"Gak kemana mana kok, Mbak. Cuma memang lagi sibuk saja ngurus butik." Jawabnya saat sudah melepaskan pelukanku.

"Kamu kapan nikahnya? Jangan hanya fokus pada pekerjaan An, usia kamu sudah 27 tahun. Udah bisa kamu memulai hubungan yang serius An." Ucapku dan ia hanya tersenyum.

"Memang belum ada calon, An?" Tanyaku pada Anita.

"Ada Mbak, cuma cowoknya aja yang belum mau serius. Ini juga lagi usaha Mbak." Jawabannya membuatku tersenyum.

Aku juga berfikir tidak mungkin adik sepupuku ini tidak memiliki kekasih. Dia cantik, pekerjaannya sebagai desainer, keluarganya terpandang atau lebih tepatnya almarhum orang tuanya, kepribadiannya sangat baik, dia juga manis, jadi tidak mungkin dia tidak memiliki kekasih.

"Ya udah Mbak tunggu undangannya, jangan lupa undang Mbak."

"Tenang saja Mbak, pasti Anita undang kok. Kalau begitu Anita duluan yah Mbak." Pamit Anita padaku dan kuanggukan sebelum ia benar benar pergi dari hadapanku.

Aku kembali sibuk membeli semua bahan bahan masakan yang masih belum aku ambil. Setelah selesai berbelanja, aku memilih jalan kesisi kafe yang ada disamping pusat perbelanjaan setelah meletakan semua belanjaanku di bagasi mobil.

"Selamat datang dicafe X. Mau pesan apa?" Tanya perempuan yang berdiri didepanku dengan senyum yang mengambang diwajahnya.

"Saya pesan satu ice grean tea dan double chocolate cakenya. Dibawa pulang yah." Ucapku.

"Totalnya seratus sembilan ribu, Mbak." Ucapnya dan segera aku mengeluarkan uang dari dompetku dan memberikan padanya.

"Silahkan tunggu sepuluh menit, Mbak. Nanti akan diantar ke tempat Mbak duduk." Ucapnya ramah sambil memberikanku uang kembalian beserta struk pembayaran.

"Terimakasih." Ucapku sebelum berjalan kearah meja yang berada di dekat jendela kaca yang langsung menampakan pusat perbelanjaan yang aku kunjungi tadi.

Aku memainkan ponselku dengan iseng, mencari satu nama dengan membuka salah satu aplikasi chat yang sering aku gunakan.

Dapat

Aku menekan tombol hijau yang berada di dekat namanya dan menunggu beberapa detik hingga ahkirnya aku dapat mendengar suara seseorang yang menggema ditelingaku.

"Ada apa?" Tanyanya disebrang sana.

"Tidak ada apa apa, aku hanya ingin menelpon." Ucapku pada orang disebrang sana.

"Aku harus masuk ruang apat sebentar lagi." Jawab suamiku. Suami yang irit bicara, namun dapat membuat hatiku berdebar hanya dengan suaranya.

"Apa kamu sangat sibuk?"

"Em begitulah,,"

"Baiklah, maaf kalau aku menggangu. Jangan lupa makan, aku matikan telponnya sekarang ya." Ucapku sebelum mematikan ponselku dan meletakannya kembali ke dalam tas.

Aku kembali menunggu pesananku dengan hanya menatap jalanan dengan jendela kaca. Dulu aku sering sekali belanja dengan suami dan anak-anakku, namun aku tidak tahu kenapa pria itu semakin hari semakin menjauh.

Aku tidak tahu apa itu hanya perasaan bodohku saja atau memang aku merasakan kehilangan dirinya, tapi yang aku tahu sekarang dia seperti menjauh dan lebih memilih menyibukkan diri dikantor ataupun dirumah dengan menetap diruang perpustakaan yang kami buat dirumah.

"Mbak ini pesanannya."

Aku tersenyum dan mengambil pesananku dari tangannya.

"Terimakasih." Ucapku.

"Sama-sama, jangan lupa balik lagi Mbak. Selamat siang." Ucapnya sebelum pergi dari tempatnya. Aku menghembuskan nafasku dengan kasar sebelum melihat jam tangan yang melingkar dengan manis dikulit langsatku. Aku harus bergegas pulang..

Aku berdiri dari kursiku dan berjalan menuju mobilku. Segaraku hidupkan mesin mobil saat sudah masuk kedalam mobil, namun baru saja aku ingin menginjak gas aktivitasku terhenti.

Aku melihat Anita yang baru saja keluar dari pusat perbelanjaan dan berdiri seperti menunggu jemputan.

"Apa aku antar saja yah?" Tanyaku pada diriku sendiri.

Baru saja aku ingin turun dari mobilku, langkahku terhenti. Anita telah masuk kedalam mobil hitam yang sangat familiar bagiku. Aku seperti sering melihat mobil tersebut, mobil dengan KB Gxxx.

"Itu mobil Gilang." Ucapku sambil terus menatap mobil tersebut yang masih belum bergerak.

Aku mengambil ponselku yang ada disaku celanaku dan membuka aplikasi camera dan segera mefotonya. Tak lama mobil itu pergi meninggalkan area perbelanjaan.

"Apa aku salah kalau aku mencurigainya?" Tanyaku pada diriku sendiri.

Aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Aku hanya membuktikannya. Aku tidak maksud untuk curiga padanya, aku hanya membuktikan kalau dugaanku salah. Hanya itu." Ucapku. Aku segera mencari nomor seseorang dan menekan tombol hijau dan hitungan beberapa detik telponku tersambung.

"Ada apa mbak?" Tanya perempuan diujung sana.

"An, kamu udah pulang belum dari pusat perbelanjaan? Mbak mau ajak kamu makan." Ucapku pada Anita.

"Udah Mbak, baru saja aku pulang dijemput sama pacarku. Lain kali saja yah Mbak." Ucapannya membuatku menggigit bibir bawahku.

"Baiklah. Sampai jumpa."

"Ia, Mbak."

Aku hanya tinggal memastikan satu hal lagi dan aku harap dugaanku salah besar. Aku menjalankan mobilku dengan kecepatan sedang menuju rumahku dengan pikiran yang sana sekali tidak bisa tenang. Aku takut akan sesuatu dan aku khawatir akan sesuatu.

~ ~ ~ ~

TIME (END)Where stories live. Discover now