37 || She?

67.5K 3K 47
                                    

23/08/2018

AUTHOR

Satu tahun yang lalu semuanya layaknya mimpi bagi semua orang terutama bagi Maudya (Dya). Semuanya berubah, baik hubungan maupun bagaimana Dya akan menjalankan kehidupannya untuk kedepan.

Satu tahu yang lalu Dya mendapatkan kabar kalau adik tirinya (Anita) masuk ke rumah sakit jiwa. Anita yang dulu masih bisa mengontrol emosinya, sekarang tidak bisa. Anita hanya diam, teriak, menangis bahkan kadang Anita menyakiti dirinya sendiri. Maudya dengar kalau Ayahnyalah yang memasukannya kedalam rumah sakit jiwa.

Setelah kabar Anita masuk rumah sakit jiwa, Maudya mendapatkan kabar lagi kalau semua harta kekayaan milik Ayahnya telah menjadi miliknya. Pengacara Ayahnya datang dengan amanat sang Ayah yang memberikan semua harta miliknya pada putri pertamanya.

Maudya awalnya menolak, namun keputusan sang Ayah tidak bisa diganggu gugat dan mulai saat itu Maudya menggantikan posisi sang Ayah diperusahaan sang Ayah.

Sudah satu tahun juga Bu Mira tidak pernah menunjukan wajahnya didepan Maudya. Maudya mencoba menghubunginya, namun nomornya telah diganti bahkan Maudya juga datang kerumahnya Bu Mira dan tetap saja Maudya tidak menemukan Bu Mira. Rumah tersebut telah menjadi milik orang lain.

Dan soal perempuan jahat (mamanya Anita) beliau bunuh diri rumahnya. Beliau yang tidak terbiasa hidup susah memilih untuk mengahkiri hidupnya.

Semuanya bagaikan mimpi bagi semua orang. Semuanya berubah begitu cepat, bagaikan angin yang sekilas datang hanya untuk menyapa. Seperti itulah yang mereka rasakan.

"Dya?" Panggil Gilang pelan sambil mengelus lembut rambut Maudya.

"Hem,," Saut Maudya tanpa membuka matanya hanya wajahnya saja yang berubah posisi dari menghadap jendela kini menghadap kearah Gilang.

Gilang tersenyum lembut sebelum mengecup kening Maudya pelan dan hal itu sukses menyebabkan Maudya bangun dengan wajah kesalnya.

"Bangun." Ucap Gilang saat Maudya membuka matanya yang menandakan kalau Maudya masih mengantuk.

"Hem,," Jawab Maudya pelan dengan tangan yang memijat pelipisnya pelan.

"_"

"Apa sudah sampai?" Tanya Maudya dengan nada khas bangun tidur.

"Ia." Jawab Gilang dengan nada lembut.

Maudya merapikan posisi duduknya sambil mengembalikan kesadarannya yang belum serarus persen dia dapatkan, sementara Gilang mengulurkan tangannya kekursi belakang Maudya dan mengambil buket bunga lily yang sangat cantik.

"Buat kamu." Ucap Gilang sambil memberikan buket bunga Lily tersebut didepan Maudya.

"Untuk aku?" Tanya Maudya sambil menaikan alis matanya dengan ekspresi wajah yang bingung.

"Ia sayang." Jawab Gilang.

"Untuk apa? Aku tidak ulang tahun ataupun ak_"

"Hanya ingin. Aku hanya ingin memberikannya pada kamu." Jawab Gilang dengan senyum tulus dan tatapan lembut yang selalu Gilang berikan pada Maudya.

"Terimakasih." Ucap Maudya sebelum membawa buket bunga Lily kedepan wajahnya.

"Aku suka." Ucap Maudya setelah menatap Bunga lily dari dekat.

"Aku senang kamu suka." Ucap Gilang sebelum turun dari mobil dengan buket bunga lain yang ada ditangannya.

"Ayo." Ajak Gilang setelah membukakan pintu mobil untuk Maudya.

TIME (END)Where stories live. Discover now