dan menatap mataku.

"Ada apa Bu? Apa Ibu ada masalah? Kenapa tiba tiba Ibu ingin_"

"Ibu sudah memikirkannya baik baik Ndok. Bukan tiba tiba, Ibu hanya menunggu waktu yang pas." Ucap Bu Mira dengan cepat, namun tetap terdengar sangat lembut.

"Lalu ada apa Bu? Kenapa Ibu tidak pernah bicarakan sama kami. Apa alasan Ibu?" Tanya Gilang lagi.

Bu Mira yang awalnya menatapku kini berahli kearah Gilang. Aku dapat melihat dengan jelas kalau Bu Mira terlihat sangat santai, bahkan senyumannya seperti senyuman yang sangat bahagia.

"Ibu datang kemari karna Ibu ingin menjelaskan semuanya pada kamu dan juga terutama pada kamu Ndok." Ucap Bu Mira sebelum menatapku kembali.

Bu Mira menggenggam tanganku dengan sangat erat.

"Ibu tahu semuanya sayang. Ibu tahu semua kesedihan, semua rasa sakit yang kamu alami begitu juga Bunda kamu. Sebenarnya Ibu adalah sepupu Bunda kamu."

Aku terdiam, menatap mata Bu Mira. Tidak ada kebohongan dimatanya, hanya ada ketulusan, kelembutan dan terutama kejujuran. Tidak ada yang menandakan kalau Bu Mira sedang mendongeng, mencerirakan ceita palsu untukku seperti dulu.

"Bu Mira apa maksud Ibu? Apa_"

"Bunda kamu menitipkan kamu sama Ibu. Sebelum Ibu masuk kerumah Ayah kamu dan menjadi orang kepercayaan Ayah kamu, Bunda kamu selalu meminta agar Ibu menjaga kamu selalu. Menutupi semua fakta agar kamu tidak merasakan rasa sakit. Bunda kamu tahu semuanya sayang, Bunda kamu mengetahui apa yang seharusnya tidak Bunda kamu ketahui." Ucap Bu Mira sambil masih menggengam tanganku dengan sangat erat.

"_"

"Bunda kamu menahan semuanya. Pernikahan dibulan pertama dia mengatakan kalau dia sangat bahagia bisa menikah dengan Ayah kamu. Dia bilang kalau dia bagaikan seorang ratu dirumah. Setiap kami bertemu hanya pujian untuk Ayah kamu saja yang dia ucapkan. Lalu saat kamu hadir dia lebih bahagia lagi. Setiap saat yang diucapkan hanya tentang kamu dan Ayah kamu." Ucap Bu Mira lagi.

"_"

"Bunda kamu mengatakan kalau Ayah kamu sangat memperhatikan kamu dan Bunda kamu. Bunda kamu juga mengatakan kalau kamu dan Ayah kamu adalah segalanya. Walaupun Bunda kamu harus kehilangan keluarganya yang tidak setuju dengan hubungannya dengan Ayah kamu, tapi Bunda kamu tetap merasa kalau semuanya terlihat lebih baik dari pada yang dia bayangkan."

"_"

"Bunda kamu melakukan segalanya demi kamu sayang. Saat kamu lahir sebenarnya saat itu harusnya kamu belum lahir. Masih ada satu minggu lagi sebelum masa kelahiran kamu. Bunda kamu menjaga kamu dengan sebaik mungkin, namun saat itu Bunda kamu betemu dengan temannya. Dia mengatakan kalau dia juga sedang mengandung dan dia mengatakan kalau anak yang ada dikandungannya adalah anak Ayah kamu." Ucap Bu Mira, tanpa aku sadar air mataku telah jatuh dipipiku.

TIME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang