## 20 Tentang Dia

25.9K 752 13
                                    

Maaf ya... telat lagi telat lagi. Sebulan ini aku emang lagi rada sibuk, ditambah untuk nulis cerita kok rasanya males banget. Aku ngerasa kok ceritanya makin lama kayak stak di situ aja. Jadi aku sempet down untk beberapa saat :(
Tapi untk yg udah mau nunggu kelanjutan cerita ini, aku sangat makasih sama kalian, karena berkat kalian aku bisa bangun lagi.
Jadi... aku tetep tunggu kritik + saran yg membangun. Then... vote nya jangan lupa ya.
See ya
----
Ricard PoV

Sepanjang jalan menuju rumah sakit aku terus merasa khawatir. Ya ini adalah kali pertama aku seperti ini. Merasa sangat khawatir terhadap seseorang selain keluarga ku sendiri tentunya. Pikiran – pikiran buruk terus saja menggangguku, membuat perjalanan ini terasa begitu lama. Ditambah dengan keadaan diluar yang sangat mendukung, hujan lebat turun.

Sudah bisa dipastikan sebentar lagi jalanan akan dipenuhi genangan air yang membuat semua kendaraan menurunkan kecepatan. "aahh..." aku membuang nafas frustasi.

"tenanglah... dia pasti baik – baik" aku segera melihat Meica yang sedang duduk disamping ku dan tersenyum. Aku hampir lupa bahwa ada orang lain di dalam mobil ini, selain aku dan pak Ujang.

"ya, semoga saja dia tidak berbohong." Keadaan kembali hening sesaat.

Hanya suara gemuruh hujan yang menemani kami. Ku alihkan pandanganku ke luar jendela. Memerhatikan beberapa anak kecil yang sedang berlari kesana – sini sambil membawa payung dan menawarkannya.

"apa kamu tahu apa yang sedang mereka lakukan?" tanya Meica yang pandangannya juga tertuju pada mereka.

"ya.. mereka menawarkan jasa peminjaman payung pada siapa saja yang ingin memakainya"

Meica kembali tersenyum, tapi kali ini ada sebersit kesedihan dimatanya. "kamu benar Ricard. Bahkan mereka tidak memikirkan resiko apa yang akan mereka terima." Aku kembali melihat keadaan di luar.

"mereka tidak memikirkan air hujan yang membasahi mereka, yang nantinya akan membuat mereka sakit. Berlari menyeberangi jalanan, tidak memikirkan banyaknya kendara yang melintas, tidak takut tertabrak atau terluka demi mengumpulkan uang" kini Meica tersenyum kecut. Aku sendiri membenarkan perkataan Meica. Ya betapa banyaknya orang – orang tidak beruntung di dunia ini.

Sedangkan bagi mereka yang sudah diatas, kadang melupakan orang – orang yang di bawah. Sibuk memperkaya diri masing – masing, dan seolah buta dengan keadaan orang lain. Miris memang.

"aku selalu berfikir bagaimana cara membantu mereka" lanjutnya

"bukannya kamu mempunyai yayasan untuk anak – anak seperti mereka?" tanyaku. Seingatku Meica mempunyai beberapa yayasan dan panti asuhan untuk membantu anak – anak membuuhkan.

"hahaha... kamu benar Ricard, tapi entah kenapa aku selalu merasa kurang. Kamu lihat, masih banyak anak – anak di luar sana yang butuh perhatian lebih".

Lagi, aku setuju dengan pandangannya.Sepanjang aku mengenal Meica, dia adalah orang yang baik. Disamping dirinya yang cerdas dan cantik, dia tidak pernah sombong dan selalu memerhatikan lingkungan. Aku sendiripun heran kenapa sampai sekarang dia masih sendiri.

Meica tampak memerhatikanku, "apa? kenapa kamu melihatku seperti itu?"

"nothing. Tapi... jika aku boleh jujur, aku hanya bingung kenapa orang sepertimu masih saja sendiri? Menurutku, selama aku mengenalmu tidak ada yang salah dengan dirimu. so, why?" aku sendiripun hanya menganggap Meica sebagai teman baik, tidak lebih. Jika aku perduli padanya, itu karena kami sudah mengenal cukup lama disamping dia juga salah satu rekan bisnis ku.

Meica menyipitkan matanya seolah mencari sesuatu dariku, "apa kamu sedang mengejekku Mr!" detik berikutnya air wajahnya berubah kesal.

Love My C.E.O !!! (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang