"hai Si... lama gak lihat kamu, iya terima kasih. Wah kamu apa kabar?" kata ku yang mengekori Sisi membawa ku duduk di ruang tamu.

"aku seperti biasa mba selalu happy, hahaha tapi lagi banyak – banyaknya tugas kampus. Mba Diana sendiri gimana? Kapan nih wisuda?"

"tugas apa nih, kali aja aku bisa bantu? Doakan aja bulan depan aku wisuda ya"

"waah makasih banyak loh Mba, tapi aku bisa kok. Ntar kalo keseringan dibantu ngerjain aku jadi gak bisa apa – apa dong. Ya udah yuk, Mba tasnya taruh di kamar aku aja, bawa baju ganti juga kan Mba?"

"ahahaha mahasiswi rajin ya... iya bawa kok Si, kamar kamu yang mana?"

"yang itu Mba," menunjuk lantai dua dan mengarah ke salah satu pintu "tapi Mba naik sendiri aja ya, soalnya aku tadi lagi bantu Mami di halaman belakang. Ntar kalau udah selesai Mba langsung turun aja"

Aku sedikit mengernyit mendengar penuturan Sisi "ehm... apa gak masalah aku ke kamar kamu sendirian? Aku merasa gak yaman kalua sendiri" jelas ku, walau bagaimanapun aku merasa tidak sopan masuk ke kamar orang lain tanpa sang pemiliknya ikut.

Sisi menunjukkan jari telunjuknya pada ku, dan menggerakan ke kanan dan kiri "no.. no... bukan masalah Mba, santai aja aku percaya Mba Diana gak akan mengambil sesuatu" katanya lalu tertawa dengan keras sambal berjalan meninggalkan ku. Sementara aku hanya terdiam melihat tingkahnya barusan.

Sudahlah, dari padi membuang waktu lebih baik aku segera menaruh task u di kamar Sisi dan turun untuk membantu. Setelah meletakkan tasku di kamar Sisi, aku segera turun dan berjalan menuju taman belakang, ternyata sudah ada tante Ayu, Sisi, dan Mboh Jah yang sedang menyiapkan segala yang diperlukan. Sebuah perayaan pest dengan konsep pesta kebun.

"Assalamualaikum tante.."

"walaikumsalam.. eh Diana udah dateng, sini sayang bantu tante" segera aku menghampiri tante ayu yang tampak sedang sibuk memotong kue. Aku membantu menata kue – kue yang sudah dipotong oleh tante Ayu lalu membawanya ke sebuah meja yang berada ditepi kolam.

"oh iya tante, dari tadi aku belum lihat om Baskoro?"

"iya om Baskoro sedang ke kantor sebentar, ada yang harus dikerjakan. Setelah itu dia akan segera pulang," yang ku tanggapi dengan anggukan mengerti.

"mba Diana sendiri pasti udah siapin kado special ya, untuk kak Ricard?" kata Sisi yang tiba – tiba muncul dari belakang ku.

Sungguh kelakuan Sisi terkadang mirip dengan Sela, jika berada di dekat mereka sepertinya jantung ku sering kali menerima kejutan. "Si... jangan suka muncul tiba – tiba gitu, aku jantungan tahu gara – gara kamu. Aku memang sudah menyiapkan sebuah hadiah untuk Ricard, tapi aku ragu apakah dia akan suka atau tidak."

Dahi Sisi mengekerut mendengar jawaban ku, "loh memangnya kenapa Mba?" tanyanya bingung.

Aku tersenyum mendengar pertanyaannya,"ya gak apa, cuma gak yakin aja kira – kira Ricard suka apa egk" ternyata aku juga baru sadar, kalau selama ini aku tidak begitu paham mengenai Ricard.

Kemudian aku mendengar Sisi terkikik di samping ku, "tenang aja Mba... aku yakin deh apapun yang Mba kasih ke kak Ricard pasti dia akan senang" lalu memainkan kedua alisnya naik turun. Oh god... benar – benar.

Ricard PoV

Aku sedang segera menyeret koper ku keluar dari arrival hall, begitu tiba di Jakarta. Ada seseorang yang sangat ingin ketemui sekarang. Beberapa hari tidak bertemu dengannya, rasanya seperti sudah sebulan.

"selamat siang tuan Ricard, bagaimana kabar anda?" sapa Kardi begitu melihatku keluar dari arrival hall dan segera mengambil alih koper yang ku bawa.

Aku tersenyum padanya, "kabar saya baik, terimakasih Kardi" aku segera masuk ke mobil. Sementara Kardi meletakkan koper di bagasi.

"sepertinya anda sedang bahagia hari tuan Ricard" kata Kardi yang melirik ku dari spion tengah.

Aku tersenyum padanya dan merogoh saku jas ku, lalu mengambil sebuah kotak kecil dari sana yang sibungkus dengan kain beludru bewarna biru. "ya, kau benar. Aku sangat bahagia dan tidak sabar ingin segera menemui seseorang."

"saya ikut bahagia mendengarnya... semoga semua berjalan lancar" ucap Kardi yang ku balas dengan anggukan. Ya Kardi adalah satu supir kantor yang sudah bekerja pada perusahaan cukup lama. Dari papi masih menjabat hingga digantikan oleh ku. Tidak hanya lama loyaliyatas dan kejujuran yang dia punya mampu membuatnya menjadi karyawan kepercayaan kami.

"maaf tuan... anda ingin diantar kemana? Ke apartment atau ke rumah tuan besar?"

"ke rumah orang tua ku"

"baik" lalu Kardi kembali focus pada jalanan yang kini sudah mulai memasuki tol.

Ah iya aku lupa mengabarinya kalau aku sudah sampai. Aku kembali merogoh saku jas ku dan mengambil handphone. Memencet nomor yang sudah ku hapal tidak begitu lama dinada sambung ketiga telpon ku diangkat. "halo, Ana?"

"....."

"bagaimana kabar mu?"

"....."

"aku juga baik. Aku sudah di tol dan sedang menuju ke rumah papi"

"....."

"ya... tidak sampai satu jam lagi aku akan segera tiba"

Tiba – tiba aku mendengar suara bruaak yang sangat keras dan bersamaan dengan itu mobil yang ku naiki berputar tidak tentu arah. Hal yang ku tahu adalah bahwa kami mengalami kecelakaan dan yang terakhir ku dengar yaitu suara Ana yang berteriak memanggil nama ku, Ana... bisakah kamu menunggu ku sebentar lagi? Aku tidak mampu merasakan tubuhku lagi dan setelah itu semua menjadi gelap.

----

jangan lupa untuk selalu vote dan comment ceritanya ;) 

agak pendek ya... tapi ini udah maksimal aku tulisnya. aku sempetin untuk nulis disela - sela kesibukan aku di dunia nyata hahaha lebay ya aku dan di tengah - tengah ide yang suka macet.

semoga bisa membalas rasa rindu kalian pada Ri-Ana dan semoga masih banyak menunggu kelanjutan cerita ini whehehehe

4/6/2017 new_angel95 

yang mau berteman dengan aku di ig bisa langsung follow ya pancapuspita01 promot dikit gpp kan ya :D 

Love My C.E.O !!! (The End)Where stories live. Discover now