5 || He

126K 7.2K 91
                                    

28/06/2018

MAUDYA CELLA

"Jangan terlalu keras Dya, mereka masih kecil untuk mengekspresikan diri mereka dengan baik."

"Aku hanya mendidik anak aku Ayah, jadi tidak perlu khawatir. Aku tidak akan melukai mereka." Ucapku dengan mata yang terus menatap kearah taman dimana anak anakku sedang bermain bersama suamiku ditaman.

Ah, menyebut kata suamiku padanya sedikit membuatku sakit.

"Ayah tahu kamu berbeda maka dari itu Ayah mengingatkan kamu Dya. Ayah tidak ingin kamu melakukan hal yang sama dengan yang Ayah lakukan pada keluarga kita dulu."

Aku mengahlikan tatapanku dari pandangan awalku. Kini aku menatap Ayah dengan pandangan anak pada seorang Ayah.

"Jika seandainya Gilang seperti Ayah. Apa yang akan Ayah lakukan?" Tanyaku pada Ayah.

Ayah terdiam sebentar. Aku dapat melihat wajah Ayah yang menunjukan wajah terkejutnya, namun Ayah menutupi segera dengan senyuman yang terlihat diwajahnya.

"Dia tidak akan seperti itu, Ayah tahu menantu Ayah tidak akan melakukan kesalahan seperti Ayah. Kamu juga pasti tahu suami kamu tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu." Ucapan Ayah membuat aku tersenyum tipis.

'Awalnya aku berfikir seperti itu, tapi sekarang aku sadar apa yang aku yakini belum tentu benar.'

Aku menghembuskan nafasku dengan kasar sebelum kembali menatap suami dan anak anakku.

"Seandainya Ayah. Aku bilang seandainya. Seandainya itu terjadi apa yang akan Ayah lakukan? Apa Ayah akan diam saja atau Ayah akan membelaku? Mengingat Ayah yang hanya diam saat Bunda memilih untuk pergi." Ucapku dengan pandangan yang kembali menatap Ayahku.

Ayah tersenyum padaku dan membawa kedua tanganku ke dalam tangannya yang hangat. Tangan yang selalu aku rindukan dulu.

"Ayah akan membantu kamu. Ayah tidak akan melakukan hal bodoh untuk kedua kalinya, bahkan seandainya itu benar. Ayah pastikan kamu tidak akan bertemu dengannya jika itu kemauan kamu." Ucapan Ayah tanpa sadar membuat bibirku tertarik kearah yang berlawanan.

"Yah?" Panggilku lagi.

"Ada apa?"

"Kemarin perempuan itu datang ke rumah. Dia mengatakan kalau Ayah memutuskan semua hubungan Ayah dengan dia." Ucapku pelan sambil menatap lihat ekspresi Ayahku yang menurutku sangat datar.

"Lalu apa dia melakukan sesuatu yang buruk pada kamu?" Tanya Ayah dan kujawab dengan gelengan kepala. "Ayah senang dia tidak melakukan sesuatu yang buruk pada kamu."

"Mama?" Panggilan Renna membuat aku dan Ayah langsung menatap kearah suara Renna. Renna berlari pelan dan berhenti di depan kami.

"Ada apa sayang?" Tanyaku lembut.

"Papa suruh ngajak mama ikut main sama kami. Ayo!" Ucap Renna dengan ekspresi bahagia dan polos yang menghiasi wajah munyilnya.

"Yah_"

"Pergilah, Ayah akan masuk ke dalam. Ayah mau nonton saja diruang keluarga." Ucap Ayah sebelum masuk kedalam rumah melewati pintu kaca yang terbuka lebar.

"Ayo Ma!"

Renna menarik pelan tanganku yang digenggamnya. Aku mengikuti langkahnya pelan dari belakang. Semakin dekat dan semakin dekat aku merasa akan luluh jika melihat senyuman lembut yang diberikan Gilang padaku sambil menggendong Rendy.

TIME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang