[Rewind] Fried Potatoes

Start from the beginning
                                    


Ia sepertinya sangat berusaha mengecek layar itu dari kejauhan.

Tak tega aku berinisiatif membantunya.

"Maaf, jadwal pesawat apa yang kau cari? Sepertinya kau tak bisa melihatnya, biar kubantu." Tawarku pada orang itu, dan orang itu tentu terkejut karena tiba-tiba saja aku muncul dan menawarkannya bantuan padahal aku juga orang asing.

Dia diam sejenak tapi suara berat itu tiba-tiba muncul dan memasuki telingaku untuk dicerna olehku, "pesawat KA, tujuan kota 'C' keberangkatan jam 14.00" jelasnya dengan nada yang bagiku terdengar datar.

Aku sedikit tersentak karena itu jadwal yang sama denganku.

"pesawat itu delay" jelasku tapi orang itu malah memicingkan matanya tak percaya, bahkan dia tak melihatku melihat layar di hadapan kami tapi tiba-tiba saja mengatakan pesawat itu delay.

Bagaimana ia bisa percaya.

"Aku menaiki pesawat yang sama" lanjutku meyakinkannya dan ia sedikit membuka mulutnya terlihat mengerti dari penjelasanku tadi.

"Terima kasih" bungkuknya kepadaku.

Dan aku hanya bisa membungkukan tubuhku membalasnya dan segera berlalu karena perutku benar-benar tak bisa berkompromi. Aku hanya perlu butuh beberapa makanan tak terlalu berat untuk tak membuatku kesulitan untuk membawanya dan memakannya. Karena ini di tengah bandara kalau sampai aku makan berat tapi tiba-tiba saja pesawat akan berangkat, aku akan benar-benar kesulitan membersihkannya.

Setelah ini aku harus benar-benar memastikan berapa lama pesawat itu delay, karena aku juga butuh kepastian. Bukan hubungan saja butuh kepastian, bahkan jadwalpun juga.









=====000=====









Mata itu kembali terkejut melihatku untuk kedua kalinya ketika aku memasuki ruang tunggu yang terlihat tak terlalu ramai karena mungkin banyak yang menunggu di luar atau memilih menunggu di restaurant atau café yang ada di sekitar bandara.

Aku tak menemukan petugas yang bisa kutanyakan untuk kepastian keberangkatanku jadi mungkin tak ada salahnya aku bertanya padanya karena dia memiliki jadwal yang sama denganku.

Aku berjalan mendekatinya sembari menyeret koper beroda berwarna putih dengan tangan kananku dan menjinjing clutch coklat coklat muda ditanganku beserta plastik berisi makanan yang kubeli tadi.

"Maaf, apa kau tahu pesawat delay sampai kapan?"

Dia yang tadi membaca buku tebal di tangannya itu menutup sejenak bukunya tapi masih ia batasi dengan jarinya karena takut halaman yang dibacanya itu hilang, "Katanya baru akan berangkat jam 15.45" jelasnya dan aku mengangguk. Menyadari aku berdiri dia terlihat bergeser menciptakan ruang kosong di kursi, "Silahkan duduk" ujarnya dan aku lagi-lagi mengangguk lalu memilih duduk di samping pria bermata monolid itu.

"Itu terlalu lama dan pasti akan membosankan." Desisku mengeluh tapi pria di sampingku itu nampaknya mendengarku dan ia terdengar tertawa pelan. Aku menoleh padanya, "Apa kau tak bosan?" tanyaku sedikit berbasa-basi.

Dia mengangguk, "pasti membosankan tapi aku harus apa kalau sudah seperti ini." Jawabnya pasrah.

Aku menganggukan kepalaku lagi untuk kesekian kalinya, "Benar juga, semua kalau sudah terjadi kita manusia biasa bisa apa." Pasrahku lalu menyandarkan punggungku di sandaran kursi lalu memandang kosong ke arah depan.

Heart Persecutor || Kim Min GyuWhere stories live. Discover now