"terimakasih Joan, kamu sudah mau repot-repot" kata tante Ayu disela-sela tangisnya.

Joan mengangguk "bukan masalah tante, lagi pula Ricard adalah sahabat ku. Tante sekarang jangan terlalu cemas ya" yang di jawab dengan senyuman penuh harap oleh tante Ayu.

Sudah hampir 3 jam Ricard di dalam ruang operasi dengan perasaan cemas dan tidak henti-hentinya selama itu juga aku mendoakan kelancaran operasinya. Waktu terasa begitu lambat, bahkan rasanya aku seperti sudah menunggu seharian penuh. Ku lihat sekeliling, masih ada keluarga Ricard, aku serta mama yang menunggu operasi selesai. Sementara Sela dan Joan pamit ke kantin untuk membeli minuman dan sekadar makanan kecil untuk kami.

"Mba... makan dulu, dari tadi kan mba belum makan, ntar yang ada malah jadi sakit" kata Sela memberikan ku dua bungkus roti .

Aku tersenyum kecil padanya, "Mba belum laper Sel..."

Sela melirik sekilas pergelangan tangannya, "ini sudah jam 14.58 Mba... dan mba belum makan atau pun minum setetes air dari jam 12.00 tadi. Jangan terlalu dipaksa Mba, yang ada kalau mba seperti ini nanti waktu kak Ricard keluar ruang operasi, mba malah gak bisa lihat karena pingsan" tegur Sela.

Mau tak mau akhirnya aku menuruti apa kata adik ku ini dan yang dibilang, sepertinya juga ada benarnya. Paling tidak aku harus mengisi sedikit tenaga ku kembali.

Akhirnya setelah melewati operasi selama kurang lebih 4 jam, dokter keluar dari ruang operasi tante Ayu segera berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"dokter... gimana keadaan anak saya dok?" sergah tante Ayu.

Dokter itu tersenyum "operasinya berjalan dengan lancar, semua darah yang masuk ke otak juga sudah kami keluarkan. Namun untuk sekarang kita belum bisa terlalu lega karena selama 2 jam kedepan anak ibu, Ricard, masih harus terus dipantau perkembangannya. Semoga saja selama kita menungu tidak ada hal buruk yang terjadi. Sekarang, anak ibu sudah bisa pindahkan ke kamar pasien, namun saya anjurkan jika ingin menjenguk tidak lebih dari 2 orang. Kalau begitu saya permisi bapak, ibu." jelas dokter yang ku tahu belakangan namanya dr. Rangga dari name tag yang terpasang pada jas nya.

Ricard PoV

Aku merasakan ada yang megguncang-guncang tubuh ku, dan meneriakkan nama ku dengan enggan ku paksakan membuka mata. Aku melihat wajah yang tidak asing sedang menatap ku kesal. Tunggu sebentar! Aku melihat sekitar, ini adalah kamar ku yang di rumah oaring tua ku. Apa ini? Apa aku mimpi? Apa yang sedang Ana lakukan di kamar ku?!

"Ricard, Ri..card.. kamu dengerin aku ngomong gak si?" kata Ana yang duduk di samping ku dan kini wajahnya terlihat makin kesal. Aku segera memposisikan tubuh ku untuk duduk menghadapnya. "ck! kenapa kamu malah melihat ku, seperti aku ini adalah alien yang akan menyerang bumi?" katanya berdecak.

Aku masih memperhatikan Ana dengan perasaan bingung "aku dengar Ana... pertama kamu bilang hari ini kita akan pergi jalan-jalan dan Mami sudah menunggu ku di bawah. Kedua, kamu bukanlah alien yang akan menyerang bumi. Ketiga, apa yang sedang kamu lakukan di kamar ku?"

Ana memutar kedua bola matanya, pertanda dia mulai jengah pada ku, ok aku mulai semakin bingung apa kesalahan ku di pagi hari seperti ini. "oh my... Ricard, sayang... kita udah menikah satu bulan lebih dan kamu masih suka bingung seperti ini? Kadang aku suka heran sama kamu. Kamu tuh kalau malem mimpi apa si, sampe bisa jadi orang linglung seperti ini." jawab Ana yang membuat ku semakin tidak mengerti.

"Apa kamu bilang kita udah menikah? Kapan kok aku gak inget An?"

"terserah kamu... kamu bisa lihat foto yang ada di nakas." Katanya seraya bangkit dan turun dari tempat tidur bersiap meninggalkan ku.

Love My C.E.O !!! (The End)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن