[Rewind] Fried Potatoes

Start from the beginning
                                    

Terjadi keheningan di antara kami setelahnya, mataku meliriknya tapi nampaknya ia juga diam bahkan ia tak kembali membuka buku di tangannya itu. Aku tak tahu itu buku apa tapi rasanya itu bacaan yang terlihat berat, bukan seleraku karena aku lebih suka membaca yang kata-kata orang normal itu kekanakan, manga.

Ayolah, itu menyenangkan meskipun tergantung bagaimana jalan ceritanya.

Membuka plastik yang kubawa tadi, aku mengeluarkan kentang goreng dari dalam sana. Karena aku tak sendiri di sini refleks aku menyodorkan kentang gorengku kepada pria di sebelahku. Matanya itu menatap kentang gorengku dan kemudian memandangku kebingungan.

"Mau?" tawarku kembali menyodorkan ke arahnya. Dia menggeleng, "Tak usah malu-malu, cepat ambil isi perutmu kau tahu 2 jam tak makan apapun itu tidak enak." Dengusku membayangkan kembali betapa lamanya 2 jam menunggu pesawat yang delay, ya mungkin tak bisa menahan lapar selama 2 jam itu hanya aku.

Lihatlah pria di sampingku ini bahkan kurus, dia butuh makan.

Masih terlihat ragu, aku menyenggol tangannya dengan bungkus kentang goreng yang terbuat dari kertas berwarna coklat itu. Dia akhirnya perlahan mengambil 1 kentang dari dalam bungkusan itu dan aku malah memicingkan mataku memandangnya. Sadarlah, mana ada rasanya kalau hanya memakan 1.

"Ambil jangan hanya 1 itu hanya akan mengganjal perutmu selama 10 detik." Lagi aku menyenggolnya dengan kentang goreng yang berada di tanganku. Dan aku semakin gemas ketika dia hanya mengambil 2, "kalau kau ambil hanya 2, sudah kupastikan masuk ke dalam pesawat perutmu itu akan berteriak." Dengusku dan akhirnya aku mengambil tissue yang diberikan secara cuma-cuma di dalam plastik, kemudian kubuka lebar-lebar dan menaruh setengah dari kentang gorengku ke atas tissue lalu menaruhnya di atas tas yang berada dalam pangkuannya itu.

"Ini terlalu.."

"Tak perlu khawatir, aku tak meracunimu lagipula kalau sampai kau kenapa-kenapa cari saja aku di pesawat yang sama denganmu" potongku dan menyuap kentang goreng ke mulutku lalu bersandar ke kursiku kembali.

Aku lagi-lagi mendengar suara tawa pelannya, sebenarnya kalau diam saja orang ini menyeramkan tapi ketika tertawa dia malah terlihat menggemaskan. Sialnya, segala porsi di wajahnya itu dari mata hidung, rahang, bibir terlihat seksi. Kalau jadi kekasihnya dia pasti beruntung sekali karena kau akan benar-benar memiliki kekasih tampan.

Berkhayal saja dahulu, lagipula kami juga takkan bertemu lagi setelah ini dan aku akan melupakan orang itu tak sampai 2 hari.

"Kau akan ke kota 'C'?" tanyanya tiba-tiba dan aku tentu saja langsung menoleh ke arahnya tapi begitu aku melihatnya telah menatapku aku memilih kembali menatap ke arah kentang goreng di pangkuanku.

Sebut saja aku salah tingkah.

Karena realitanya aku benar-benar salah tingkah ditatap oleh pria tampan.

Aku mengangguk, "Aku akan pergi liburan disana." Jawabku dan kembali menyuapkan kentang goreng ke dalam mulutku.

"pilihan bagus."

Sempat hening sejenak dan akhirnya aku berinisiatif kembali menanyakannya, "Bagaimana denganmu? Kau kota 'C' untuk berlibur?" tanyaku sedikit menoleh ke arahnya dan seperti tadi aku hanya bisa mengalihkan pandanganku.

"Tidak, aku pulang ke rumah orang tuaku." Jawabnya dengan nada terdengar datar dan disini aku mulai merasa situasi ini benar-benar canggung.

Ayolah kalau bisa aku memilih untuk pergi, aku akan pergi tetapi kalau aku pergi dari sini bukannya mungkin saja dia akan tersinggung karena aku seperti risih dengan keberadaannya?

Aku bukan orang yang setega itu.

"Apa di kota 'C' kau bisa memberikanku saran tempat yang bagus untuk dikunjungi?" tanyaku asal ya siapa tahu aku mendapatkan saran bagus selain list yang berada di agendaku, bagaimanapun orang lokal lebih baik dari orang luar.

Matanya itu terlihat melihat ke arah atas dan dirinya kini terlihat seperti mencoba mengingat sesuatu hingga akhirnya ia melihat ke arahku, "Maaf, tapi aku juga kurang tahu karena aku tinggal di kota 'H'...." jelasnya sedikit tertawa merasa tak enak. Tapi dari matanya ia masih mencoba memikirkan sesuatu, "Aku hanya tau kalau kau di sana ada skywalk, kau bisa melihat pemandangan laut dari sisi skywalk. Ku dengar pemandangannya indah." Ucapnya kemudian dan akupun langsung mengeluarkan agendaku begitu mendengarnya.

"Saranmu bagus. Aku lebih suka pemandangan indah daripada harus bermain di mall atau berbelanja." Ucapku jujur dan kesekian kalinya aku mendengar suara tawa ringannya.

"Aku setuju denganmu, ketika berbelanja dimanapun bisa kita rasakan, tapi menemui pemandangan indah terlebih ketika memiliki kegiatan padat akan terasa lebih menyenangkan. Rasanya kau melihatnya saja sudah bisa membuat dirimu tersenyum dan tentram."

Aku tercengang, karena ini merupakan kata terpanjang sejak aku bertemu dengannya yang ia keluarkan dari mulutnya itu. Dia penikmat keindahan alam, ya hampir sama denganku.

"Itu benar-benar bagus untuk menghilangkan stress..." anggukku dan mencatat saran skywalk yang disarankan oleh pria itu. Aku menghela nafasku terasa berat, "Aku benar-benar butuh itu semua.." ucapku nyaris berbisik karena aku tak berniat untuk membuatnya mendengar perkataanku.

Realitanya, "Kau hanya perlu mencari kebahagiaan kecil di tengah hidupmu dan bersyukur meskipun itu tak seberapa." Gumamnya dan ketika aku menoleh kepadanya dia tengah menyandarkan dirinya di kursinya dan melihat ke atas terlihat menerawang sesuatu.

Orang ini benar, terkadang aku lupa untuk bersyukur atas hal kecil yang terjadi di hidupku. Terkadang aku hanya memilih melarikan diri mencari kebahagiaan dengan cara sulit ketimbang bersyukur dengan hal kecil yang ada. Sepertinya ucapannya itu benar-benar harus kuterapkan.

"Sepertinya sudah waktunya berangkat" ucapannya tiba-tiba menginerupsi lamunanku bahkan aku tak tahu kalau harus berangkat. Dia bangkit dari duduknya dan aku memandangnya kebingungan, "Ayo, sudah waktunya berangkat. Kursimu di mana?" tanyanya dan aku mengeluarkan tiketku lalu memperlihatkan padanya.

Dia tersenyum sejenak, "Sayang sekali kita tak bisa melanjutkan pembicaraan kita karena kursimu ada di paling depan sedangkan aku di paling belakang." Jelasnya lalu memakai tas ransel di punggungnya itu dan meraih koper berwarna abu-abunya.

"Ah iya..." anggukku sekilas lalu membereskan semua yang ada di pangkuanku ke dalam tas lalu ikut bangkit dan meraih koperku.

"Terima kasih atas kentang gorengnya, Semoga kita bisa bertemu kembali dan aku bisa membalas kentang gorengmu." Ucapnya terdengar bercanda karena di ujung kalimatnya ia mengucapkan kentang goreng seperti gurauan.

"Amin, kuharap kita bisa bertemu kembali dan aku tunggu balasan kentang gorengnya..."

















END


Enggak ini mah end di part ini doang kok...

Chapternya masih berlanjut tenang aja.......



Yuk vote dan comment-nya ditunggu~ ^^

Thank u ^^




By Siechra (2018)

Heart Persecutor || Kim Min GyuWhere stories live. Discover now