Chapter 1 - The Beginning

Începe de la început
                                    

Dan siapa yang tahu, karena hal itulah, sebuah hal buruk yang sudah menanti akhirnya terjadi. Sesuatu yang secara tidak langsung dipilih dan dibuat oleh manusia itu sendiri. Menjadi sebuah takdir.

Ciiit!

Suara decitan mobil yang mengerem tajam terdengar memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Beberapa pejalan kaki yang mendengar itu sampai berhenti dan menutup telinganya. Terlihat sebuah mobil yang tampak awalnya melaju sangat cepat dan dengan tiba-tiba mengerem mendadak ketika mendapati sebuah truk besar yang berhenti karena lampu merah yang menyala.

Braaak!

Mobil berwarna hitam yang ditumpangi oleh Keluarga Jeon itu hampir bisa menghindari truk yang ada di depannya saat Seong Hun mencoba memutar arah kemudi menuju kiri. Sayang, sebagian besar sisi kanan mobil masih menabrak bagian belakang truk. Truk sampai bergerak maju saking kerasnya tabrakan dari arah belakang. Terlihat sisi kanan yang tepat dengan tempat duduk Mi Hyun rusak parah.

Orang-orang mulai berkerumun. Berkasak-kusuk, merasa ngeri ketika tabrakan maut itu terjadi tepat di depan mereka. Beberapa dari mereka seperti berlomba menelpon ambulans. Kaca mobil yang pecah seluruhnya membuat keadaan penumpang yang ada di dalam mobil terlihat dengan jelas. Seong Hun, Mi Hyun dan Wonwoo, tubuh mereka penuh darah. Luka di sana-sini. Terlebih pada Mi Hyun yang tepat di bagian ringsek terparah dari mobil tersebut.

"119? Terjadi kecelakaan di jalan-"

Dan tiga ambulans masuk ke dalam area Seoul Hospital. Para petugas gawat darurat berlarian menuju ke pasien kritis yang baru saja tiba. Tiga pasien yang berhasil dipindahkan ke ranjang dengan terburu-buru dibawa masuk ke ruang gawat darurat.

Para dokter dan perawat pun mulai sibuk menangani Seong Hun, Mi Hyun dan Wonwoo. Dari ketiganya yang mendapat luka paling parah karena kecelakaan itu adalah Mi Hyun. Ia begitu banyak kehilangan darah. Perawat berlarian ke sana-kemari ketika para dokter yang menangani tiga pasien itu meminta alat-alat untuk memeriksa. Dan mereka—Seong Hun, Mi Hyun dan Wonwoo—akhirnya dimasukkan ke dalam ruang operasi. Ya, mereka harus menjalani operasi secepatnya.

"Pindahkan ke ruang operasi! Kita lakukan operasi sekarang juga! Palli!"


Dua tahun kemudian, 21 Desember 2015.

Seorang pria tampan terbaring di sebuah kamar rumah sakit. Punggung tangan kirinya tertancap jarum infus. Wajahnya terlihat sangat pucat meskipun sebagian tertutup alat pernapasan yang terpasang guna membantunya untuk tetap hidup. Ia juga terlihat cukup berantakan karena rambutnya yang sedikit memanjang tak terawat selama ia terbaring di sana. Ya, itu berlangsung lebih kurang sudah dua tahun lamanya.

Jangankan peduli pada rambut, para perawat yang masuk ke kamar itu lebih peduli pada kesehatan pria itu tentu saja.

'Kapan anak ini akan bangun?'

'Apa dia tak ingin melihat dunia lagi?'

'Dia tampan. Tapi kenapa seperti putri tidur?'

'Kau harus bangun, Wonwoo-ssi. Kau harus tahu bagaimana keadaan keluargamu setelah kecelakaan itu.'

Sering kali perawat yang datang mengajaknya bicara. Bertanya kapan sekiranya Wonwoo akan bangun. Walaupun mereka tahu jika itu adalah hal yang sia-sia. Bertanya pada pasien yang mengalami koma.

Ya, pria itu. Dia adalah Jeon Wonwoo. Korban selamat dari kecelakaan naas yang dialami keluarganya dua tahun lalu. Sudah dua tahun lamanya sejak kecelakaan itu terjadi, Wonwoo belum juga sadar. Matanya tertutup, enggan terbuka. Benar. Wonwoo mengalami koma dua tahun terakhir.

Tak ada satu pun dari keluarga dan kerabat yang datang untuk sekedar menjenguk. Kecuali wanita paruh baya yang misterius itu. Seorang ahjumma yang mengaku sebagai keluarga jauh dari Keluarga Jeon itu selalu datang setiap dua minggu sekali. Hanya wanita itu yang rutin datang menjenguk Wonwoo.

Bibi itu selalu datang dengan rangkaian bunga di tangannya. Bunga tersebut selalu di letakkannya di vas yang ada di kamar itu. Menggantinya setiap dua minggu sekali.

"Selamat pagi, Perawat Bae!"

"Eoh, Bibi Cha!"

Seperti yang dijadwalkan dan diperkirakan, seorang ahjummaCha Sang Mi—datang ke rumah sakit tempat di mana Wonwoo di rawat. Tidak lupa di tangannya membawa satu rangkaian bunga yang indah. Kali ini rangkaian mawar merah yang dibawa oleh Bibi Cha. Entah itu merupakan mawar yang ke berapa, tetapi yang pasti itu bukanlah mawar pertama dari sang bibi untuk Wonwoo.

"Uri Wonwoo-neun?" tanya Bibi Cha pada perawat bernama Bae Sujin itu.

"Ia baik-baik saja, Bibi. Aku sangat berharap ia akan segera bangun agar dia bisa melihatmu yang datang untuknya, Bi."

"Dia akan segera bangun. Bibi percaya itu."

"Aku juga berharap begitu, Bi. Andai ada satu saja keluarganya yang datang, pasti Bibi tak akan serepot ini," keluh Perawat berusia 25 tahun itu.

"Aii~ Kau ini bicara apa? Berapa kali aku bilang, Perawat Bae? Aku ini juga keluarganya. Hanya saja bukan keluarga dekat," jelas Bibi Cha. Sujin mengangguk mengerti. Lalu Bibi Cha pamit untuk pergi ke kamar Wonwoo. Sujin pun mempersilahkan.

Bibi Cha berjalan tenang melewati lorong-lorong rumah sakit yang mempunyai bau khas obat. Sesekali ia menciumi aroma bunga mawar yang ada di tangannya. Senyum wanita berusia 43 tahun itu terus mengembang di wajahnya. Cha Sang Mi, wanita itu masih terlihat sangat bugar. Bibi Cha menarik dan menghembuskan napasnya ketika ia sudah berada tepat di depan sebuah pintu. Perlahan ia membuka pintu dan mulai masuk ke dalam kamar rawat tersebut.

"Wonwoo-ya!"

Belum juga kaki Bibi Cha melangkah masuk sepenuhnya, ia dikejutkan oleh sesuatu yang entah harus disambut dengan apa. Yang pasti saat ini, Bibi Cha sangat terkejut.

Meskipun Bibi Cha masih di ambang pintu, tapi dapat dilihatnya dengan jelas, sosok Wonwoo yang biasanya terbaring saat ia datang, kini pemuda itu tengah dalam posisi duduk dan melamun. Sungguh ini sangat mengejutkan Bibi Cha.

Wonwoo yang mendengar teriakan Bibi Cha memanggil namanya, menoleh perlahan menatap wanita itu. Keningnya berkerut ketika melihat Bibi Cha. Perlahan-lahan Bibi Cha mendekat ke arah Wonwoo.

"Bibi siapa?" tanya Wonwoo terdengar lirih.

"Wonwoo-ya, kau baik-baik saja?" bukan menjawab, Bibi Cha malah balik bertanya.

Wonwoo mengangguk kecil. Ia kembali bertanya tentang siapa Bibi Cha sebenarnya. Tapi belum lagi Bibi Cha menjawab, wanita itu kembali dikejutkan oleh sesuatu.

"Won-Wonwoo-ya! Matamu?"


























To Be Continued!

The Gift || SEVENTEEN [COMPLETE]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum