Lima Puluh Dua

2.3K 167 39
                                    

Gue terduduk di balkon, memegang benda tipis berwarna putih dengantatapan kosong. Sepuluh menit yang lalu, Arkan mengantar gue pulang setelah menghabiskan waktu dua jam di Taman Kota. Gue tidak tau itu adalah kejadian yang menyenangkan atau kejadian yang menyedihkan.

Gue mendengus, kenapa semuaya jadi seperti ini? Kenapa gue harus dijodohkan dengan sosok Arkan yang sangat sulit membuka hatinya untuk cewek selain Seilla? Dari sekian banyak orang, kenapa harus Arkan yang menjadi pilihan Papa?

Gue beralih menatap Iphone saat benda itu berkedip. Ada pesan dari... Arkan.

ArkanaPutra: Udah tidur?

Gue mengernyit, kenapa Arkan membernya pesan yang tidak pernah ia kirim sebelumnya?

FionaZea: Belum. Lo nggak tidur?

ArkanaPutra: Nggak ngantuk

FionaZea: Tumben banget lo nge-chat gue? biasanya kan gue yang mulai

ArkanaPutra: Gue keinget perjodohan kita makanya gue mau usaha buka hati

FionaZea: Jangan maksain diri

ArkanaPutra: Nggak akan pernah maksain diri, ini juga kemauan gue

FionaZea: Lo nge-chat gue gegara disuruh bonyok lo ya? Lo tidur aja, jangan nge-chat gue kalau lo sendiri nggak minat

ArkanaPutra: Enggak, bonyok nggak nyuruh gue kok. Ini kemauan gue sendiri buat nge-chat lo maem-malem

ArkanaPutra: Besok gue jemput ya, kayak biasanya

FionaZea: Dasar ojek

ArkanaPutra: Yang penting cakep

FionaZea: Bodo amat

FionaZea: Gue tidur dulu, ngantuk mulai berdatangan, wkwk

FionaZea: Duluan ya

ArkanaPutra: Iya

Gue menatap smartphone gue hampa. Sulit bagi gue untuk terbiasa menghadapi perjodohan ini. Tapi, Arkan akan berusaha menjalninya sebaik-baiknya kan? Lalu, kenapa gue nggak bisa padahal Arkan bisa?

Perasaan gue pada Arkan sama sekali nggak berubah, tidak pernah berkurang sekecil pun. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa memberikan gue kenangan manis dan juga luka secara bersamaan. Bodohnya, kenapa gue mau menerima kenangannya yang selalu mendatangkan luka? Bodohnya, kenapa gue masih bertahan? Bodohnya, kenapa gue membiarkan hati kecil gue tersayat sampai retak bahkan patah begitu saja?

Gue kembali menatap layar saat benda itu kembali berkedip. Mata gue membulat saat membaca pesan Arkan, tidak percaya dengan apa yang baru saja Arkan kirimkan.

ArkanaPutra: Ncdrm Fin

****

Pagi ini gue diantar sama Papa karena nggak enak kalau antar jemput terus sama Arkan meskipun dia sudah menjadi 'calon' tunangan gue. Gue berjalan tanpa semangat menuju ke kelas dan mendapati teman-teman yang membuat kelas lebih hidup.

Kaki gue melangah menuju bangku yang bersebalah dengan Sheryn. Gadis itu sedang memainkan sartpone miliknya, kalau nggak stalker bias ya stalker David. "Hei," sapa gue menepuk pundak Sheryn, membuatnya melompat kaget.

"Pagi-pagi udah bikin orang jantungan. Lo tuh ya, jangan sampe kecatikan paripurna pelipur lara ini hilang gegara gue kaget," ocehnya membat Putra dan Brian yang mendengarnya tertawa.

He(A)rt - [SELESAI]Where stories live. Discover now