##34 The Day...

33K 679 10
                                    


Dua bulan aku gak update ya. Maaf banget ya, jujur aja aku mulai lelah nulis cerita ini karena aku perhatiin cerita ini banyak banget silent readersnya dan aku juga mulai keabisan ide. Jadi, ini dia... hari yang kita tunggu akhirnya dateng juga...

Diana PoV

Setelah Ricard melamarku secara pribadi, dia menepati janjinya melamarku secara resmi bersama dengan keluarganya, tanpa membuang waktu kedua keluarga kami segera memutuskan tanggal pernikahan. Jika dihitung bahkan waktunya tidak sampai dua bulan. Ya, dua bulan lagi, status ku akan berubah dari single menjadi married. Dari anak mama dan papa menjadi istri seseorang.

Ada rasa bahagia yang teramat aku rasakan, namun tidak bisa dipungkiri rasa takut juga menghantuiku. Seperti, apakah aku akan menjadi istri yang baik? Bisakah aku mengendalikan emosiku? Atau bahkan, menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku kelak? Oh baiklah mungkin yang terakhir bisa aku pikirkan belakangan.

"hoi Na! you here? Dari tadi ngelamun aja, kenapa sih lo?" tanya Tris.

Aku berfikir sejenak sebelum menjawab, menimang-nimang apakah harus ku utarakan atau tidak. "guys menurut kalian, apa gue batalin aja ya pernikahannya?" tanyaku sambil menatap takut pada dua sahabatku. Reika dan Tris yang sejak dua jam lalu sudah ikut menjadi penghuni kamarku.

Reika mendelik tajam padaku, sementara Tris yang sedang menguyah kue di mulutnya tersedak. "heh... lo udah gila atau gimana sih Na?!" sergah Reika lalu melempar bantal yang disedang ia pegang, "atau kepala lo abis kebentur dimana? Sampe-sampe lo punya pikiran kayak gitu?!" tanya Reika yang lebih terdengar seperti kecaman.

Aku menggaruk pelipis ku, "emm... ya gue masih waras lah Rei, ya kali gue di sangka gila. Gue cuma takut aja." sahutku.

"afraid? What are you fear? I know, Ricard is a man who is good and I believed, he was able to keep you, Na" jelas Tris, yang kini terdengar tulus.

"yap, I gree with Tris, so tell us, kenapa lo bisa tiba-tiba mikir begitu?"

" you know, there is a fear that haunts me. If I was a person who is able to accompany him? Apa gue mampu jadi istri yang baik buat dia? Apa gue akan mampu menahan badai yang akan datang nantinya? Gue, tiba-tiba merasa kecil Rei, Tris." Jelasku akhirnya.

Mendengar penjelesan ku Tris dan Reika menggeser posisinya, menjadi mendekat padaku. Hingga tangan mereka mampu menjangkau ku.

Reika mengusap pundakku, memberikan dukungan "Na, lo tahu kan dalam hubungan itu kita gak bisa di tuntut untuk sempurna sendirian, kalian harus fight bareng. Harus saling dukung dan yang penting percaya. Harusnya juga, karena hubungan lo dan Ricard akan melangkah kearah yang lebih jauh lagi, ngebuat lo semakin kuat dan percaya diri untuk ngejalaninnya."

"iya Na, bener kata Reika. Dalam hubungan mustahil banget gak ada badai yang nerpa kita, tapi semua balik lagi ke kita. Kita akan menghadapi badai itu dengan pasangan kita, atau malah menyerah? Masalah lo bakal jadi istri yang atau enggak, yang bisa lo lakuin ya hanya menjalaninya dengan sebaik mungkin semampu dan sekuat yang lo bisa. Gue yakin, lo, Reika ataupun gue udah cukup dewasa untuk menghadapi dan memutuskan sesuatu" sambung Tris, dan mengenggam tanganku.

Aku hampir saja menangis mendengar nasihat dari kedua sahabatku. Ya benar, buat apa aku memikirkan hal yang belum tentu terjadi? harusnya aku fokus dengan masa sekarang, dalam hubungan selain cinta dan kesetiaan, kepercayaan adalah hal yang penting. "aah... kalian berdua tumben banget si nasihatnya bener. Jadi terharu kan guenya. But, thank you so much, I love you Rei, Tris." Jawabku dan selanjutnya aku memeluk Reika dan Tris bergantian

Love My C.E.O !!! (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang